Latar Belakang Perlindungan Terhadap Paus Di Southren Ocean Whale Sanctuary Menurut International Convention For The Regulation Of Whaling (Studi Pada Sengketa Perburuan Paus Antara Jepang Dan Australia )

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antartika merupakan benua yang meliputi Kutub Selatan bumi dan merupakan salah satu tempat terdingin di muka bumi ini dengan sebagian besar wilayahnya tertutup es sepanjang tahun. Antartika merupakan zona bebas, yaitu zona yang tidak boleh dimiliki oleh siapapun ataupun dijadikan objek sengketa; Antartika hanya boleh digunakan untuk kepentingan umat manusia dan untuk tujuan damai 1 . Meskipun dinyatakan demikian, sampai saat ini masih ada beberapa negara di dunia yang mengajukan klaim kepemilikan wilayah di benua Antartik 2 Antartika, merupakan satu-satunya benua di Bumi yang tidak memiliki penduduk asli . Di dalam pemanfaatan sumber dayanya, Antartika diatur dalam Perjanjian Antartika The Antarctic Treaty yang ditanda tangani pada tanggal 1 Desember 1959 dan mulai berlaku pada tahun 1961. 3 Antartika di dalam pengunaannya sumber daya alamnya, diatur di dalam Perjanjian Antartika yang berisikan tentang: , sehingga didaerah ini terdapat banyak biota laut yang menjadi perhatian banyak negara sebagai hewan yang perlu untuk dilindungi dan dilestarikan eksistensinya; Salah-satunya yaitu paus. Antartika, menjadi rumah bagi banyak jenis paus sehingga tempat ini merupakan loasi yang sangat strategis untuk melakukan hal hal yang berkaitan dengan makhluk laut tersebut. Beberapa jenis paus yang hidup di Antartika dan dilindungi adalah paus minke Minke whale, paus bongkok Humpback whale dan paus sirip Fin whale. 1 Perjanjian Antartika Antartic Treaty 1959, “Mengakui, bahwa dengan kehendak seluruh umat manusia, melanjutkan pengunaan sumber daya Antartika dengan tujuan demi perdamaian dan tidak boleh dijadikan objek persengketaan” 2 Antartika, http:id.wikipedia.orgwikiAntarktika , diakses pada 6 Juni 2014 pukul 09.00 WIB. 3 ATS, Atlantic Treaty System, http:id.wikipedia.orgwikiSistem_Traktat_Antarktika, diakses pada 6 Juni 2014 pukul 09.12 WIB Universitas Sumatera Utara 1. Antartika hanya boleh digunakan untuk kepentingan perdamaian. Segala hal yang berhubungan dengan militer dan sebagainya tidak diboleh dilakukan di Antartika. 2. Kebebasan untuk melakukan penelitian di Antartika dan segala bentuk kerjasama atas tujuan tersebut. 3. Observasi dan hasil penelitian di Antartika harus di sumbangkan dan tersedia untuk semua pihak. 4 Sebelumnya, telah disebutkan diatas bahwa Antartika merupakan rumah bagi banyak jenis paus. Paus secara umum adalah sebutan untuk makhluk hidup laut yang merupakan bagian dari bangsa Cetacea. Mahkluk ini, memiliki ciri-ciri yang unik, seperti bernafas menggunakan paru-paru walaupun hidup di laut, memiliki ekor yang horizontal dan memiliki tulang punggung yang sedikit melengkung dengan lubang udara diatas kepalanya. Paus juga memiliki ukuran juga beragam, mulai dari jenis paus biru Blue Whale dengan ukuran tiga-puluh meter sampai dengan paus minke yang berukuran tiga koma lima meter. Populasi Paus tersebar diseluruh lautan yang didunia dengan jumlah yang mencapai jutaan, dengan pertambahan populasi per tahunnya berkisar antara 3 sampai 13. Paus juga memiliki umur yang berbeda tergantung pada jenisnya, seperti paus punggung bongkok dengan masa hidup mencapai 77 tahun dan paus kepala panah Bowhead Whale yang umurnya bisa mencapai lebih dari 1 satu abad. 5 Pada awalnya, banyak orang yang berpikir bahwa paus merupakan ikan yang sangat besar, namun hal tersebut tidaklah benar karena paus tergolong ke dalam kategori mamalia. 6 4 Perjanjian Antartika Antartic Treaty 1959, Pasal 1,2 3. 5 Whale, http:en.wikipedia.orgwikiWhale , diakses pada 6 Juni 2014 pukul 09.38. 