Sementara itu, menurut Alisuf Sabri menjelaskan bahwa “hukuman
adalah tindakan pendidik yang sengaja dan secara sadar diberikan kepada anak didik yang melakukan suatu kesalahan, agar anak didik tersebut
menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.”
50
Hukuman ini merupakan cara pendidik atau pihak sekolah yang secara sengaja dilakukan dalam mengambil suatu tindakan
hukuman yang akan dijatuhkan kepada siswa pelanggar aturan tata tertib disesuaikan dengan jenis pelanggarannya guna memperbaiki perilaku
negatifnya dan tidak akan melakukannya kembali. Ada berbagai dasar pandangan mengenai perlunya pemberian
hukuman, yaitu guna: 1
Memperbaiki kesalahan atau perbuatan anak didik 2
Mengganti kerugian akibat perbuatan anak didik 3
Melindungi masyarakat atau orang lain agar tidak meniru perbuatan yang salah
4 Menjadikan anak didik takut mengulangi perbuatan yang salah.
51
Pemberian hukuman pada dasarnya mendidik siswa agar dapat merubah sikap negatifnya melalui berbagai macam tindakan hukuman
yang diberikan oleh pihak sekolah. Tindakan hukuman yang dilakukan oleh pihak sekolah biasanya berbentuk hukuman badan, penahanan di
kelas dan menghilangkan prevalage, denda dan sanksi tertentu. Tindakan hukuman ini sesuai dengan buku berjudul Manajemen
Peserta Didik berbasis Sekolah karangan Ali Imron yang menjelaskan bahwa terdapat beberapa macam hukuman yang diberikan kepada siswa
yang melanggar aturan sekolah melalui : 1
Hukuman badan misalnya adalah memukul, menjewer, mencubit, menyepak, menendang dan sebagainya. Sebaiknya hukuman ini
dihindari di dunia pendidikan termasuk sekolah. 2
Penahanan di kelas misalnya, yang besangkutan harus mengerjakan soal-soal tertentu, dan yang bersangkutan esoknya diharuskan
menyapu kelas, mengepel kelas, dan sebagainya.
50
H.M Alisuf Sabri, op.cit., h. 44
51
H.M Alisuf Sabri, loc.cit.
3 Menghilangkan privalage adalah pencabutan hak-hak istimewa
yang ada pada diri peserta didik. Misalnya, peserta didik tidak diperkenankan mengikuti pelajaran untuk beberapa saat, tidak
mendapatkan rejeki kelas dan sebagainya.
4 Denda hukuman boleh dikenakan kepada peserta didik, sepanjang
hal tersebut tetap dalam bataskemampuan peserta didik. Hanya saja, uang denda tersebut harus masuk ke kas sekolah. Pembayaran
denda demikian haruslah disertai dengan tanda terima atau kwitansi.
5 Sanksi tertentu adalah skors untuk beberapa hari bagi peserta didik
yang terbukti melanggar. 6
Selain itu, hukuman lainnya adalah menatap tajam siswa, memberikan taguran-teguran dengan tembusan ke orang tua atau
wali, penyampaian tidak puas secara lisan atau tertulis.
52
Tindakan hukuman yang diuraikan di atas disimpulkan bahwa pemberian hukuman berupa hukuman badan sebaiknya dihindari di
lingkungan sekolah karena dapat menimbulkan kesan penganiayaan terhadap siswa. Dengan hukuman ini juga akan timbul karakter yang keras
dibenak siswa sehingga bisa terjadi pemberontakan dan penolakan dari diri siswa serta siswa akan mencontoh tindakan tersebut ke dalam
pergaulannya. Tindakan penahanan di kelas menjadi hukuman yang efektif untuk
menyadarkan siswa agar tidak melakukan kesalahan lagi. Hal ini akan menjadikan diri siswa bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala
hukuman yang diberikan. Diharapkan siswa akan jera dan takut untuk melakukan pelanggaran tata tertib.
