Dimensi dalam Trait Kepribadian Big Five

29

C. Perilaku Seksual Berisiko Remaja 1. Definisi Perilaku Seksual Remaja

Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014. Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan seseorang yang dapat diamati, diukur, dan berulang-ulang Bicard David, 2012. Perilaku merupakan aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung Sunaryo, 2004. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun dirinya sendiri Sarwono, 2010. Perilaku seksual remaja biasanya dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta serta perasaan bergairah yang tinggi kepada pasangannya tanpa disertai komitmen yang jelas Soetjiningsih, 2008. Perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya Notoatmodjo, 2007. Perilaku seksual remaja sebagai dorongan untuk melakukan seksual yang datang dari tekanan-tekanan sosial terutama dari minat dan keingintahuan remaja tentang seksual tersebut Hurlock, 2003. Perilaku seksual remaja adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual sehingga mendapatkan kesenangan seksual dan dilakukan oleh 30 remaja perempuan dan laki-laki sebelum memiliki ikatan pernikahan Puspitadesi et al, 2011.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

Inisiasi perilaku seksual yang dilakukan remaja umumnya dipengaruhi dua faktor Puspitadesi et al, 2011, yaitu antara lain: a. Faktor internal Faktor internal terdiri dari hormonal atau dorongan seksual, persepsi, pendidikan, pemahaman agama yang diyakini Puspitadesi et al, 2010, kepribadian yang berkaitan dengan tingkat kontrol diri Hadjam et al, 2002, serta karakteristik remaja yang mencakup usia dan jenis kelamin Dewi, 2012. b. Faktor ekternal Faktor ekternal terdiri dari penundaan usia perkawinan dan lingkungan. Lingkungan adalah sebagai sumber informasi yang diperoleh individu mengenai perilaku seksual, yaitu antara lain mencakup perkembangan teknologi, sikap orang tua dan pendidikan seksual yang diajarkan kepada remaja Puspitadesi et al, 2011, pengaruh teman sebaya, remaja yang tinggal bersama, tontonan pornografi Odeyemi et al, 2009, serta norma agama dan budaya Kazembe, 2009. 31

3. Bentuk Perilaku Seksual Remaja

Bentuk-bentuk perilaku seksual Dewi, 2012, antara lain yaitu: a. Masturbasi onani Masturbasi merupakan perangsangan oleh individu terhadap dirinya hingga orgasme Santrock, 2007. Biasanya dilakukan dengan tangan atau benda lain sebagai perkembangan psikoseksual remaja Dewi, 2012. Menurut Sarwono 2010 apabila perbuatan ini bersifat sementara dan tidak ada gangguan psikoseksual maka masih dapat dianggap dalam batas normal. b. Berpegangan tangan Perbuatan ini dapat memunculkan getaran romantis atau perasaan nyaman bagi pasangan termasuk mencoba aktivitas seksual lainnya hingga kepuasaan seksual tercapai Sarwono, 2010. c. Berpelukan Berpelukan merupakan suatu ungkapan kasih sayang yang dilakukan melalui dekapan terhadap pasangan, sehingga menimbulkan rasa aman, nyaman dan terlindungi Dewi, 2012 d. Berciuman Berciuman terdapat dua bentuk yaitu cium kering pipi-pipi atau pipi-bibir dan cium basah bibir-bibir. Ciuman dapat menimbulkan sensasi yang kuat untuk individu pada tahapan seksual lainnya Sarwono, 2010.