6 Pernyataan Linneus, ahli biologi Swedia, tahun 1778, http:www.ecokids.capubeco_infotopicswhalesmammals.cfm, diakses pada 23 Nov 2014 pukul 08.31 WIB Paus merupakan salah satu bagian penting dari ekosistem kelautan untuk menjaga keseimbangan rantai makanan. Paus merupakan salah Universitas Sumatera Utara satu biota laut yang dilindungi oleh hukum internasional karena jumlahnya yang terus berkurang dan ada kemungkinan terjadi kepunahan terhadap beberapa spesiesnya. Selama ini, paus banyak diburu dan dijadikan objek komersial seperti untuk makanan tradisional ataupun acara budaya. Tidak hanya itu, pada zaman dahulu, paus diburu untuk diambil minyaknya yang kemudian digunakan untuk keperluan penerangan mercusuar. 7 1. Paus memiliki suhu badan yang stabil dan panas. Suhu badan mereka tidak berubah mengikut suhu lingkungannya. Hal ini dimungkinkan dengan adanya lemak tebal dibawah kulitnya sehingga mereka bahkan dapat bertahan hiddup di perairan es seperti Antartika. Paus, sebagai objek utama di dalam sengketa yang akan dibahas nantinya memiliki ciri ciri sebagai berikut : 2. Paus bernafas bukan menggunakan insang, tetapi paru paru. Oleh karena itu, paus dikategorikan sebagai mamalia. Tidak seperti ikan, paus tidak memisahkan oksigen dari air melainkan langsung bernafas melalui udara dengan berenang ke permukaan dalam selang waktu tertentu. Tubuh paus juga didesain sedemikian rupa dengan lubang udara diatas kepalanya sebagai saluran pembuangan. 3. Paus pada umumnya hanya melahirkan satu anak setiap waktu dan mempunyai kelenjar susu untuk menyusui generasi mudanya yang baru lahir. Hal ini jauh dari ciri ciri ikan yang bertelur dalam jumlah banyak dan bisa hidup mandiri. 4. Paus memiliki rambut, meskipun tidak sebanyak mamalia pada umumnya, yang terdapat diatas kepalanya 8 Paus juga banyak dikaitkan dengan adat istiadat seperi kebudayaan suku Makah, negara Jepang, Iceland, Norway dan negara-negara lainnya. Suku Makah menyatakan bahwa prosesi adat perburuan paus merupakan perayaan tradisional 7 Whale oil, http:en.wikipedia.orgwikiWhale_oil , diakses pada 6 Juni 2014 pukul 10.40 8 Whales Are Mammals, http:www.ecokids.capubeco_infotopicswhalesmammals.cfm, diakses pada 23 Nov 2014 pukul 09.38 WIB Universitas Sumatera Utara yang sudah dilakukan sejak zaman nenek moyangnya, dan adat inilah yang menjadi sumber inspirasi terhadap lagu, tarian, desain dan alat keterampilan mereka. Bagi suku Makah, perburuan paus memberikan pelajaran mengenai tujuan hidup dan mengajarkan kedisiplinan bagi seluruh komunitasnya; pada tahun 1855 , suku Makah berhasil mendapatkan hak untuk berburu paus di daerah Neah Bay sesuai dengan perjanjian dengan Amerika Serikat. 9 1. Pada periode Jomon antara 70008000 tujuh ribu atau delapan ribu sampai 3000 tiga ribu tahun sebelum masehi sebagai sumber makanan yang penting. Selain dari Suku Makah, Jepang juga memiliki sejarah yang panjang mengenai perburuan paus, seperti yang urutkan didalam kronologi berikut: 2. Pada periode Yayoi antara 3000 tiga ribu sampai 300 tiga ratus tahun sebelum masehi sebagai persembahan kepada orang yang telah meninggal. 3. Pada periode Nara antara 710 tujuh ratus sepuluh sampai 784 tujuh ratus delapan puluh empat tahun sebelum masehi, munculnya kata “kujira” 10 4. Pada periode MuromachiAzuchimomoyama antara tahun 1573 lima belas tujuh tiga sampai tahun 1600 seribu enam ratus setelah masehi sebagai makanan yang disajikan di meja para kaisarnya. di dalam literature orang Jepang, 5. Pada zaman Edo tahun 1600 seribu enam ratus sampai tahun 1867 delapan belas enam puluh tujuh setelah masehi , terjadi peningkatan terhadap minat dan konsumsi daging paus secara nasional. 11 Namun di dalam perkembangannya, tradisi-tradisi lama yang mengharuskan pengorbanan hewan ini pun mulai ditinggalkan dan diprotes keras oleh masyarakat internasional karena dianggap tidak relevan lagi dijaman modern ini. 9 The Makah Whaling Tradition, http:makah.commakah-tribal-infowhaling , diakses pada 6 Juni 2014 pukul 10.50 WIB 10 Munculnya penamaan terhadap paus dengan nama “Kujira” クジラ”di dalam bahasa Jepang. 11 HISTORY OF THE TRADITIONAL DIET: JAPANESE AND THE WHALE, http:luna.pos.towhalejwa_trad.html , diakses pada 6 Juni 2014 pukul 11.20. Universitas Sumatera Utara Bahkan, perburuan paus dianggap sebagai hal yang kejam dan dapat mengacam keberlangsungan eksistensi paus dengan adanya perburuan massal dan bahaya alami dari alam yang harus dihadapinya. 