Konsep Pemberdayaan Narapidana Pemberdayaan Narapidana Dalam Perspektif Kesejahteraan

pemahaman masyarakat tentang tanggung jawab serta peran yang harus dimainkannya dalam pencegahan kejahatan secara aktif. Mengacu pada Snarr 27 , ada beberapa alasan munculnya Community Based Correction sebagai alternatif dari pemenjaraan. Pertama, ketidakpuasan terhadap kondisi penjara, seperti overcrowding, dana yang tidak cukup, extreme idleness ketiadaan kegiatan atau pekerjaan yang membuat narapidana terbengkalai, kurangnya program-program yang bermanfaat, hingga ketidakamanan di dalam penjara. Satu kondisi lain yang merupakan dampak dari kondisi-kondisi sebelumnya terjadinya prisonisasi, yaitu proses pembelajaran kejahatan antar narapidana selama berada dalam penjara. Kedua, alasan kemanusiaan, di mana hal ini adalah sesuatu yang sulit untuk dijamin bila seseorang berada di dalam penjara. Ketiga, efektivitas pembiayaan yang sulit sekali dicapai dalam pemenjaraan tradisional. Dalam pelaksanaan Community Based Correction, seorang terpidana akan berada di masyarakat dan melakukan kegiatan seperti anggota masyarakat biasa lainnya. Dengan bekerja diharapkan narapidana mampu memperoleh pendapatan, yang sekaligus akan mengurangi beban yang seharusnya ditanggung dalam pelaksanaan pidana terhadap dirinya. Keempat, terciptanya administrasi keadilan yang lebih baik. Community Based Correction menawarkan peluang bagi kerjasama yang lebih besar antara kepolisian, pengadilan dan lembaga koreksi pemasyarakatan 27 Richard Snarr, Introduction to corrections, h. 75. pada tingkat lokal. Kelima, adalah posisinya CBC sebagai intermediate sanctions. Muncul CBC pada dasarnya dapat menjadi pidana pengganti dalam menanggulangi biaya operasional dari pemenjaraan. Namun demikian, keberhasilan pelaksanaan CBC ini sangat bergantung pada beberapa aspek. Mengacu pada McCarthy, et.al. 28 ada sejumah syarat dalam tercapainya tujuan yang diharapkan oleh CBC ini, sebagaimana dijelaskan berikut ini. 1 Pertama, lokasi yang didalamnya terdapat interaksi dengan meaningful community, yaitu sebuah lingkungan yang menawarkan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku kejahatan. Efektivitas pelaksanaan CBC sangat memerlukan penerimaan dari masyarakat karena tujuan akhirnya adalah integrasi. 2 Kedua, terkait dengan syarat pertama, yaitu diperlukannya lingkungan yang memiliki batasan fisik yang minimum, namun pelaku kejahatan tinggal dengan seseorang yang bertanggung jawab dengan pengawasan yang minimal. 3 Ketiga, adanya program pendidikan, pelatihan, konseling, dan layanan-layanan dukungan lainnya yang berbasis pada komunitas. 4 Keempat, diciptakannya kesempatan bagi pelaku kejahatan untuk mengasumsikan dengan faktor usia. 5 Kelima, aspek gender. Program CBC akan efektif bila dilakukan terhadap narapidana dengan jenis kelamin yang sama. 28 Belinda McCarthy, et, al., Community Based Corrections, Wadsworth, 2001 h. 150. 6 Kelima, lamanya durasi program. Secara ideal CBC diikuti oleh mereka yang masa pidananya paling sedikit enam bulan sampai satu tahun. 7 Keenam, karakteristik dari narapidana. 8 Keenam, pengawasan terhadap narapidana yang memiliki ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang dan alkohol, serta ditempatkan pada lingkungan yang khusus.

B. Lembaga Pemasyarakatan, Narapidana, dan Warga Binaan

Pemasyarakatan 1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan sebagai rantai dari sistem hukum pidana di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Lembaga Pemasyarakatan tidak dapat disingkirkan dari unsur : a Kepolisian, secara administrasi berada dalam naungan Departemen Pertahanan dan Keamanan. b Kejaksaan berada dalam naungan Kejaksaan Agung. c Peradilan dibawah naungan MA, MK. d Lembaga Pemasyarakatan. Sebagai pelaksana dari keputusan yang diputuskan Pengadilan, yang bersifat vonis terhadap tersangka dan Lembaga Pemasyarakatan berada dalam naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia dan Dirjen Pemasyarakatan. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan menurut Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Bab I Ketentuan Umum pasal 1 butir nomor 7 yaitu tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.

2. Konsep Lembaga Pemasyarakatan Terbuka

Lembaga Pemasyarakatan Terbuka merupakan salah satu inovasi baru dalam menyempurnakan sistem pemasyarakatan di Indonesia. Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka sebagai implementasi dari Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No: M.03.pr.0703 Tahun 2003 Tanggal 16 April 2003 perihal pembentukan LAPAS Terbuka Pasaman, Jakarta, Kendal, Nusakambangan, Mataram dan Waikabubak, merupakan pengejawantahan dari konsep Community- based corrections. Lembaga Pemasyarakatan Terbuka merupakan suatu sistem pembinaan dengan pengawasan minimum Minimum Security yang penghuninya telah memasuki tahap asimilasi dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dimana diantaranya telah menjalani setengah dari masa pidananya dan sistem pembinaan serta bimbingan yang dilaksanakan mencerminkan situasi dan kondisi yang ada pada masyarakat sekitar. Hal ini dimaksudkan dalam rangka menciptakan kesiapan narapidana kembali ke tengah masyarakat integrasi . Dengan sistem pembinaan yang berorientasi kepada masyarakat maka LAPAS Terbuka seharusnya memiliki ciri ciri sebagai berikut : a Tidak ada sarana dan prasarana yang nyata-nyata berfungsi pencegah pelarian seperti tembok yang tebal dan tinggi, sel yang kokoh dengan jeruji yang kuat dan pengamanan yang maksimal b Bersifat terbuka dalam arti bahwa sistem pembinaan didasarkan atas tertib diri dan atas rasa tanggung jawab Narapidana terhadap kelompok dimana ia tergolong. c Berada di tengah-tengah masyarakat atau di alam terbuka. Sebagai Lembaga Pemasyarakatan yang baru dibentuk di Indonesia, maka keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka mempunyai tujuan dalam rangka mensukseskan tujuan sistem Pemasyarakatan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 12 Th 1995 tentang Pemasyarakatan. Namun secara khusus pembentukan LAPAS Terbuka mengandung maksud dan tujuan sebagai berikut : a Memulihkan kesatuan hubungan hidup kehidupan dan penghidupan narapidana di tengah tengah masyarakat; b Memberi kesempatan bagi Narapidana untuk menjalakan fungsi sosial secara wajar yang selama ini dibatasi ruang geraknya selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan, dengan begitu maka seorang Narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka dapat berjalan berperan sesuai dengan ketentuan norma yang berlaku di dalam masyarakat;