Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Berisiko

85 menunjukkan sikap yang imajinatif dan suka berangan-angan, mereka lebih banyak melibatkan perasaan dan emosi dalam menilai segala hal dan lebih terbuka untuk menguji kembali nilai-nilai kehidupan yang sudah ada sehingga lebih bersifat fleksibel. Hal ini dapat membuat individu rendah dalam berperilaku seksual berisiko karena individu melihat dari nilai-nilai kehidupan yang sudah ada misalnya norma yang ada dimasyarakat dan dampak dari perilaku seksual berisiko itu sendiri. Sebaliknya, individu yang rendah pada dimensi openess to experience cenderung lebih berfokus pada hal-hal yang sedang terjadi saat ini saja, dangkal, rutinitas, rasa ingin tahu rendah dan konvensional, sehingga ketika individu diminta untuk berperilaku seksual maka individu lebih terbuka dengan menerima stimulus tersebut. Kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara dimensi openness to experience dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama adalah persepsi, pemahaman pada agama, interaksi seksual sehari-hari dan sikap. Jika individu memiliki persepsi dan pemahaman terhadap agama yang tidak mendukung pada perilaku seksual, maka hal tersebut akan membuat individu tidak terpengaruh dengan perilaku seksual ataupun sebaliknya jika individu memiliki persepsi dan pemahaman terhadap agama yang mendukung pada perilaku seksual, maka individu terpengaruh dengan perilaku seksual. Hasil penelitian dilakukan oleh penelitian oleh Smith et al, 2007 menunjukkan bahwa ada hubungan antara dimensi openess to experience 86 dengan interaksi seksual sehari-hari. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Widyarini Nurul 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan antara dimensi openess to experience dengan sikap terhadap seks pranikah pada remaja. Semakin tinggi oppeness to experience maka sikap terhadap seks pranikah semakin negatif atau tidak mendukung, sebaliknya semakin rendah oppeness to experience maka sikap terhadap seks pranikah semakin positif atau mendukung.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan hanya pada kelas X dan XI karena kelas XII sudah libur setelah menghadapi UN, sehingga tidak menggambarkan perilaku seksual berisiko secara keseluruhan di SMA Triguna Utama 2. Penelitian tentang perilaku seksual pada remaja merupakan suatu hal yang sangat sensitif. Hal ini terkait dengan masalah tersebut yang bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat, sehingga dikhawatirkan responden tidak mengisi dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk meminimalkan keterbatasan ini, maka peneliti berusaha membangun rapport yang baik dengan responden dan responden tidak perlu mencantumkan nama di dalam kuesioner. Peneliti meyakinkan responden bahwa penelitian ini bersifat rahasia, tidak ada kaitannya dengan nilai, guru 87 dan sekolah, analisis dilakukan secara umum, dan bahwa penelitian ini sangatlah bermanfaat bagi remaja. 3. Ada kemungkinan bias dalam penelitian perilaku seksual remaja di SMA Triguna Utama. Hal ini dikarenakan: a. Peneliti tidak mengobservasi secara langsung melainkan hanya mengajukan pertanyaan melalui kuesioner b. Perilaku seksual tidak hanya dipengaruhi oleh kepribadian, namun bisa jadi dapat dipengaruhi oleh faktor lain yaitu persepsi dan pemahaman terhadap agama