memiliki daya paksa terhadap negara-negara lain , terutama yang bukan anggota untuk mengikuti ketentuan berburu paus.
71
Prof. Gales menyarankan IWC untuk membuat larangan bagi tiap negara membuat izin penelitiannya sendiri. Harus ada faktor eksternal yang bukan dari
negara tersebut yang ikut menentukan pemberian izin perburuan paus untuk penelitian. Tujuan dari penelitian itu juga harus disebutkan dengan jelas dan
bukan sekedar alasan untuk menutupi kegiatan lainnya. Prof. Nick Gales dan tim nya di dalam tulisannya mengenai “Applying scientific
principles in international law on whaling”, penerapan prinsip prinsip penelitian terhadap hukum international yang berkaitan dengan paus, menyatakan bahwa
IWC tidak benar benar memiliki kemampuan untuk memaksa negara negara yang lain untuk patuh meskipun IWC berusaha melakukan revisi terhadap sistem
regulasi perburuan paus demi penelitiannya.
72
71
The flawed nature of the International Whaling commissions science,
http:www.abc.net.auenvironmentarticles201409164088124.htm , diakses pada 22 Juni 2014 pukul 08.52.
72
de la Mare et al 2014 Policy Forum, Prof. Gales, Australian Antarctic Division, Kingston, Tasmania 6050, Australia
IWC, di dalam kewenangannya menerapkan daerah cagar untuk paus, dipandang lemah dalam hal kredibilitas oleh Mahkamah Internasional. Segala perkembangan
dan revisi peraturan yang ada di dalam IWC dianggap sama sekali tidak berpengaruh apapun karena masing-masing negara punya kepentingan politik
masing-masing. IWC sebelum membuat revisi ataupun larangan haruslah menguatkan posisinya terlebih dahulu di dunia internasional atau kedepannya
segala hal yang dilakukan IWC akan sia-sia.
D. International Convention for the Regulation of Whaling ICRW sebagai
konvensi dasar International Whaling Commission IWC.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam menjalankan fungsinya, IWC yang bergerak dibidang regulasi perburuan paus, menggunakan ICRW sebagai dasar konvensinya untuk
menjalankan kegiatannya dan memberikan izin terhadap kegiatan perburuan paus. ICRW sendiri merupakan sebuah konvensi internasional menyangkut
permasalahan perburuan paus yang disetujui pada tahun 1946 di Washington D.C, Amerika Serikat. Pada awalnya, ICRW merupakan 2 perjanjian multilateral yang
berkenaan dengan paus yang kemudian digabungkan. Kedua perjanjian tersebut yaitu konvensi mengenai regulasi paus The Convention for the Regulation of
Whaling yang diadopsi pada tahun 1931 dan perjanjian internasional untuk regulasi paus pada tahun 1937.
Konvensi mengenai regulasi perburuan paus Convention for the Regulation of Whaling diadopsi pada tahun 1931 dengan alasan karena adanya kekhawatiran
terhadap keberlangsungan industri paus. Industri pada saat itu berkembang pesat karena adanya kapal yang memadai dan inovasi teknologi yang memungkinkan
untuk melakukan perburuan secara intensif dan jauh dari stasiun darat seperti di Antartika. Di dalam konvensi awal ini, konvensi hanya mengatur mengenai
perizinan kapal dan pelarangan terhadap perburuan beberapa jenis paus. Dikarenakan konvensi sebelumnya menyebabkan jumlah paus yang ditangkap
semakin banyak dan harga minyak paus turun. Adopsi dilakukan sekali lagi terhadap perjanjian internasional untuk regulasi paus pada tahun 1937, yang
dalam pembukaannya tertulis bahwa tujuan dari dimunculkannya perjanjian ini adalah untuk menjaga kemakmuran dari industri paus dan untuk itu, menjaga
ketersediaan paus. Perjanjian ini lebih kompleks dengan mengatur beberapa jenis paus yang tidak boleh ditangkap, menjadwalkan penangkapan paus jenis tertentu
sesuai musimnya, melakukan zona larangan penangkapan dan memperkuat regulasinya terhadap insdustri. Konvensi tahun 1937 juga menjadi fondasi
munculnya sistem perburuan paus demi penelitian dengan izin khusus dimana dalam pelaksanaannya, setiap pihak terkait harus melaporkan seluruh informasi
terkait mengenai paus dan data data berguna lainnya dan dibawa ke badan
Universitas Sumatera Utara
penelitian internasional untuk data perburuan paus International Bureau for Whaling Statistics di Norwegia.
Kedua konvensi tersebut digabungkan dan menjadi dasar daripada ICRW. Meskipun merupakan gabungan dari konvensi 1931 dan 1937, ICRW memiliki
kekhususan tersendiri, salah satunya yaitu fungsi amandemen di dalam pasalnya, dimana ICRW dapat mengajukan sutau perubahan kepada negara anggotanya dan
para anggota tersebut akan memberikan jawaban. Pemungutan suara dilakukan melalui voting sampai ¾ tiga per empat suara dari yang melakukan voting
tercapai. Negara anggota juga berhak untuk menolak amandemen sehingga amandemen tersebut baru berlaku padanya apabila penolakan telah dicabut.
Sistem seperti ini menyebabkan regulasi ICRW bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuan dasar dari ICRW ini sendiri ialah untuk melakukan konservasi terhadap berbagai jenis paus dan membuat regulasi perburuan yang terorganisir dan
bertahahap terhadap industri komersial paus.
