Gambaran SDMStaf Lapas Terbuka Jakarta

terhadap organisasi, jujur dalam perkataan dan perbuatan, disiplin dalam bekerja. 3. Terampil dalam bekerja Artinya petugas Lapas Terbuka Jakarta harus memiliki keterampilan untuk mendukung kinerjanya. 4. Trengginas dalam jasmani. Artinya petugas Lapas Terbuka memiliki ketahanan fisik yang baik sehingga dapat mendukung kinerja. Dalam melakukan pembinaan terhadap personil agar tanggap dalam pengetahuan dan terampil dalam bekerja, Kalapas secara rutin mengirimkan petugas Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta untuk mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan Diklat baik yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia BPSDM Kementerian Hukum dan HAM RI. Diklat yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta dan instansi yang lain. 7

G. Kriteria Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Jakarta

8 Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pemasyarakatan nomor : E.PR.07.03- 725 tanggal 05 Desember 2003, perihal Operasionalisasi Lapas Terbuka Jakarta, maka penempatan narapidana pada Lapas Terbuka Jakarta adalah berasal dari UPT wilayah DKI Jakarta, wilayah Jawa Barat, wilayah Banten, maupun narapidana yang berdomisili di sekitar wilayah Lapas Terbuka 7 Profil Lapas Terbuka Jakarta 2013. 8 Profil Lapas Terbuka Jakarta 2013. Jakarta. Namun demikian tidak semua narapidana dapat diterima untuk menjadi penghuni Lapas Terbuka Jakarta, karena narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekusor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan Hak Asasi Manusia HAM yang berat, serta kejahatan trannasional terorganisasi lainnya tidak dapat ditempatkan di Lapas Terbuka Jakarta. Karena pendekatan keamanan yang diterapkan di Lapas Terbuka Jakarta bersifat Minimum Security, maka narapidana yang akan ditempatkan di Lapas ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut, yaitu : 1. Syarat substantif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : 21 tahun 2013, Tentang syarat dan tata cara pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat yaitu : a. Narapidana telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana. b. Narapidana telah menunjukkan perkembangan budi pekerti dan moral yang positif. c. Narapidana telah berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan dengan tekun dan bersemangat. d. Kondisi masyarakat telah dapat menerima program kegiatan pembinaan yang bersangkutan. e. Selama menjalankan pidana narapidana tidak pernah mendapat hukuman disiplin sekurang-kurangnya dalam waktu 9 bulan terakhir sehingga narapidana yang diasimilasikan adalah narapidana yang mempunyai masa pidana 12 bulan atau lebih. f. Masa pidana yang telah dijalani untuk asimilasi, narapidana telah menjalani minimal 12 setengah dari masa pidana, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. 2. Syarat administratif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : 21 tahun 2013 pasal 24, tentang syarat dan tata cara pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat, yaitu : a. Terdapat salinan putusan pengadilan ekstrak vonis. b. Surat Keterangan asli dari Kejaksaan bahwa narapidana yang bersangkutan tidak mempunyai perkara atau tersangkut dengan tindak pidana lainnya. c. Adanya Laporan Penelitian Kemasyarakatan LITMAS dari Bapas tentang pihak keluarga yang akan menerima narapidana, keadaan masyarakat sekitar dan pihak lain yang ada hubungannya dengan narapidana. d. Salinan daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tetib yang dilakukan narapidana selama menjalani pidana dari Kalapas. e. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti garasi, remisi, dan lain-lain dari Kalapas.