Deskripsi Lokasi Penelitian Analisis Multivariat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan terletak di jalan Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Kecamatan Tanjung Gusta dengan luas 3 hektar. Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan berbatasan dengan: Sebelah Utara : Perkebunan PTPN 2 Sebelah Selatan : Perumahan Gading Sebelah Timur : Jalan Benteng Baru Sebelah Barat : Jalan Kelambir 5 Rumah Tahanan Negara Klas 1 medan diresmikan pada tanggal 24 Juni 1995 oleh Menteri Hukum dan HAM RI yaitu Oetoyo Oesman, SH. Fasilitas yang terdapat di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan adalah : Masjid : 1 unit Gereja : 1 unit Vihara : 1 unit Klinik : 1 unit Fasilitas lain yang mendukung warga binaan pemasyarakatan untuk besosialisasi juga disediakan : lapangan, kantin serta ruangan pertemuan. 54 Universitas Sumatera Utara

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi dari variabel atau besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

4.2.1. Distribusi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 97 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan dan lama waktu dalam tahanan. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah ini: Tabel 4.1. Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama dalam Tahanan di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan No. Karakteristik Responden Jumlah n Persentase 1. Umur Responden 18 – 24 33 34 25 – 34 23 23,7 35 – 44 21 21,6 45 – 54 12 12,4 ≥55 8 8,3 Total 97 100 2. Tingkat Pendidikan 1. SD 12 12,4 2. SLTP 25 25,8 3. SLTA 56 57,7 4. Akademik Perguruan Tinggi 4 4,1 Total 97 100 3. Lama dalam Tahanan 1. 6 – 11 bulan 19 19,6 2. 12 – 23 bulan 30 31 3. 24 – 35 bulan 11 11,3 4. 35 bulan 37 38,1 Total 97 100 Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa berdasarkan umur, proporsi umur responden tertinggi pada kelompok umur 18 - 24 tahun yaitu sebanyak 33 orang 55 Universitas Sumatera Utara 34 dan yang terendah pada kelompok umur ≥ 55 tahun yaitu sebanyak 8 orang 8,3. Berdasarkan tingkat pendidikan, proporsi tingkat pendidikan responden tertinggi adalah SLTA yaitu sebanyak 56 orang 57,7 dan terendah adalah Akademik Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 4 orang 74,1. Berdasarkan lama dalam tahanan, proporsi lama dalam tahanan tertinggi adalah 12 – 23 bulan yaitu sebanyak 30 orang 31 dan terendah adalah responden yang berada dalam tahanan selama 24 – 35 bulan yaitu sebanyak 11 orang 11,3.

