Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu sanitasi lingkungan ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni dan kondisi lantai dan personal hygiene kebersihan rambut, kebersihan kulit dan kebersihan tangan, kaki dan kuku terhadap variabel dependen yaitu penyakit skabies serta untuk mengetahui variabel mana yang masuk ke dalam model analisis multivariat. Uji statistik yang dilakukan pada analisis bivariat ini adalah uji chi square dengan derajat kepercayaan 95 α = 0,05.

4.3.1. Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit

Skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Berdasarkan hasil analisis hubungan sanitasi lingkungan yang terdiri dari ketersediaan air bersih, ventilasi, kelembaban, pencahayaan, kepadatan penghuni dan kondisi lantai terhadap kejadian penyakit skabies dapat dilihat pada Tabel 4.12. di bawah ini: Tabel 4.12. Hubungan Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Ketersediaan Air Bersih, Ventilasi, Kelembaban, Pencahayaan, Kepadatan Penghuni dan Kondisi Lantai terhadap Kejadian Penyakit Skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan Sanitasi Lingkungan Rumah Kejadian Skabies Total p Value Sakit Tidak Sakit N N N Ketersediaan Air Bersih Cukup 2 18,2 9 81,8 11 100 0,001 Tidak cukup 61 70,9 25 29,1 86 100 Ventilasi Baik 11 50 11 50 22 100 0,095 Tidak baik 52 69,3 23 30,7 75 100 67 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Lanjutan Kelembaban Baik 8 44,4 10 55,6 18 100 0,043 Tidak baik 55 69,6 24 30,4 79 100 Pencahayaan Baik 8 53,3 7 46,7 15 100 0,305 Tidak baik 55 67,1 27 32,9 82 100 Kepadatan Penghuni Baik 5 29,4 12 70,6 17 100 0,001 Tidak baik 58 72,5 22 27,5 80 100 Kondisi Lantai Baik 51 71,8 20 28,2 71 100 0,019 Tidak baik 12 28,2 14 53,8 26 100 Berdasarkan Tabel 4.12. di atas pada variabel ketersediaan air bersih dapat diketahui bahwa dari 11 responden yang menyatakan ketersediaan air bersih cukup mayoritas tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 9 orang 81,8 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita skabies yaitu hanya 2 orang 18,2. Sedangkan 86 responden yang menyatakan ketersediaan air bersih tidak cukup mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 61 orang 70,9 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 25 orang 29,1. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan air bersih dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel ventilasi dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang memiliki ventilasi baik yang sakit atau menderita skabies sebanding dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 11 orang 50. Sedangkan 68 Universitas Sumatera Utara 75 responden yang memiliki ventilasi yang tidak baik mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 52 orang 69,3 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 23 orang 30,4. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,095 p0,05, artinya tidak ada hubungan variabel ventilasi dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kelembaban dapat diketahui bahwa dari 18 responden yang tinggal dipunyai blok yang mempunyai kelembaban baik mayoritas tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 10 orang 55,6 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 8 orang 44,4. Sedangkan 79 responden yang tinggal di blok dengan kelembaban tidak baik mayoritas sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 55 orang 69,6 di bandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 24 orang 30,4. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,043 p0,05, artinya ada hubungan kelembaban dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel pencahayaan dapat diketahui bahwa dari 15 responden yang tinggal di Blok yang memiliki pencahayaan baik, mayoritas sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 8 orang 53,3 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu hanya 7 orang 46,7. Sedangkan 82 responden yang tinggal di Blok yang memiliki pencahayaan tidak baik, mayoritas sakit atau menderita 69 Universitas Sumatera Utara penyakit skabies yaitu sebanyak 55 orang 67,1 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 27 orang 32,9. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,305 p0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan pencahayaan dengan kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kepadatan penghuni dapat diketahui bahwa dari 17 responden yang tinggal di Blok yang memiliki kepadatan penghuni baik mayoritas tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 11 orang 70,6 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita penyakit skabies yaitu hanya 5 orang 29,6. Sedangkan 80 responden yang tinggal di Blok yang padat penghuninya mayoritas sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 58 orang 72,5 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 22 orang 27,5. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001 p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan variabel kepadatan penghuni terhadap kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan. Variabel kondisi lantai dapat diketahui bahwa dari 71 responden yang tinggal di blok yang memiliki kondisi lantai baik mayoritas sakit atau menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 51 orang 71,8 dibandingkan dengan responden yang tidak sakit atau tidak menderita skabies yaitu sebanyak 20 orang 28,2. Sedangkan 26 responden yang tinggal di blok dengan kondisi lantai tidak baik mayoritas tidak sakit 70 Universitas Sumatera Utara atau tidak menderita penyakit skabies yaitu sebanyak 14 orang 53,8 dibandingkan dengan responden yang sakit atau menderita skabies yaitu sebanyak 12 orang 46,2. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,019 p0,05, artinya ada hubungan variabel kondisi lantai terhadap kejadian penyakit skabies di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan.

4.3.2. Analisis Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Rambut,

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Individu dan Mutu Pelayanan Klinik VCT terhadap Pemanfaatan Klinik VCT oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Risiko HIV/AIDS di Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

1 68 120

Pengaruh Higiene dan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Blok D Rumah Tahanan Negara Klas I Medan

9 72 139

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

PELAKSANAAN REMISI TERHADAP WARGA BINAAN RUMAH TAHANAN KLAS II B MAGETAN Pelaksanaan Remisi Terhadap Warga Binaan Di Rumah Tahanan Klas II B Magetan.

0 3 12

PELAKSANAAN REMISI TERHADAP WARGA BINAAN DI RUMAH UMAH TAHANAN KLAS II B MAGETAN Pelaksanaan Remisi Terhadap Warga Binaan Di Rumah Tahanan Klas II B Magetan.

0 3 19

PEMBINAAN MORAL DAN SPIRITUAL PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Pembinaan Moral Dan Spiritual Pada Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Kasus di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kabupaten Rembang).

0 3 13

GAMBARAN FUNGSI KELUARGA PADA WARGA BINAAN REMAJA DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS I BANDUNG.

0 1 1

Upaya Pemenuhan Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Warga Binaan Pemasyarakatan Dengan Gangguan Integumen di Rumah Tahanan Negara Klas I Kebon Waru Bandung Jawa Barat.

0 0 2

STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB PADANG

0 1 155

PROSES PEMBENTUKAN CITRA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN OLEH HUMAS RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS II B RANGKASBITUNG

0 0 10