73
73
International Convention for the Regulation of Whaling 1946
ICRW ini mulai berlaku pada tanggal 10 November 1948 dan terus diperbaiki sampai pada tahun 1956 dimana
helicopter dan kapal juga dimasukkan sebagai alat transportasi yang dikategorikan sebagai kendaraan untuk menangkap paus. Konvensi ini juga bertujuan untuk
untuk melakukan perlindungan seluruh jenis paus terhadap perburuan secara besar besaran, penetapan suatu sistem internasional terhadap perburuan paus untuk
memastikan adanya konservasi yang berjalan dengan baik dan terjaganya keseimbangan jumlah paus, dan untuk menjaga tersedianya sumber daya alam
untuk generasi kedepannya dengan paus sebagai bentuk sumber daya alam yang dapat dieksploitasi secara berkelanjutan. Salah satu cara yang paling efisien untuk
mencapai tujuan ini adalah dengan membentuk suatu organisasi internasional yaitu International Whaling commission IWC. Badan ini juga berfungsi sebagai
Universitas Sumatera Utara
tempat untuk pertimbangan pemberian izin kepada negara negara untuk melakukan penelitian terhadap paus yang melibatkan terjadinya perburuan paus.
74
Di dalam pasal pertama disebutkan bahwa ICRW berlaku terhadap kapal pabrik, stasiun darat dan kapal pemburu paus dimana kewenangan konvensi ini berlaku
terhadap seluruh negara peserta dan juga segala wilayah perairan yang melarang perburuan paus oleh kapal pabrik, stasiun darat dan pemburu paus.
75
ICRW juga menjelaskan bahwa yang dikategorikan sebagai “Whale Catcher”, penangkap
paus ,ialah kapal yang digunakan dengan tujuan untuk memburu, mengambil, menarik, meletakkan, ataupun memata-matai paus. Negara yang termasuk ke
dalam negara yang turut serta menurut konvensi ini ialah negara yang telah meratifikasi ataupun telah memberikan persetujuan untuk konvensi ini.
76
Badan penelitian ini, membantu IWC di dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan “studi dan penelitian mengenai paus dan perburuannya”.
Pada tahun 1950, IWC membuat suatu komite di dalamnya yang mengurus segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Komite ini diberi nama Scientific committee
yang terdiri dari para ilmuan yang direkomendari oleh negara anggota. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi ilmuan dan ahli lainnya yang bukan rekomendasi
negara untuk ikut terlibat di dalamnya selama pertemuan tersebut yang tidak menggunakan voting.
77
Badan ini menganalisa informasi yang disediakan negara anggota yang merupakan kewajibannya untuk memberikan seluruh infromasi penting yang
berkaitan dengan paus dan perburuannya.
78
ICRW, melalui badan penelitian IWC, dapat diamandemen dari waktu ke waktu sesuai dengan agenda dengan mengadopsi peraturan konservasi dan penggunaan
74
International Convention for the Regulation of Whaling, http:en.wikipedia.orgwikiInternational_Convention_for_the_Regulation_of_Whalingcite_no
te-2, diakses pada 20 Juni 2014 pukul 10.27 WIB.
75
ICRW 1946, pasal 1 ayat 1 2.
76
ICRW 1946, pasal 2 ayat 3 4.
77
ICRW 1946, pasal 4.
78
ICRW 1946, pasal 8 ayat 3.
Universitas Sumatera Utara
sumber daya paus, seperti mengamandemen peraturan tentang paus yang sudah dilindungi dan yang belum dilindungi, musim pembukaan dan penutupan,
perairan terbuka dan tertutup, termasuk peruntukan daerah cagar perlindungan paus, ukuran maksimal untuk setiap jenis paus. Waktu, metode dan jumlah
perburuan paus termasuk jumlah perburuan paus maksimal disetiap musimnya; Jenis dan spesifikasi dari perlengkapan dan peralatan yang boleh digunakan;
Metode pengukuran, penangkapan kembali serta data statistik dan biologis juga di atur di dalam ICRW.
79
Amandemen yang direncanakan ke dalam ICRW kedepannya, haruslah benar benar diperlukan untuk melaksanakan tujuan dari konvensi ini seperti
menyediakan konservasi, pengembangan dan penggunaan maksimal dari sumber daya paus. Amandemen juga didasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dan tidak terikat pada pembatasan jumlah ataupun kewarganegaraan kapal dan tetap akan mempertimbangkan kepentingan konsumen produk paus serta badan
usaha yang berkaitan dengan paus. Peraturan ICRW tidak serta merta melarang seluruh perburuan paus tanpa
memikirkan dampak yang terjadi dimasyarakat. Pada masyarakat tertentu, paus masih memiliki hubungan yang erat dengan tradisi, adat istiadat dan kebiasaan
hidup mereka. Oleh karena itu, peraturan yang ada dan diamandemen masih terus memperhatikan perkembangan masyarakat international secara konsisten serta
industri komersial paus.
80
79
ICRW 1946, pasal 5 ayat 1.
80
ICRW 1946, pasal 5 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TAHAP PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUAN PAUS
ANTARA JEPANG DAN AUSTRALIA
A. Sengketa Internasional dan Cara Penyelesaiannya Secara Damai