Selain itu hukuman privalage dapat membuat siswa menyadari betapa ruginya mereka tidak dapat mengikuti pelajaran yang diberikan. Siswa
akan tertinggal pelajaran dan mendapatkan pengurangan nilai dari pelajaran tertentu jika mereka terus melakukan pelanggaran tata tertib.
Tindakan hukuman denda pun akan membuat siswa merasa rugi dan kehilangan beberapa uang jajannya karena harus dibayarkan kepada pihak
sekolah sebagai hukuman atas tindakannya. Denda ini pun harus disertai dengan kwitansi sebagai bukti bahwa siswa telah membayar dan
52
Ali Imron, op.cit., h. 170-171
dimasukkan ke dalam kas sekolah sehingga tidak terjadi penyalahgunaan uang denda di lingkungan sekolah dan siswa pun mengetahui alur uang
denda tersebut. Pemberian tindakan hukuman berupa skor biasanya diberikan kepada
siswa yang telah melakukan berkali-kali pelanggaran tata tertib sekolah dan siswa yang telah melakukan pelanggaran yang cukup fatal. Hal ini
dilakukan agar siswa dapat berintropeksi diri di rumah atas kesalahan yang telah diperbuat dan pihak keluarga dapat memberi bimbingan yang lebih
maksimal kepada siswa tersebut. Kemudian pemberian hukuman juga dapat melalui tatapan mata pihak
sekolah kepada siswa yang melanggar atau melalui surat pemanggilan orang tua. Semua tindakan hukuman ini diberikan sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Pada dasarnya penerapan tata tertib sekolah dilakukan agar siswa dapat hidup tertib, teratur dan berjalan
sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan sekolah, sehingga dapat tumbuh karakter disiplin yang tinggi dalam diri siswa.
d. Strategi Penerapan Tata Tertib Sekolah
Dalam buku Strategic Management in Action oleh Husein Umar, menurut Stephanie K. Marrus yang dimaksud dengan strategi adalah
sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu
cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
53
Pendapat tersebut mengandung arti bahwa strategi adalah cara atau langkah-langkah
yang digunakan organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan memperhatikan dan mengidentifikasi peluang dan
ancaman yang ada. Dalam menerapkan tata tertib sekolah agar dapat terlaksana dengan baik dan lancar, maka diperlukan strategi yang tepat
53
Husein Umar, Strategic Management in Action, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 31
dalam penerapannya. Menurut Eka Prihatin, strategi yang harus dijalankan dalam menerapkan tata tertib sekolah yaitu :
1 Berilah penghargaan kepada guru, karyawan dan siswa yang
berperilaku disiplin, baik secara perorangan atau kelompok. Penghargaan dapat berupa piagam atau diumumkan dalam suatu
acara tertentu atau yang lainnya.
2 Tumbuhkan lingkungan yang saling menghargai sesuai dengan
budaya setempat misalnya: jika memberi kritik, kritik perilakunya dan bukan orangnya, fokuskan pada kerjasama dan kompetensi
yang sehat dan hindari kata-kata kasar dan hukuman fisik.
3 Bangunlah rasa kepedulian dan kebersamaan di sekolah, dengan
meyakinkan semua pihak bahwa sekolah milik bersama, sehingga baik dan buruknya sekolah, termasuk disiplin merupakan
tanggungjawab semua pihak.
4 Ikut sertakan orangtua siswa, sehingga mereka dapat mendorong
anaknya untuk berperilaku disiplin, baik di sekolah maupun di rumah. Dengan keikutsertaan ini, orangtua tidak akan kaget jika
ternyata anaknya mendapatkan sanksi dari sekolah.
5 Ikut sertakan osis. Seringkali siswa lebih mudah menerima jika
diingatkan oleh teman sendiri. Dengan melibatkan osis, diharapkan akan terjadi mekanisme saling mengingatkan antar siswa.