4.2.2. Distribusi Hasil Observasi dan Pengukuran Sanitasi Lingkungan Rumah

Tahanan Negara Klas 1 Medan Sanitasi lingkungan rumah tahanan responden berdasarkan ketersediaan air bersih, luas ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni dan kondisi lantai. Ketersediaan air bersih dilihat berdasarkan kecukupan untuk keperluan mck mandi cuci kakus dan wudu’ bagi responden yang muslim. Ventilasi diukur dengan menggunakan alat meteran dimana luas ventilasi yang diukur dibagi dengan luas lantai ruang tahanan yang dinyatakan dalam persen , kelembaban diukur dengan menggunakan alat termohygrometer dan dinyatakan dalam persen , pencahayaan diukur dengan menggunakan alat lux meter dan dinyatakan dalam lux, kepadatan penghuni dihitung berdasarkan jumlah penghuni dengan luas lantai serta kondisi, lantai dilihat dari dominan terbuat dari bahan yang kedap air atau tidak. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2. di bawah ini : 56 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Distribusi Hasil Observasi dan Pengukuran Sanitasi Lingkungan Mengenai Ketersediaan Air Bersih, Ventilasi dan Kelembaban di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Blok Ketersediaan Air Bersih Ventilasi Kelembaban Jumlah Penghuni n Hasil Hasil Ket Hasil Ket Sakit Tidak Sakit A Cukup 11,9 Baik 60 Baik 2 9 11 B Tidak cukup 6,7 Tidak baik 69 Baik 4 3 7 C Tidak cukup 4 Tidak baik 72 Tidak baik 4 2 6 D Tidak cukup 4 Tidak baik 76 Tidak baik 23 9 32 E Tidak cukup 4 Tidak baik 73 Tidak baik 10 4 14 F Tidak cukup 6,7 Tidak baik 73 Tidak baik 8 4 12 G Tidak cukup 10,4 Baik 74 Tidak baik 7 3 10 H Tidak cukup 10,5 Baik 72 Tidak baik 1 - 1 I Tidak cukup 6,7 Tidak baik 72 Tidak baik 4 - 4 Total 63 34 97 Keterangan : 1. Ketersediaan air bersih Cukup : MCK dan wudu’ bagi yang muslim Tidak cukup : Tidak cukup untuk MCK dan wudu’ bagi yang muslim 2. Ventilasi Baik : ≥10 dari luas lantai Tidak baik : 10 dari luas lantai 3. Kelembaban Baik : 40-70 Tidak baik : 40 atau 70 Berdasarkan Tabel 4.2. di atas dari hasil observasi dan pengukuran yang dilakukan untuk 9 Blok yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dapat diketahui bahwa untuk ketersediaan air bersih diperoleh hasil bahwa yang 57 Universitas Sumatera Utara menyatakan ketersediaan air bersih yang cukup hanya di Blok A, yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 11 orang, sedangkan Blok B,C,D,E,F,G,H dan I diperoleh hasil bahwa ketersediaan air bersih tidak cukup dengan penghuni sebanyak 86 orang. Berdasarkan variabel ventilasi dari 9 Blok yang ada di Rutan Klas 1 Medan yang memenuhi syarat kesehatan adalah Blok A,B dan I yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 22 orang, sedangkan Blok C,D,E,F,G dan H adalah blok dengan ventialasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 75 orang. Berdasarkan variabel kelembaban dari 9 Blok yang ada di Rutan Klas 1 Medan yang memenuhi syarat kesehatan atau kelembabannya baik adalah Blok A dan B yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 18 orang, sedangkan Blok C,D,E,F,G,H dan I merupakan blok dengan kelembaban yang tidak baik dan tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 79 orang. Tabel 4.3. Distribusi Hasil Observasi dan Pengukuran Sanitasi Lingkungan Mengenai Pencahayaan, Kepadatan Penghuni dan Kondisi Lantai di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Blok Pencahayaan Kepadatan Penghuni Kondisi Lantai Jumlah Penghuni n Hasil Ket Hasil Ket Hasil Ket Sakit Tidak Sakit A 70 lux Baik 10,5 m 2 Baik org KA Baik 2 9 11 B 55 lux Tidak Baik 2 m 2 Tidak baik org KA Baik 4 3 7 C 55 lux Tidak Baik 9,6 m 2 Baik org KA Baik 4 2 6 D 40 lux Tidak Baik 0,5 m 2 Tidak baik org KA Baik 23 9 32 E 50 lux Tidak Baik 0,7 m 2 Tidak baik org TKA Tidak baik 10 4 14 F 55 lux Tidak Baik 1 m 2 Tidak baik org TKA Tidak baik 8 4 12 58 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Lanjutan G 50 lux Tidak Baik 1,3 m 2 Tidak baik org KA Baik 7 3 10 H 55 lux Tidak Baik 1,3 m 2 Tidak baik org KA Baik 1 - 1 I 65 lux Baik 1,3 m 2 Tidak baik org KA Baik 4 - 4 Total 63 34 97 Keterangan: 1. Pencahayaan Baik : ≥60 lux Tidak baik : 60 lux 2. Kepadatan Penghuni Baik : ≥9 m 2 Tidak baik : 9 m orang 2 3. Kondisi Lantai orang KA kedap air TKA tidak kedap air Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dari 9 Blok yang ada di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan diketahui bahwa untuk variabel pencahayaan yang baik dan memenuhi syarat kesehatan adalah Blok A dan I yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 15 orang, sedangkan Blok dengan pencahayaan yang tidak baik dan tidak memenuhi syarat kesehatan adalah Blok B,C,D,E,F,G dan H yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 82 orang. Berdasarkan variabel kepadatan penghuni dari 9 blok yang ada di Rutan Klas 1 Medan yang memenuhi syarat kesehatan adalah Blok A dan C yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 17 orang, sedangkan Blok yang tingkat huniannya tinggi sehingga tidak memenuhi syarat kesehatan adalah Blok B,D,E,F,G,H dan I yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 80 orang. 59 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan variabel kondisi lantai dari 9 Blok yang ada di Rumah Tahanan Klas 1 Medan yang memenuhi syarat kesehatan adalah Blok A,B,C,D,G,H dan I yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 71 orang, sedangkan blok dengan kondisi lantai yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah Blok E dan F yaitu dengan jumlah penghuni sebanyak 26 orang.

