Kekuatan Mengikat Suatu Perjanjian Internasional

masing piagamnya disebut Statute of Permanent Court of International Justice, dan Statute of International Court of Justice. 58 16. Kovenan. Istilah kovenan Covenant juga mengandung arti yang sama dengan piagam, jadi digunakan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional. 59 17. General Act. Suatu general act adalah benar-benar sebuah traktat tetapi sifatnya mungkin resmi mungkin juga tidak resmi. 60 18. Pakta Pact. Istilah pakta dalam bahasa Inggris pact dipergunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional dalam bidang militer, pertahanan, dan keamanan. Misalnya perjanjian tentang organisasi kerjasama pertahanan dan keamanan Atlantic Treaty OrganisationNATO disebut dengan pakta atlantik. 61 Di dalam kasus ini, Jepang secara langsung telah melakukan perjanjian internasional dengan suatu organisasi internasional yaitu International Whaling commission IWC sehingga Jepang terikat terhadap konvensi yang dianut oleh anggota tersebut yaitu International Convention for the Regulation of Whaling ICRW. Segala bentuk peraturan yang telah ditetapkan tidak boleh dilanggar oleh negara anggotanya karena bersifat mengikat meskipun sistem keanggotaannya bersifat sukarela. Dikarenakan adanya perjanjian internasional inilah, sengeketa antara Jepang dengan salah satu anggota IWC yaitu Australia dapat mengajukan gugatannya untuk diputus oleh Mahkamah Internasional dengan catatan adanya kesepakatan bersama untuk membawa kasus tersebut ke Mahkamah Internasional.

2. Kekuatan Mengikat Suatu Perjanjian Internasional

58 Ibid. hal 30. 59 Ibid. hal 31 60 J.G. Starke. Pengantar Hukum Internasional 2 Edisi Kesepuluh. hal 589. 61 Op.cit. I Wayan Parthiana. hal 33. Universitas Sumatera Utara Perjanjian Internasional, sejati mengacu kepada suatu prinsip dasar yang dianut oleh seluruh masyarakat internasional, yaitu “Pacta Sun Servada”. Pacta Sun Servada merupakan norma fundamental yang menjadi jawaban atas pertanyaan, mengapa perjanjian internasional mempunyai kekuatan mengikat. Tampak bahwa kekuatan mengikat dari perjanjian internasional tumbuh dari perkembangan prinsip tersebut sebagai kebiasaan. 62 Lauterpact, di dalam bukunya mengenai perjanjian internasional mengemukakan “Treaties are legally binding because there exist a customary rule of internasional law that treaties are binding”. Yang dalam bahasa Indonesianya berbunyi “Perjanjian mengikat secara hukum karena ada hukum kebiasaan intenasional yang mengikat perjanjian”. 63 Di dalam buku yang berjudul “Modern International law” Perjanjian yang ditetapkan, mulai berlaku saat tanggal yang telah disepakati sebelumnya dan di tuangkan kedalam Final Provision ketentuan penutup tercapai. Seluruh pihak yang terlibat di dalam perjanjian tersebut menentukan kapan mulai berlakunya perjanjian tersebut dan dicantumkan sebagai salah satu pasal atau ayat dari perjanjian itu. 64 62 Budiono,K., Suatu Studi Terhadap Apek Operasional Konvensi Wina Tahun 1969 Tentang Hukum Perjanjian Internasional, Bina Cipta, hlm. 15. 63 Oppenheim Lauterpacht, International Law of Treaties, Volume 1, Edisi 8, Longmans, 1953, hlm. 880-881. 64 R.C. Hingorani, Modern International Law, Oceana, 2 Sub edition June 1984, the University of California , terdapat 2 penggolongan terhadap perjanjian international. Salah satu diantaranya yaitu tentang perjanjian multilateral, yang berlaku setelah terpenuhi jumlah dari ratifikasi yang ditentukan atau yang tealh didepositokan disimpan oleh negara organisasi internasional yang ditugasi untuk menyimpannya kecuali dimaksud lain oleh para pihak agar perjanjian mulai berlakunya beberapa saat setelah ratifikasi terakhir yang diisyaratkan. Universitas Sumatera Utara

B. Sejarah Berdirinya IWC