3. Terbatasnya Kualitas Sumber Daya Manusia
Tidak dapat dibantah bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam suatu tubuh lembaga adalah modal penting yang menjadi penggerak
bagi lembaga itu. Begitu pula dengan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta yang memiliki total 80 orang petugas di dalamnya. Minimnya petugas
yang memiliki keahlian di bidang pembinaan kemandirian juga merupakan salah satu faktor penghambat. Tidak setiap petugas memiliki keahlian
praktis bagi bidang pembinaan kemandirian. Sehingga apabila pelatih atau instruktur pembinaan tidak dapat hadir maka, tidak ada yang bisa
menggantikan mereka untuk melatih WBP. 4.
Sedikitnya Mitra Kerja Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta memiliki program pembinaan
kemandirian bekerja pada pihak ke-3 P3 dimana dalam program tersebut, WBP dapat menjalani pekerjaan yang diinginkannya di luar lembaga.
Artinya akan terjadi interaksi yang lebih luas antara WBP dengan masyarakat luas. Hal ini adalah salah satu cara WBP mengintegrasikan
dirinya ke dalam masyarakat. Program ini dilaksanakan sesuai dengan fungsi pokok Lapas Terbuka yaitu sebagai Lapas asimilasi bagi WBP.
Namun, karena sedikitnya mitra kerja yang ada saat ini membuat WBP yang dapat bekerja di luar lembaga pun sedikit. Hal ini juga dipengaruhi
oleh tingkat kepercayaan masyarakat kepada WBP yang rendah.
15
15
Informasi diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan pada tanggal 20 November 2013.
5. Kemauan Warga Binaan Pemasyarakatan Kurang
Kemauan dari WBP yang kurang dalam mengikuti program pembinaan juga menjadi faktor penghambat. Karena apabila dalam diri WBP itu
sendiri mempunyai kemampuan yang minim, maka hasil pembinaan yang diharapkan yaitu kemandirian tidak akan tumbuh dalam jiwa WBP. Hal ini
diungkapkan oleh Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja kepada penulis.
“Kalau WBP yang tidak mau ikut ya kami juga tidak bisa memaksakan ya. Kenapa kami tidak bisa memaksakan karena itu
terkait dengan program juga. Misalnya peternakan, di program itu cukuplah lima orang saja yang mengurus. Karena apabila terlalu
banyak orang juga akan mempengaruhi proses dan hasil ternak itu sendiri. Terlalu banyak orang yang terlibat juga bisa membuat
tingkat stres ayam tinggi. Selain itu jika terlalu banyak orang yang ikut turun tangan namun kalau mereka memiliki pendapat yang
berbeda-beda juga bisa mengacaukan program kan. Jadi ya, masalahnya kembali lagi karena kurangnya program. Kami rasa
kalau programnya cukup banyak, maka akan bisa menyerap WBP yang ada sehingga yang tidak mau ikutpun bisa kami paksa.
Karena keterbatasan itulah kami tidak bisa berbuat apa-
apa.”
16
D. Hasil Pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian
Program pembinaan kemandirian adalah salah satu program yang ada di Lapas Terbuka Jakarta yang diharapkan dapat memberikan bekal keterampilan
atau keahlian dalam bidang tertentu sehingga membuat WBP yang telah keluar dari lembaga ini dapat mandiri nantinya dalam hal mencari mata
16
Wawancara dengan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja dilakukan pada 6 Januari 2014.
pencaharian.
17
Hal inilah yang diungkapkan oleh Ibu Puji Indrayani kepada penulis tentang definisi pembinaan kemandirian menurut beliau.
Beberapa orang WBP yang telah mengikuti program pembinaan kemandirian dan merasakan manfaat dari program tersebut adalah AH dan
AG. Mereka ada dua orang WBP yang mengikuti program pembinaan kemandirian peternakan ayam broiler. AH merupakan pencetus yang
mengusulkan program ini berjalan kembali. Ia kemudian menjalankan kembali program peternakan ayam yang semula vakum. Ia merekrut beberapa orang
WBP lainnya untuk belajar menternakan ayam broiler karena semasa masih bekerja dulu, ia pernah menangani proyek peternakan ayam. Sehingga ia
memiliki keahlian di bidang tersebut. Berikut pernyataan AH saat diwawancarai oleh peneliti:
“Saya dulu pernah menggarap proyek peternakan mbak. Pernah lihat proyeknya, lalu dari situ jadi tahu seluk beluknya. Lalu saya
lihat disini ada lahan, kenapa tidak dimanfaatkan. Kemudian saya usulkan untuk diadakan kembali program peternakan. Karena
waktu saya tiba, program peternakan ayam sedang tidak jalan karena ketiadaan dana. Lalu saya mengajak beberapa warga
Warga Binaan Pemasyarakatan untuk ikut program ini. Karena saya ingin mengembangkan program ini agar bisa dijalankan terus
disini mbak, jangan sampai berhenti. Karena keuntungannya lumayan mbak. Nantinya bisa ada pemasukan untuk warga, dan
ada pemasukan untuk lapas juga.”
18
AG merupakan WBP yang direkrut AH dalam proses peternakan ayam broiler. AG mengaku ia senang diajak oleh AH dalam program peternakan
17
Wawancara dengan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja dilakukan pada 6 Januari 2014.
18
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
ayam karena ia memang memiliki minat terhadap pemeliharaan ayam. Hal ini terungkap dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti berikut ini:
“Pertama, karena saya diajak. Kedua, karena saya memang berminat pada peternakan ayam mbak. Dulu waktu di kampung
pernah memelihara beberapa ekor ayam tapi bukan ayam petelur ya, tapi ayam hias. Ya cukup senang ya dengan ayam. Nah dari situ
saya ingin mencoba menternakkan ayam mbak.”
19
Manfaat mendapat keterampilan tambahan juga dirasakan oleh WBP berinisial AN yang baru berusia 18 tahun saat pindah ke Lapas Terbuka
Jakarta. Setelah mengikuti program kemandirian ia menjadi lebih termotivasi untuk melanjutkan sekolahnya yang sempat terputus akibat masuk Lembaga
Pemasyarakatan dan bekerja untuk mengumpulkan modal untuk berwirausaha budidaya cacing. Hal ini seperti yang AN ungkapkan kepada penulis dari
wawancara. “Setelah keluar sih mau nerusin sekolah lagi kak. Mau kuliah juga.
Mungkin kalau ada kesempatan ingin juga buka usaha budidaya cacing. Tidak begitu sulit juga sih prosesnya.
”
20
Keadaan Lapas yang terbuka membuat sisi psikologis mereka menjadi lebih tenang, tidak merasa tertekan dengan tidak adanya kurungan dan jeruji
serta dinding yang tinggi seperti bangunan Lapas pada umumnya. Sehingga mereka bisa menjalankan program pembinaan kemandirian yang disiapkan
selama mereka menunggu hari pembebasan bersyarat yang telah ditentukan sebelum mereka pindah. Maka, lingkungan Lapas yang terbuka dapat
dikatakan pula mendukung program pembinaan dari sisi psikologis dan mental
19
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.
20
Wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan pada 9 Januari 2014.