4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sanitasi Lingkungan

Distribusi respoden berdasarkan sanitasi lingkungan yang meliputi ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni dan kondisi lantai di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4. di bawah ini: Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Air Bersih, Ventilasi, Kelembaban, Pencahayaan, Kepadatan Penghuni, Kondisi Lantai di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Sanitasi Lingkungan Rumah Jumlah n Persentase Ketersediaan Air Bersih Cukup 11 11,3 Tidak Cukup 86 88,7 Total 97 100 Ventilasi Baik 22 22,7 Tidak Baik 75 77,3 Total 97 100 Kelembaban Baik 18 18,6 Tidak Baik 79 81,4 Total 97 100 Pencahayaan Baik 15 15,5 Tidak Baik 82 84,5 Total 97 100 60 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Lanjutan Kepadatan Penghuni Baik 17 17,5 Tidak Baik 80 82,5 Total 97 100 Kondisi Lantai Baik 71 73,2 Tidak Baik 26 26,8 Total 97 100 Berdasarkan Tabel 4.4. di atas diketahui bahwa ketersediaan air bersih untuk responden mayoritas tidak cukup yaitu sebanyak 86 orang 88,7. Berdasarkan ventilasi, mayoritas responden tinggal dalam ruangan dengan ventilasi yang berukuran 10 luas lantai. Dimana hal tersebut tidak baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 75 orang 77,3. Berdasarkan kelembaban, mayoritas responden tinggal dalam ruangan dengan kelembaban 40 atau 70 dimana hal tersebut tidak baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 79 orang 81,4. Berdasarkan pencahayaan mayoritas responden tinggal dalam ruangan dengan pencahayaan 60 lux dimana hal tersebut tidak baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 82 orang 84,5. Berdasarkan kepadatan penghuni, mayoritas responden tinggal dalam ruangan dengan kepadatan tidak baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan dengan ukuran 9m 2 yaitu sebanyak 80 orang 82,5 sedangkan berdasarkan kondisi lantai, mayoritas responden tinggal dalam ruangan dengan kondisi lantai tidak baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan 61 Universitas Sumatera Utara dengan kondisi lantai dominan terbuat dari bahan kedap air yaitu sebanyak 71 orang 73,2.