6 Hindarkan sekolah dari ancaman pihak luar, agar siswa merasa
aman di sekolah. Untuk itu periksa situasi lingkungan sekolah dan temukan di mana kemungkinan terjadi gangguan.
7 Siapkan prosedur yang harus ditempuh jika ada keadaan darurat dan
bila perlu keadaan tersebut dilaporkan ke pihak yang berwajib. 8
Buatlah daftar siswa yang bermasalah peta siswa agar mereka memperoleh pembinaan khusus.
9 Lakukan evaluasi tentang pelaksanaan kedisiplinan melalui
pertemuan warga sekolah.
54
Uraian strategi penerapan tata tertib sekolah di atas memberikan makna bahwa dalam membuat langkah-langkah yang diterapkan agar
seluruh warga sekolah dapat tertib dan disiplin dalam bertingkah laku perlu adanya reward atau penghargaan bagi warga sekolah yang disiplin,
baik dalam bentuk materi maupun nonmateri seperti piagam dan pujian serta adanya punishment atau hukuman bagi warga sekolah yang
melanggar tata tertib yang disesuaikan dengan norma dan kesepakatan. Sebaiknya punishment yang diberikan tidak berupa hukuman fisik yang
54
Eka Prihatin, op.cit., h. 98
dapat mempengaruhi mental dan perkembangan siswa. Selain itu, adanya pemberian sosialisasi kepada warga sekolah dengan membangun rasa
peduli dan jiwa kebersamaan agar muncul rasa tanggungjawab untuk memiliki kesadaran berdisiplin. Keikut sertaan orangtua perlu dilibatkan
terkait perkembangan perilaku siswa di rumah, sehingga siswa tidak hanya dituntut untuk berdisiplin di sekolah tetapi dirumahpun harus memiliki
disiplin. Selain orangtua siswa, organisasi sekolah atau OSIS ikut dilibatkan
dalam strategi ini dimana OSIS akan mengingatkan dan memantau perilaku temannya sehingga jika ada yang melanggar tata tertib akan
mudah untuk diingatkan. Penanggung jawab utama dalam penerapan tata tertib sekolah adalah kepala sekolah yang dibantu oleh wakil dan staf
sekolah, sehingga mereka yang terkait wajib memantau situasi yang ada di sekolah baik secara intern maupun ekstern untuk mencegah adanya
gangguan atau ancaman dari pihak dalam maupun luar sekolah. Sebab akhir-akhir ini terjadi kasus senioritas ataupun tawuran pelajar antar
sekolah, sehingga jika terdapat kasus tersebut pihak sekolah dapat bekerja sama dengan pihak yang berwajib. Untuk itu, perlu adanya kerja sama
antara kepala sekolah, warga sekolah, orangtua, masyarakat dan pihak berwajib untuk terus memantau perkembangan perilaku siswa agar tidak
menyimpang. Dalam hal ini pihak sekolah harus membuat buku khusus yang
berisikan segala kejadian perilaku menyimpang siswa agar terlihat skema perkembangan setiap siswa, sehingga siswa yang memiliki kasus
pelanggaran tata tertib sekolah akan mendapatkan pembinaan khusus dari guru yang terkait. Pihak sekolahpun harus memiliki jadwal pertemuan
yang rutin dengan warga sekolah dan orangtua siswa untuk membahas perkembangan perilaku siswa. Diharapkan dengan adanya strategi ini,
penerapan tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik dan lancar serta dapat membantu pihak sekolah untuk membina siswa sesuai dengan tujuan
sekolah yang telah ditetapkan.
Metode tata aturan kedisiplinan menduduki tempat penting bagi pendidikan karakter dan menjadi inspirasi baru bagi kinerja sekolah.
Melalui penerapan kedisiplinan, sekolah tidak sekedar mengembangkan kemampuan intelektual para siswa, melainkan juga ”memberikan
sumbangan dasar bagi persiapan moral anak didiknya dalam kehidupan.”