12 Mengenai perlindungan terhadap eksistensi paus, ada organisasi internasional yang bernama IWC International Whaling Commision yang terus mengawasi perburuan paus demi menjaga eksistensi paus dimasa yang akan datang. Negara yang tergabung kedalamnya diharuskan mengikuti konvensi yang dianut oleh organisasi tersebut yaitu ICRW International Convention for the Regulation of Whaling, yang mengatur mengenai regulasi penangkapan paus. ICRW merupakan perjanjian lingkungan internasional yang disahkan pada tahun 1946 oleh negara negara yang menyetujuinya untuk menjaga ketersediaan paus dan juga pengembangan sistem kontrol bagi industri industri yang berkaitan dengan perburuan paus. Konvensi ini juga mencakup kepentingan komersial, penelitian dan yang lainnya. ICRW melihat paus sebagai sebuah sumber daya alam yang harus disimpan untuk generasi mendatang dan di hindarkan dari perburuan massal. Paus hanya boleh ditangkap ketika jumlah batasan aman populasinya telah terlampaui dan dapat diambil tanpa membahayakan eksistensinya. 13 Pada awalnya, IWC memiliki 59 lima puluh sembilan negara yang ikut serta di dalamnya, dimana salah satunya adalah Jepang. Namun pada Januari tahun 2014 dua ribu empat belas, beberapa negara anggotanya mengundurkan diri dari perjanjian tersebut. Negara negara tersebut yaitu Mesir, Yunani, Jamaica, Mauritus, Philipines, Seychelles dan Venezuela. Negara lainnya seperti Belize, Brazil, Dominica, Ecuador, Iceland, Japan, New Zealand, dan Panama juga mengundurkan diri. Namun, hanya untuk sementara dengan alasan melakukan perubahan terhadap ratifikasi ketentuan di dalam ICRW. Sampai Januari 2014, 12 WDC in Action, Whaling , http:us.whales.orgissueswhaling , diakses pada 6 Juni 2014 pukul 11.32 WIB 13 Pembukaan ICRW , 1946. Paragraf 1,2 3 Universitas Sumatera Utara jumlah negara yang tergabung kedalam badan ini sudah mencapai 89 delapan puluh sembilan. 14 Kewajiban Australia untuk melapor ini tertulis di dalam ICRW yang berbunyi : Manusia, sebagai makhluk yang punya rasa ingin tahu yang besar, selalu berusaha untuk mempelajari semua yang ada. Segala hal yang ada disekitarnya baik benda mati maupun benda hidup. Semuanya dapat dijadikan manfaat apabila dilakukan dengan tujuan yang jelas dan maksud yang baik. Untuk itulah izin untuk melakukan penelitian dengan perburuan terhadap paus yang sedang dilindundi diberikan. Adanya harapan bahwa data dan ilmu yang didapatkan dari penelitian tersebut akan berguna kedepannya untuk membangun industri yang jauh lebih efektif dan efisien serta dapat menjaga keberlangsungan eksistensi paus sehingga dapat dilakukan pngambilan secara terus menerus ke depannya. Salah satu contohnya seperti izin penangkapan paus yang dengan catatan untuk tujuan khusus yang berhubungan dengan penelitian demi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa keuntungan bagi masyarakat banyak dan kelangsungan hidup paus kedepannya. Namun, terkadang izin tersebut disalahgunakan karena adanya kepentingan lain yang tersirat di dalam pelaksanaannya. Ketika izin untuk melakukan penelitian diberikan dan disalah gunakan oleh negara yang bersangkutan, maka negara anggota lainnya yang juga memiliki hubungan dengna hal tersebut, dapat melakukan protes serta mengajukan gugatan ke organisasi yang berwenang. Salah satu contoh disini ialah antara Jepang dan Australia, dimana Jepang yang mengeluarkan izin untuk melakukan penelitian terhadap paus yang ada di Antartika melalui Porgram JARPA nya ternyata difokuskan untuk kebutuhan komersial. Dalam hal ini, Australia berhak dan berkewajiban untuk menegur, melaporkan dan menggugat Jepang sesuai dengan aturan yang berlaku di dalam ICRW dan sebagai anggota IWC. 14 International Whaling commission, structure and membership, http:en.wikipedia.orgwikiInternational_Whaling_Commission, diakses pada 7 Juni 2014 pukul 08.00 WIB. Universitas Sumatera Utara “Each Contracting Government shall take appropriate measures to ensure the application of the provisions