4.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene

Penilaian personal hygiene warga binaan pemasyarakatan yang berobat ke klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dilakukan dengan wawancara kepada responden berdasarkan kebersihan rambut, kebersihan kulit serta kebersihan tangan, kaki dan kuku. Berdasarkan hasil penelitian variabel kebersihan rambut dapat diketahui bahwa persentase jawaban responden tertinggi pada pertanyaan ”Mencuci rambut dengan menggunakan shampoo” yaitu sebesar 83,5 81 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan ”Menggunakan sumber air yang bersih saat mencuci rambut” yaitu sebanyak 42,3 41 orang. Persentase jawaban responden tidak menggunakan sumber air yang bersih saat mencuci rambut memiliki persentase tertinggi yaitu sebanyak 57,7 56 orang sedangkan terendah pada pertanyaan ”Mencuci rambut dengan menggunakan Shampoo” yaitu sebanyak 16,5 16 orang. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut ini: 62 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden tentang Kebersihan Rambut di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan No Pertanyaan Ya Tidak n n 1. Mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu? 59 60,8 38 39,2 100 2. Menggunakan sumber air yang bersih saat mencuci rambut? 41 42,3 56 57,7 100 3. Mencuci rambut dengan menggunakan Shampoo? 81 83,5 16 16,5 100 4. Menggunakan peralatan sendiri? 74 76,3 23 23,7 100 Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.5. di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebersihan rambut responden di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini: Tabel 4.6. Distribusi Personal Hygiene Responden tentang Kebersihan Rambut di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Kebersihan Rambut Jumlah n Persentase Baik 81 83,5 Kurang Baik 16 16,5 Total 97 100 Berdasarkan Tabel 4.6. di atas diketahui bahwa mayoritas responden di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan memiliki kebersihan rambut baik yaitu sebanyak 81 orang 83,5. Berdasarkan hasil penelitian variabel kebersihan kulit dapat diketahui bahwa persentase jawaban tertinggi pada pertanyaan ”Menggunakan peralatan mandi seperti sabun dan handuk sendiri” yaitu sebesar 36,1 35 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan ” Mandi 2x sehari secara teratur” yaitu sebanyak 21,6 21 orang. 63 Universitas Sumatera Utara Persentase jawaban responden tidak mandi 2x sehari secara teratur memiliki persentase tertinggi yaitu sebanyak 78,4 76 orang sedangkan terendah pada pertanyaan ”Menggunakan peralatan mandi seperti sabun dan handuk sendiri” yaitu sebanyak 63,9 62 orang. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini: Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden tentang Kebersihan Kulit di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan No Pertanyaan Ya Tidak n n 1. Mandi 2x sehari secara teratur? 21 21,6 76 78,4 100 2. Mandi dengan menggunakan air bersih? 34 35,1 63 64,9 100 3. Mandi dengan menggunakan sabun? 26 26,8 71 73,2 100 4. Mengganti pakaian setiap hari ? 32 33 65 67 100 5. Menggunakan peralatan mandi seperti sabun dan handuk sendiri? 35 36,1 62 63,9 100 Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.7. di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebersihan kulit responden di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dapat dilihat pada Tabel 4.8. berikut ini: Tabel 4.8. Distribusi Personal Hygiene Responden tentang Kebersihan Kulit di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Kebersihan Kulit Jumlah n Persentase Baik 21 21,6 Kurang Baik 76 78,4 Total 97 100 Berdasarkan Tabel 4.8. di atas diketahui bahwa mayoritas responden di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan memiliki kebersihan kulit kurang baik yaitu sebanyak 76 orang 78,4. 64 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian variabel kebersihan tangan, kaki dan kuku dapat diketahui bahwa persentase jawaban responden tertinggi pada pertanyaan ”Memotong kuku tangan dan kaku secara teratur” yaitu sebesar 60,8 59 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan ”Mencuci tangan dengan sabun sesudah makan” yaitu sebanyak 21,6 21 orang. Persentase jawaban responden tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah makan memiliki persentase tertinggi yaitu sebanyak 78,4 76 orang sedangkan terendah pada pertanyaan ”Memotong kuku tangan dan kaku secara teratur” yaitu sebanyak 36,1 38 orang. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut ini: Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Responden tentang Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan No Pertanyaan Ya Tidak n n 1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan? 27 27,8 70 72,2 100 2. Mencuci tangan dengan sabun sesudah makan? 21 21,6 76 78,4 100 3. Tidak hanya mengelap tangan saja sebelum atau sesudah makan? 43 44,3 54 55,7 100 4. Kuku tangan dan kaki anda dalam keadaan pendek dan bersih? 51 52,6 46 47,4 100 5. Memotong kuku tangan dan kaku secara teratur? 59 63,9 38 36,1 100 Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 4.9. di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebersihan tangan, kaki dan kuku responden di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dapat dilihat pada Tabel 4.11. berikut ini: 65 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Distribusi Personal Hygiene Responden tentang Kebersihan Tangan Kaki dan Kuku di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Jumlah n Persentase Baik 59 60,8 Kurang Baik 38 39,2 Total 97 100 Berdasarkan Tabel 4.10. di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang berobat ke klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan memiliki kebersihan tangan, kaki dan kulit baik yaitu sebanyak 58 orang 60,8.