55
Dengan adanya tata aturan ini, diharapkan siswa dapat menumbuhkan sikap disiplin yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat sehingga tercipta karakter disiplin yang kuat dalam kehidupan siswa. Tata tertib sekolah akan tetap ada karena adanya
individu yang saling berinteraksi dan berhubungan antara sesama di lingkungan sekolah sehingga dengan adanya interksi tersebut dapat
mempengaruhi tingkah laku atau sikap-sikap individu di sekolah terutama para siswanya, sehingga dengan demikian akan tercipta suatu pergaulan
yang baik diantara sesamanya dalam kondisi yang menggembirakan harmonis, akademik atmosfir yang sehat di sekolah dalam kerangka
membangun karakter siswa.
56
Mengacu kepada penjelasan yang telah diuraikan di atas bahwa dengan adanya penerapan tata tertib sekolah akan tercipta pergaulan yang baik dan
harmonis antar individu di lingkungan sekolah. Hal ini menjadi dasar bagi sekolah dalam menerapkan tata tertib sekolah guna membangun karakter
disiplin siswa yang tinggi dan berakhlak mulia. Dengan ini, terlihatlah betapa pentingnya penerapan tata tertib sekolah dalam membangun
karakter disiplin siswa serta merupakan program yang efektif dalam upaya pembinaan karakter disiplin siswa.
55
Doni Koesoema A, op.cit., h. 234
56
Maswardi Muhammad Amin, op.cit., h. 65
36
BAB III METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan untuk melakukan penelitian skripsi adalah di SMK Sumpah Pemuda, Joglo Jakarta Barat, dimana sekolah ini dipilih karena
memiliki keunggulan dalam akreditasinya yaitu akreditasi A, banyaknya peminat dan lokasi yang strategis dengan penduduk sekitar. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian skripsi sebagai berikut:
Tabel. 3.1 Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Waktu Januari
Febuari Maret
Juni Agustus
1
Penyerahan Surat
Bimbingan Skripsi
2 Observasi awal
3
Penyerahan Surat Izin Penelitian
4
Wawancara Kepala Sekolah
5
Wawancara Wali Kelas
6
Wawancara Guru Bimbingan Konseling
7
Wawancara Pembina OSIS
8
Wawancara Guru Piket
9
Wawancara siswa
10
Observasi Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah
11
Observasi Tingkah Laku dan Perilaku siswa
12
Mencari dan Mengumpulkan studi
dokumentasi
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang
secara alami dan nyata terjadi di lingkungan objek penelitian. Peneliti berharap melalui pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
mampu mencapai tujuannya, yakni menjelaskan penerapan tata tertib sekolah sebagai salah satu upaya pembinaan karakter disiplin siswa di SMK Sumpah
Pemuda, Joglo Jakarta Barat.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan yaitu penerapan tata tertib
sekolah sebagai salah satu upaya pembinaan karakter disiplin siswa. Menurut Suharsimi Arikunto, sumber data dibagi menjadi tiga macam,
1
yaitu : 1.
Person Sumber data berupa orang dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wali
kelas, guru bimbingan konseling, guru piket, Pembina OSIS, siswa dan ketua OSIS.
2. Place
Tempat, situasi dan kondisi yang dijadikan sebagai objek pengamatan dalam penelitian ini seperti parkiran sekolah, lapangan, mushola, ruang kelas,
ruang piket, ruang guru, toilet, dan kantin. 3.
Paper Paper ini merupakan dokumen yang ada di objek penelitian terkait
penerapan tata tertib sekolah sebagai salah satu upaya pembinaan karakter disiplin siswa berupa sejarah berdirinya sekolah, visi, misi, dan tujuan
sekolah, data guru, karyawan dan siswa, sarana dan prasarana sekolah, surat pernyataan MOS, surat perjanjian siswa, surat pindah atau keluar sekolah,
serta buku tata tertib siswa.
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007, h. 88-89