Pengarahan Tahapan Pembinaan Kemandirian Di Lapas Terbuka Klas IIB

dalam mengawasi pelaksanaan program pembinaan yang diikuti oleh WBP. Program-program kemandirian yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta merupakan program yang telah diputuskan oleh jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Namun, program-program tersebut juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitar Lapas. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja Giatja kepada penulis: “Ini memang sudah digariskan ada di Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 21 tahun 2013. Itu yang terbaru, kan kalau keputusan seperti itu ada urutannya. Pertama, undang- undang, terus peraturan pemerintah, turun lagi peraturan menteri. Nah, itu ada di peraturan menteri itu. Di setiap lapas pasti ada dua macam pembinaan itu, tetapi kontennya saja yang berbeda-beda di tiap Lapas. Kenapa berbeda-beda, ya itu tergantung kondisi dan situasi Lapas itu sendiri. Misalnya karena geografisnya atau memang ciri khas Lapasnya. Jadi program-program itu bukan kita yang merumuskan, memang sudah dari atasnya begitu. Kita hanya menjalankan dan mengembangkan sesuai dengan kondisi dan dana yang ada bila mendukung.” 4 WBP juga dapat mengusulkan perubahan program kemandirian ataupun mengajukan diri untuk mengikuti program kerja pada di pihak ke- 3 P3 yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta. Perubahan tersebut dapat terjadi apabila ada WBP yang memiliki minat dan kemampuan lebih di dalam suatu bidang tertentu. 4 Wawancara dengan Bapak Rio Chaidir selaku Kasubsie Perawatan dan Ibu Puji Indrayani selaku Staf Bidang Kegiatan Kerja Giatja pada tanggal 20 November 2013. Prosesnya, mereka dapat mengajukan program yang diinginkan kepada staf Bidang Giatja. Kemudian staf Bidang Giatja akan meneruskannya kepada Kasubsie Bidang Pembinaan yang kemudian akan diteruskan kepada Kalapas untuk dipertimbangkan untuk disetujui atau ditolak berdasarkan pertimbangan sarana, prasarana dan anggaran dana yang ada. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Puji Indrayani kepada penulis: “Pada dasarnya kita disini tidak mengekang aspirasi dari staf atau warga. Kalau memang ingin ada program baru bisa mengajukan. Biasanya dari warga mengajukan ke kita staf Giatja. Lalu dari kita nanti kita ajukan ke Kasubsie Pembinaan. Dari Kasubsie naik lagi ke Kalapas. Kalau ada dana dan lahan biasanya disetujui. Tidak mungkin Kalapas menolak kalau memang programnya bagus dan kita bisa melaksanakan. Kalau ditolak itu biasanya karena mentok di dana sih ya. Tapi setahu saya, Kalapas orang yang demokratis ya. Selama bisa dilaksanakan, beliau juga mendukung kok. ” 5 “Program budidaya cacing juga adalah salah satunya warga yang mengusulkan. Jadi ada warga yang melihat bahwa ada peluang di Lapas ini bisa menjalankan program budidaya cacing karena prospeknya yang cukup menguntungkan. Lalu ia mengusulkan untuk diadakannya program budidaya cacing. kebetulan juga program budidaya jamur telah habis masanya. Jadi kita bisa pakai rumah yang untuk budidaya jamur ke budidaya cacing. kita mencari orang yang bisa menjadi pelatih program tersebut untuk melatih warga. Disini programnya bisa berubah jika memang sesuai dengan kondisi lahan yang ada. Warga bisa mengembangkan kreativitas dan kemampuan yang dimilikinya maksimal disini. ” 6 Lapas Terbuka Jakarta tidak memiliki jadwal khusus bagi pembinaan kemandirian seperti di Lapas tertutup yang menentukan hanya beberapa 5 Wawancara dengan Ibu Puji Indrayani selaku staf Bidang Kegiatan Kerja dilakukan pada 6 Januari 2014. 6 Wawancara dengan Pak Rio Chaidir selaku staf Kasubsie Perawatan dilakukan pada 11 Desember 2013.