4.2.5. Distribusi Kejadian Penyakit Skabies

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan diagnosa dokter, maka dapat disimpulkan bahwa kejadian penyakit skabies pada warga binaan pemasyarakatan yang berobat ke klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dapat dilihat pada Tabel 4.11. di bawah ini: Tabel 4.11. Distribusi Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Kejadian Penyakit Skabies Jumlah n Persentase Sakit 63 64,9 Tidak Sakit 34 35,1 Total 97 100 Berdasarkan Tabel 4.11. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas warga binaan pemasyarakatan yang berobat ke klinik Rutan Klas 1 Medan yang menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 63 orang 64,9. 66 Universitas Sumatera Utara

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu sanitasi lingkungan ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni dan kondisi lantai dan personal hygiene kebersihan rambut, kebersihan kulit dan kebersihan tangan, kaki dan kuku terhadap variabel dependen yaitu penyakit skabies serta untuk mengetahui variabel mana yang masuk ke dalam model analisis multivariat. Uji statistik yang dilakukan pada analisis bivariat ini adalah uji chi square dengan derajat kepercayaan 95 α = 0,05.

4.3.1. Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit

Skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Berdasarkan hasil analisis hubungan sanitasi lingkungan yang terdiri dari ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni dan kondisi lantai terhadap kejadian penyakit skabies dapat dilihat pada Tabel 4.12. di bawah ini: Tabel 4.12. Hubungan Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Ketersediaan Air Bersih, Ventilasi, Kelembaban, Pencahayaan, Kepadatan Penghuni dan Kondisi Lantai terhadap Kejadian Penyakit Skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Sanitasi Lingkungan Rumah Kejadian Skabies Total p Value Sakit Tidak Sakit N N N Ketersediaan Air Bersih Cukup 2 18,2 9 81,8 11 100 0,001 Tidak cukup 61 70,9 25 29,1 86 100 Ventilasi Baik 11 50 11 50 22 100 0,095 Tidak baik 52 69,3 23 30,7 75 100 67 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Lanjutan Kelembaban Baik 8 44,4 10 55,6 18 100 0,043 Tidak baik 55 69,6 24 30,4 79 100 Pencahayaan Baik 8 53,3 7 46,7 15 100 0,305 Tidak baik 55 67,1 27 32,9 82 100 Kepadatan Penghuni Baik 5 29,4 12 70,6 17 100 0,001 Tidak baik 58 72,5 22 27,5 80 100 Kondisi Lantai Baik 51 71,8 20 28,2 71 100 0,019 Tidak baik 12 28,2 14 53,8 26 100 Berdasarkan Tabel 4.12. di atas pada variabel ketersediaan air bersih dapat diketahui bahwa dari 11 responden yang menyatakan ketersediaan air bersih cukup mayoritas tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 9 orang 81,8 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita skabies yaitu hanya 2 orang 18,2. Sedangkan 86 responden yang menyatakan ketersediaan air bersih tidak cukup mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 61 orang 70,9 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 25 orang 29,1. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan air bersih dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel ventilasi dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang memiliki ventilasi baik yang sakit atau menderita skabies sebanding dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 11 orang 50. Sedangkan 68 Universitas Sumatera Utara 75 responden yang memiliki ventilasi yang tidak baik mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 52 orang 69,3 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 23 orang 30,4. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,095 p0,05, artinya tidak ada hubungan variabel ventilasi dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kelembaban dapat diketahui bahwa dari 18 responden yang tinggal dipunyai blok yang mempunyai kelembaban baik mayoritas tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 10 orang 55,6 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 8 orang 44,4. Sedangkan 79 responden yang tinggal di blok dengan kelembaban tidak baik mayoritas sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 55 orang 69,6 di bandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 24 orang 30,4. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,043 p0,05, artinya ada hubungan kelembaban dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel pencahayaan dapat diketahui bahwa dari 15 responden yang tinggal di Blok yang memiliki pencahayaan baik, mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 8 orang 53,3 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu hanya 7 orang 46,7. Sedangkan 82 responden yang tinggal di Blok yang memiliki pencahayaan tidak baik, mayoritas sakit atau menderita 69 Universitas Sumatera Utara penyakit skabies yaitu sebanyak 55 orang 67,1 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 27 orang 32,9. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,305 p0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan pencahayaan dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kepadatan penghuni dapat diketahui bahwa dari 17 responden yang tinggal di Blok yang memiliki kepadatan penghuni baik mayoritas tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 11 orang 70,6 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita penyakit skabies yaitu hanya 5 orang 29,6. Sedangkan 80 responden yang tinggal di Blok yang padat penghuninya mayoritas sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 58 orang 72,5 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 22 orang 27,5. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001 p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan variabel kepadatan penghuni terhadap kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kondisi lantai dapat diketahui bahwa dari 71 responden yang tinggal di blok yang memiliki kondisi lantai baik mayoritas sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 51 orang 71,8 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 20 orang 28,2. Sedangkan 26 responden yang tinggal di blok dengan kondisi lantai tidak baik mayoritas tidak sakit 70 Universitas Sumatera Utara atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 14 orang 53,8 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 12 orang 46,2. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,019 p0,05, artinya ada hubungan variabel kondisi lantai terhadap kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan.

