Hal inilah yang menjadi garis besar yang dituliskan dalam tata aturan dan resolusi dari IWC dan badan penelitiannya.
B. Aspek-aspek yang Ada di Dalam Program JARPA II
Di dalam sengketa mengenai perburuan paus antara Jepang dan Australia, ada beberapa aspek penting yangharus diperhatikan, yaitu :
1. Aspek waktu
Program JARPA II dilaksanakan sebagai program jangka panjang tanpa ada batasan waktunya. Hal ini dikarenakan tujuan dari program tersebut yaitu untuk
melakukan monitorisasi terhadap eksosistem yang ada di Antartika. Program ini dibentuk dengan sistem revisi 6 tahun sekali dimana tiap 6 tahunnya akan
diadakan perubahan dan perbaikan terhadap program tersebut apabila dibutuhkan.Hal ini sesuai dengan tujuan dari pasal 8 ayat 4 ICRW yang
menyatakan bahwa “ pengumpulan dan analisis data secara berkelanjutan merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri untuk membetuk sebuah manajemen
yang membangun dan dapat diterapkan dalam perburuan paus.” Australia menanggapi hal ini sebagai suatu yang tidak wajar karena tiap program
penelitian haruslah memiliki jangka waktu selesai. Ini menunjukkan bahwa JARPA II lebih ditujukan sebagai celah hukum untuk melakukan perburuan ikan
paus secara komersial sampai pada peraturan moraturium perlindungan paus di Antartika dicabut. Program JARPA II juga terlihat sama sekali bukan digunakan
untuk tujuan penelitian dengan tidak adanya perubahan yang berarti ketika sampel yang ditargetkannya sama sekali tidak tercapai dan cenderung berubah sesuai
dengan kebutuhan pasar.
Universitas Sumatera Utara
2. Aspek hasil penelitian JARPA II
Jepang menyatakan bahwa tidak ada hasil penelitian yang signifikan dari JARPA II, hal ini dikarenakan sistem evaluasi JARPA II yang dilakukan secara periodik.
Namun, ada data berharaga yang telah disumbangkan oleh program ini mengenai ekosistem di antartika serta data yang diserahkan kepada badan penelitian IWC
berupa data tentang genetik dan umur paus yang didapatkan dari memburu dengan cara lethal.
Australia mengakui bahwa program ini telah menunjukkan hasil yang dapat diterima oleh badan penelitian IWC. Namun, hasil tersebut diperdebatkan karena
belum dapat dipastikan berguna ataupun bersifat penemuan terbaru yang dapat dikontribusikan terhadap konservasi dan manajemen paus. Mahkamah
Internasional jugs sependapat dengan Australia mengenai hasil penelitian dari JARPA II. Program penelitian sejak tahun 2005 yang telah membunuh lebih dari
3,600 paus minke hanya memberikan informasi dan data yang terbatas dan tidak benar-benar signifikan.
3. Kerjasama dengan badan penelitian lainnya