Minat Bagian- Bagian Ranah Afektif

akan memiliki apresiasi yang memadai terhadap objek tertentu apabila sebelumnya ia telah mempelajari materi yang berkaitan dengan objek tersebut yang dianggap mengandung nilai penting dan indah tersebut.

3. Fungsi Afektif

Di dalam berperasaan manusia mengadakan penilaian terhadap obyek- obyek yang dihadapi, dihayati apakah suatu benda, suatu peristiwa satau seseorang, baginya berharga atau bernilai atau tidak. Bila obyek itu dihayati sebagai sesuatu yang berharga, maka timbullah perasaan senang: bila obyek itu dihayati sebagai sesuatu yang tidak bernilai, maka timbullah perasaan tidak senang. Perasaan senang ,eliputi sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa puas, rasa gembira, rasa nikmat, rasa simpati, rasa sayang. Perasaan tidak senang meliputi sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa takut, rasa cemas, rasa gelisah, rasa marah, rasa dendam. 69 Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin. 70 Jelaslah kiranya, bahwa siswa menghayati nilai dari belajar di sekolah lewat alam perasaannya. Pengalaman belajar dinilai secara spontan, apakah bermakna bagi siswa atau tidak. Penilaian yang positif tercakup dalam perasaan senang, penilaian yang negatif tercakup dalam perasaan tidak senang.

4. Tingkatan Ranah Afektif

Tingkatan ranah afektif affective domain menurut Taksonomi Krathwohl, Bloom dan kawan-kawan, terdiri dari lima tingkatan, yaitu: 69 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grasindo, 1996, Cet. 4, h. 184 70 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, Cet. 3, h. 44

a. Menerima atau memperhatikan receiving atau attending

“Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandangi gambar yang dibuat di papan tulis atau mendengarkan jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. Namun perhatian itu masih pasif”. 71 Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. 72 Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerja sama, senang melakukan shalat berjamaah dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif. Menerima atau memperhatikan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu. 73 Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving, misalnya: pseserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh. 71 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, Cet. 6, h. 276 72 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Interes Media, 2014, Cet. 1, h. 252 73 Sudijono, op. cit., h. 54-55