4.3.2. Analisis Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Rambut,

Kebersihan Kulit dan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku terhadap Kejadian Skabies Setelah melakukan wawancara dengan responden dan menguji hasil wawancara tersebut dengan uji statistik chi square maka hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 4.13. di bawah ini: Tabel 4.13. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Rambut, Kebersihan Kulit dan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku terhadap Kejadian Skabies Personal Hygiene Kejadian Skabies Total p Value Sakit Tidak Sakit N N N Kebersihan Rambut Baik 54 66,7 27 33,3 81 100 0,425 Kurang baik 9 56,3 7 43,8 16 100 Kebersihan Kulit Baik 7 33,3 14 66,7 21 100 0,001 Kurang baik 56 73,7 20 26,3 76 100 Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Baik 32 54,2 27 45,8 59 100 0,006 Kurang baik 31 81,6 7 18,4 38 100 Berdasarkan Tabel 4.13 diatas pada variabel kebesihan rambut dapat diketahui bahwa dari 81 responden yang memiliki kebersihan rambut baik mayoritas sakit atau 71 Universitas Sumatera Utara menderita skabies yaitu sebanyak 54 orang 66,7 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 27 orang 33,3. Sedangkan 16 responden yang memiliki kebersihan rambut kurang baik mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 9 orang 56,3 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 7 orang 43,7. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,425 p0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan kebersihan rambut terhadap kejadian penyakit skabies terhadap warga binaan pemasyarakatan yang berobat ke klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kebersihan kulit dapat diketahui bahwa dari 21 responden yang memiliki kebersihan kulit baik mayoritas tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 14 orang 66,7 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu hanya 7 orang 33,3. Sedangkan 76 responden yang memiliki kebersihan kulit kurang baik mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 56 orang 73,7 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 20 orang 26,3. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001 p0,05, artinya ada hubungan kebersihan kulit terhadap kejadian skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kebersihan tangan, kaki dan kuku dapat diketahui bahwa dari 59 responden yang memiliki kebersihan tangan, kaki dan kuku baik mayoritas sakit atau 72 Universitas Sumatera Utara menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 32 orang 54,2 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 27 orang 45,8. Sedangkan 38 responden yang memiliki kebersihan tangan, kaki dan kuku kurang baik mayoritas sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 31 orang 81,6 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 7 orang 18,4. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,006 p0,05, artinya ada pengaruh yang signifikan kebersihan tangan, kaki dan kuku terhadap kejadian skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan.

