salah seorang di antara mereka ada yang sebagai imam berada di depan dan yang lainnya sebagai ma’mum berada di belakang imam yang harus
mengikuti imam. Firman Allah Swt:
....
“
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka sahabatmu lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri shalat besertamu. ”An-Nisa’ : 102.
Jadi yang dimaksud dengan shalat berjamaah adalah: “keterikatan antara shalat seorang makmum dan shalat seorang imam dengan syarat-syarat
tertentu. Apabila syariat menetapkan perintah shalat atau hukum yang berkaitan dan berhubungan dengannya, maka tidak ada hal lain kecuali shalat
yang disyariatkan”.
27
6. Hukum Melaksanakan Shalat Fardhu Berjamaah
Ulama berbeda pendapat dalam men entukan hukum shalat berjama’ah.
Hukum shalat berjama’ah menurut sebagian ulama ialah fardu „ain, sebagian berpendapat fardu kifayah, dan yang lain berpendapat sunnah muakkad
sunnah yang dikuatkan. a.
Shalat berjama’ah adalah fardhu kifayah Menurut Pengikut madzhab Asy-
Syafi’I hukumnya fardhu kifayah berdasarkan pendapat yang shahih dalam madzhab ini.
28
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath sebagaimana yang dikutip oleh Shalih bin Ghanim as-Sadlan: yang nampak dari nash Asy-
Syafi’I bahwasanya ini adalah fardhu kifayah dan di dukung oleh jumhur salaf dari sahabat-sahabatnya juga mayoritas Hanafiyah dan Malikiyyah.
29
27
Ibid.
28
Imam Abu Zakariya bin Yahya, loc. cit.
29
Shalih, op. cit., h. 79
Arti dari fardhu kifayah yaitu apabila shalat jama’ah didirikan dalam jumlah atau syarat yang cukup gugur bagi yang lainnya tidak berdosa.
Tapi bila tak seorangpun mengerjakannya atau hanya sebagian dengan jumlah atau syarat yang tidak cukup, maka semua berdosa. Ini di sebabkan
karena shalat adalah bagian dari syiar-syiar Islam yang utama. Imam An-Nawawi berkata sebagaimana yang dikutip oleh Shalih bin
Ghanim as-Sadlan, shalat berjama’ah adalah fardhu „ain pada waktu
jum’at, sedangkan di waktu-waktu shalat lainnya banyak pendapat, yang paling benar adalah fardhu kifayah.
30
Para pelopor pendapat ini berdalil dengan hadits-hadits berikut : Dari Abu Darda’ bahwa Rasulullah SAW bersabda :
ق ف ثاث ا ح سا ق َاإ ، اَص ا ف اق ا ، ب أ ،
. اط َش ا ع
ءاس ا ا با ا
“Tidaklah tiga orang yang berada di sebuah daerah atau gurun pasir, mereka tidak menegakkan shalat, kecuali syetan telah menguasai
mereka.” H.R. Abu Daud dan An-Nasa’i b.
Shalat berjama’ah adalah sunnah muakkadah Ini adalah madzhab Hanafiah dan Malikiah. Berkata Asy-Syaukani
sebagaimana yang dikutip oleh Shalih bin Ghanim as-Sadlan: perkataan yang paling jitu dan mendekati kebenaran bahwasanya shalat berjama’ah
hukumnya sunnah muakkadah. Hanya orang yang terhalang dari kebaikan dan celaka saja yang melalaikannya. Adapun pernyataan bahwa fardhu
„ain atau fardhu kifayah atau menjadi syarat sahnya shalat maka tidak benar.
31
Menurut Pengikut madzhab Maliki bahwa shalat jamaah itu sunnah mu’akkad.
32
Shalat berjamaah itu sunnah, tidak di bolehkan seseorang terlambat darinya kecuali punya udzur. Ini pengertian yang wajib bagi
masyarakat umum yaitu sunnah muakkadah dan wajib itu sama.
30
Ibid.
31
Ibid., h. 81
32
Imam Abu Zakariya bin Yahya, loc. cit.