dengan ketaatan terhadap suatu konvensi sehingga tidak menimbulkan konflik di dunia Internasional.
2. Secara praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kewajiban suatu negara yang telah memutuskan
untuk ikut di dalam suatu organisasi internasional yang menganut konvensi tertentu di dalam kegiatannya meregulasi dan memonitorisasi penangkapan paus
untuk tujuan komersial dan penelitian. Penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran mengenai kemungkinan yang terjadi apabila ada negara anggota yang
tidak menaati suatu perjanjian internasional yang telah disetujuinya sehingga diajukan gugatannya ke Mahkamah Internasional setelah rekomendasinya tidak
ditaati.
D. Keaslian Penulisan
Karya tulis ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman dari apa yang telah penulis pelajari selama mengikuti perkembangan kasusnya di
media media Internasional yang ada. Penulis berupaya untuk menuangkan seluruh gagasan dengan sudut pandang yang netral dengan mencoba melihat alasan-alasan
pembela masing-masing negara ketika dihadapkan di Mahkamah Internasional mengenai kasus penangkapan paus ini antara Jepang dan Australia.
Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang “Sengketa Mengenai Kasus
Penangkapan Paus di Antartica Antara Jepang dan Australia” belum pernah ditulis sebelumnya.
Khusus untuk yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, keaslian penulisan ini ditunjukkan dengan adanya penegasan dari pihak
administrasi bagianjurusan hukum internasional.
E. Tinjauan Kepustakaan
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, laporan-laporan, dan informasi dari internet. Untuk itu, diberikan penegasan dan pengertian dari judul
penelitian, yang diambil dari sumber-sumber buku yang memberikan pengertian terhadap judul penelitian ini, ditinjau dari sudut etimologi arti kata dan
pengertian-pengertian lainnya dari sudut ilmu hukum maupun pendapat dari para sarjana sehingga mempunyai arti yang lebih tegas.
Pengertian perburuan paus secara umum ialah :
21
a Whaling is the hunting of whales primarily for meat and oil in the past.
b Modernly, whaling is the hunting of whales primarily used for
commercial and consumption needs.
Dan pengertian perburuan paus secara khusus menurut ICW ada 3 jenis , yaitu :
22
a The first of these is commercial whaling conducted either under
objection or reservation to the moratorium. b
The second, called aboriginal subsistence whaling is to support the needs of indigenous peoples.
23
c The third type is whaling under special permit.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan “Whaling” adalah segala kegiatan perburuan terhadap paus untuk diambil
sumber dayanya. Sumber daya yang dimaksudkan dalam hal ini berupa : minyak hewaninya, dagingnya dan kepentingan komersial lainnya. IWC di dalam
perburuan paus, juga membagi klasifikasinya ke dalam 3 tiga jenis tergantung dari tujuan khususnya.
Menurut klasifikasi IWC, yang pertama adalah perburuan paus komersial yang bertentangan dengan peraturan dan reservasi dari moratorium, dimana ini
merupakan pelanggaan yang paling ditentang oleh negara-negara anggota IWC. Yang kedua, mengenai kebiasaan tradisional masyarakat tertentu yang berburu
21
Whaling, http:en.wikipedia.orgwikiWhaling , diakese pada 7 Juni 2014 , pukul 14.00 WIB.
22
Whaling, http:iwc.intwhaling , diakses pada 7 Juni 2014 pukul 15.37 WIB
23
ICRW 1946 Pasal 8 ayat 1 2 3 4.
Universitas Sumatera Utara
paus untuk kelangsungan hidupnya; Yang ketiga, mengenai perburuan paus yang memang diizinkan oleh IWC dengan tujuan untuk menjaga stabilitas jumlah
populasi jenis paus tersebut ataupun untuk penelitian yang bermanfaat bagi manusia.
24
F. Metode Penelitian