4.4. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen sanitasi lingkungan ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni dan kondisi lantai dan personal hygiene kebersihan rambut, kebersihan kulit serta kebersihan tangan kaki dan kuku yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kejadian penyakit skabies. Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah uji regresi logistik berganda yaitu untuk mencari variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit skabies. Pada penelitian ini, variabel yang akan dimasukkan kedalam model analisis regresi logistik adalah variabel yang ada pada analisis bivariat yang mempunyai nilai p 0,25 yaitu ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, kepadatan penghuni dan kondisi lantai dan personal hygiene kebersihan kulit dan 72 Universitas Sumatera Utara kebersihan tangan kaki dan kuku. Variabel yang mempunyai nilai p 0,25 akan dikeluarkan dari model secara berurutan atau bertahap dimulai dari p value terbesar. Hasil dari analisis multivariat dengan uji logistik regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.14. di bawah ini : Tabel 4.14. Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Skabies Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Variabel B P value Exp B 95 CI Ketersediaan air bersih Ventilasi Kelembaban Kepadatan Lantai Kulit KTKK -2,582 -0,642 -1,081 -1,850 1,324 -2,057 -2,716 0,020 0,358 0,105 0,026 0,082 0,010 0,001 0,076 0,526 0,339 0,157 3,757 0,128 0,066 0,009– 0,666 0,134– 2,068 0,092– 1,252 0,031– 0,802 0,844–16,722 0,027– 0,616 0,013 – 0,349 Constant 16,285 0,000 0,007 Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa ada satu variabel yang dikeluarkan dari analisis uji regresi logistik karena mempunyai nilai p 0,25. Yang masuk kedalam kandidat model yaitu variabel ketersediaan air bersih, kelembaban, kepadatan, lantai, kulit dan kebersihan tangan kaki dan kuku, yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit skabies pada warga binaan pemasyarakatan yang berobat ke klinik dirumah tahanan negara klas I Medan. Dapat dilihat tabel 4.15 berikut ini. 74 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15. Pengaruh Ketersediaan air bersih, kelembaban, kepadatan, kebersihan lantai, kebersihan kulit dan Kebersihan Tangan Kaki dan Kuku terhadap Kejadian Skabies Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Variabel B P value Exp B 95 CI Ketersediaan air bersih Kelembaban Kepadatan Lantai Kulit KTKK -2,612 -1.214 -1.856 1.455 -2.091 -2.538 0,018 0,063 0,026 0,048 0,008 0,001 0,073 0,297 0,156 4,284 0,124 0,079 0,008 – 0,635 0,082 – 1,070 0,031 – 0,799 1,010 –18,167 0,026 – 0,685 0,017 – 0,378 Constant 15.161 0,000 0,384 Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa variabel kelembaban akan dikeluarkan dari model karena memiliki nilai p 0.05, oleh karena itu variabel yang masuk kedalam kandidat model selanjutnya adalah variabel ketersediaan air bersih, kepadatan, lantai, kulit dan kebersihan tangan kaki dan kuku serta dapat dilihat pada tabel 4.16 : Tabel 4.16. Pengaruh Ketersediaan air, kepadatan, kebersihan lantai, kebersihan kulit dan Kebersihan Tangan Kaki dan Kuku terhadap Kejadian Skabies Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Variabel B P value Exp B 95 CI Ketersediaan air bersih Kepadatan Lantai Kulit KTKK -2,331 -1,896 1,547 -2,271 -2,608 0,031 0,020 0,037 0,004 0,001 0,031 0,020 0,037 0,004 0,001 0,012 – 0,810 0,030 – 0,741 1,102 –20,033 0,022 – 0,481 0,016 – 0,346 Constant 12,873 0,000 0,389 Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa kejadian Penyakit Skabies pada warga binaan pemasyarakatan yang berobat ke Klinik di Rumah 75 Universitas Sumatera Utara Tahanan Negara Klas 1 Medan dipengaruhi oleh beberapa variabel kebersihan lantai, kepadatan penghuni, keadaan lantai, kebersihan kulit serta kebersihan tangan, kaki dan kuku terhadap kejadian penyakit skabies. Dari kelima variabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian skabies adalah kondisi lantai rumah tahanan dengan nilai Exp B terbesar yaitu 0,037. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar warga binaan pemasyarakatan melakukan aktifitas termasuk duduk dan tidur di lantai ruang tahanan yang kondisinya buruk. Model persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah: Y = a + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 atau Y = 12,873 +1,547 X 1 2,608 X - 2 -2,331 X 3 -2,271 X 4 -1,896 X 5 Keterangan : Px = Probabilitas kejadian skabies X 1 X = Ketersediaan air bersih 2 X = Kepadatan penghuni 3 X = Kondisi lantai 4 X = Kebersihan kulit 5 = Kebersihan tangan, kaki dan kuku Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jika ketersediaan air besih X 1 , kepadatan penghuni X 2 , kondisi lantai X 3 , kebersihan kulit X 4 , kebersihan tangan, kaki dan kuku X 5 Dapat dihitung ramalan probalilitas risiko responden untuk menderita skabies dapat dihitung dengan persamaan berikut : , ditingkatkan ke arah yang lebih baik, maka hal ini akan menyebabkan penurunan angka kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. 76 Universitas Sumatera Utara y = 12,873 - 2,331 ketersediaan air bersih - 1,896 kepadatan penghuni + 1,547 kondisi lantai - 2,271 kebersihan kulit – 2,608 kebersihan tangan, kaki dan kuku. y = 5,314 Dengan nilai probalilitasnya adalah : p = 11+e -y = 1 1+2,7 --5,314 Dengan demikian, probabilitas responden untuk menderita skabies adalah 99. Dideskripsikan bahwa semakin kurang ketersediaan air bersih, semakin padat penghuni suatu ruangan blok semakin rendah kebersihan tangan, kaki dan kuku, kebersihan kulit serta kondisi lantai yang tidak baik dipergunakan untuk tidur maka angka kejadian penyakit skabies kemungkinan akan dapat terjadi sebesar 99. = 0,99 77 Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui bahwa mayoritas responden ada pada kelompok umur 18 – 24 tahun yaitu sebanyak 33 orang 34, dan terendah berada pada kelompok umur ≥55 tahun sebanyak 8 orang 8,3. Hal ini berarti bahwa umur mereka masih tergolong usia angkatan kerja yang masih produktif. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 56 orang 57,7 sedangkan terendah adalah Akademik perguruan tinggi yaitu sebanyak 4 orang 4,1, hal ini menunjukkan bahawa responden memiliki pendidikan menengah. Berdasarkan lama dalam tahanan mayoritas responden berada dalam tahanan selama 12 – 23 bulan yaitu sebanyak 30 orang 31 sedangkan terendah 24 – 35 bulan yaitu sebanyak 11 orang 11,3, hal tersebut mengakibatkan semakin lama berada dalam ruang tahanan, maka kemungkinan responden untuk tertular penyakit skabies akan dapat terjadi.

5.2. Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga

Binaan Pemasyarakatan yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Variabel sanitasi lingkungan pada penelitian ini meliputi ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, kepadatan penghuni dan kondisi lantai. Hasil uji 78 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Individu dan Mutu Pelayanan Klinik VCT terhadap Pemanfaatan Klinik VCT oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Risiko HIV/AIDS di Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

1 68 120

Pengaruh Higiene dan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Blok D Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

9 72 139

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

PELAKSANAAN REMISI TERHADAP WARGA BINAAN RUMAH TAHANAN KLAS II B MAGETAN Pelaksanaan Remisi Terhadap Warga Binaan Di Rumah Tahanan Klas II B Magetan.

0 3 12

PELAKSANAAN REMISI TERHADAP WARGA BINAAN DI RUMAH UMAH TAHANAN KLAS II B MAGETAN Pelaksanaan Remisi Terhadap Warga Binaan Di Rumah Tahanan Klas II B Magetan.

0 3 19

PEMBINAAN MORAL DAN SPIRITUAL PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Pembinaan Moral Dan Spiritual Pada Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Kasus di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kabupaten Rembang).

0 3 13

GAMBARAN FUNGSI KELUARGA PADA WARGA BINAAN REMAJA DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS I BANDUNG.

0 1 1

Upaya Pemenuhan Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Warga Binaan Pemasyarakatan Dengan Gangguan Integumen di Rumah Tahanan Negara Klas I Kebon Waru Bandung Jawa Barat.

0 0 2

STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB PADANG

0 1 155

PROSES PEMBENTUKAN CITRA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN OLEH HUMAS RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS II B RANGKASBITUNG

0 0 10