of this Convention and the punishment of infractions against the said provisions in operations carried out by persons or by vessels under its jurisdiction.” Yang terjemahannya berbunyi : “Setiap negara yang menyetujui harus mengambil tindakan sepantasnya untuk memastikan seluruh peraturan yang ada terpenuhi dan segala sangsi yang muncul dari pelanggaran atas peraturan ini dapat diaplikasikan oleh yang telah ditentukan ataupun oleh yang diwakilkan” 15 Ketika satu negara menganggap pelaksaan yang dilakukan tersebut masih wajar dan dapat dimasukkan kedalam batas kewenangan yang diberikan oleh izinnya dan negara lainnya menggangap hal tersebut sudah diluar izin yang diberikan, maka dapat timbul persengketaan diantara dua negara tersebut sehingga diperlukan jalan penyelesaian yang damai. Salah satu cara penyelesaian secara damai tersebut ialah melalui Mahkamah Internasional apabila kedua belah pihak menghendaki. 16 Pada awalnya, pihak Jepang awalnya di beri izin untuk melakukan proyek penelitian. Suatu program Jepang yang dapat membantu monitorisasi dan menambah data untuk membuat sistem regulasi yang lebih efektif terhadap populasi paus yang ada di Antartika sehingga eksistensinya terjaga; juga untuk melakukan penelitian terhadap jenis-jenis paus disana yang bisa menambah Dalam kasus ini, negara yang berseteru adalah Jepang dan Australia. Dimana masing-masing pihak pada saat diajukannya gugatan masih tergabung sebagai anggota ICW, dan Jepang mengundurkan diri dari organisasi tersebut pada Januari 2014 dua ribu empat belas bersamaan dengan beberapa negara lainnya. Jepang sejak lama telah melakukan penelitian mengenai paus dengan program nya yaitu JARPA, JARPA II, JARPN, dan JARPN II. 15 ICRW 1946, pasal 9 ayat 1. 16 Statuta Mahakamah Internasional, Bab 2, Kewenangan pengadilan, Pasal 34 ayat 2. Universitas Sumatera Utara pengetahuan tentang ekosistem dari paus tersebut. Program ini diberi nama nama JARPA II yang merupakan kelanjutan dari JARPA pertama yang pernah dilakukannya. JARPA II dimulai pada tahun 2005 dan masih berlanjut sampai hari ini sampai pada putusan Mahkamah Internasional mencabut kewenangan Jepang pada tanggal 31 Maret 2014 17 , dengan beberapa tujuan yang ikut termasuk ke dalamnya yaitu monitorisasi ekosistem di Antartika, membuat skema kompetisi antara jenis paus , merekam perkembangan jumlah paus dan memperbaiki sistem managemen paus antartika. 18 Australia beberapa kali mencoba melakukan diskusi ataupun memberi saran terhadap Jepang. Namun tidak ada dampak yang muncul dari peringatan tersebut sehingga pada akhirnya kedua negara tersebut sepakat untuk membawa kasus tersebut ke Mahkamah Internasional dan memberikan lembaga tersebut untuk memberikan putusan terhadap kasus ini. Masing-masing pihak berusaha memberikan pembelaan dan gugatan mengenai kasus ini dimana Australia mendapat dukungan dari Sea Shepherd Namun, setelah diteliti lebih lanjut oleh Australia dengan beberapa organiasi non- pemerintah lainnya yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian paus, ditemukan banyak kejanggalan dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Jepang. Di dalam misi pengawasannya, Australia mengirimkan beberapa kapalnya membuntuti kapal penelitian Jepang yang melihat banyak paus di buru, dibunuh, dan di potong-potong dalam bagian yang lebih kecil di tempat tersebut. Rekaman mengenai hal ini banyak disebarkan dimedia media sehingga menarik simpati dari masyarakat internasional yang peduli terhadap makhluk hidup, terutama paus. 19 dan intervensi dari New Zealand. 20 17 Putusan Akhir Mahkamah Internasional, 31 Maret 2014, WHALING IN THE ANTARTIC AUSTRALIA vs JAPAN : NEW ZEALAND INTERVENING 18 Scientific Research, http:en.wikipedia.orgwikiWhaling_in_JapanJARPA_II, diakses pada 7 Juni 2014 pukul 9.30 WIB. 19 Sea Shepherd Australia News, http:www.seashepherd.org.aunews-and- media20140401the-whales-have-won-icj-rules-japans-southern-ocean-whaling-not-for- scientific-research-1592 , di akses pada 7 Juni 2014 pukul 11.30 WIB. Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah