Analisis kelayakan investasi pengusahaan lobster air tawar CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm
Oleh FAISAL ERMIN
A14103062
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(2)
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR
CV. VIZAN FARM DAN CV. SEJAHTERA LOBSTER FARM
Oleh: FAISAL ERMIN
A14103062
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(3)
di CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm. Dibawah bimbingan RITA NURMALINA SURYANA.
Lobster air tawar merupakan udang yang menyerupai lobster air laut dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Beberapa tahun terakhir ini peranan lobster air tawar semakin penting, terutama sebagai salah satu sumber devisa negara. Pasar ekspor lobster air tawar yang dapat diandalkan saat ini adalah Australia, Jepang, Amerika, Malaysia dan Singapura. Kelebihan lobster air tawar jika dibandingkan dengan udang windu diantaranya: (1) lobster air tawar dikenal lebih tahan terhadap penyakit-penyakit udang-udangan yang ada seperti White Spot, (2) lobster air tawar memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, (3) lobster air tawar mengandung lemak rendah (< 2%), selenium yang merupakan antioksidan untuk menghindari penyakit jantung dan koroner, mempunyai sumber yodium, zink, asam lemak omega 3, magnesium, kalsium dan fosfor, (4) lobster air tawar memiliki tekstur daging yang kenyal dan rasa gurihnya melebihi lobster air laut. Selain keempat faktor tersebut, warnanya yang menarik dan teknik budidaya yang cukup sederhana, serta permodalan yang tidak terlalu besar, menjadikan komoditas ini menjanjikan peluang bisnis yang baik sehingga layak untuk dikembangkan
Prospek yang cerah dari usaha lobster air tawar ini telah menarik masuknya perusahaan-perusahaan atau petani-petani ikan baru untuk ikut mendapatkan keuntungan dari usaha produksi maupun pemasarannya. Beberapa perusahaan yang baru mengembangkan usahanya ke bidang ini adalah CV. Vizan Farm, melalui proyeknya di daerah Sawangan Kabupaten Depok, dan CV. Sejahtera Lobster Farm di daerah Cikupa-Bogor.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menganalisis kelayakan investasi meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek sosial, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya lobster air tawar masing-masing pola usaha (pembenihan, pembesaran maupun pembenihan sampai dengan pembesaran) dengan menggunakan beberapa kriteria kelayakan investasi seperti NPV, IRR, payback period, rasio antara manfaat dan biaya (Net B/C), (3) Menganalisis kepekaan usaha budidaya lobster air tawar terhadap perubahan harga output, input dan kombinasi keduanya.
Penelitian untuk pembenihan lobster air tawar dilaksanakan di CV. Vizan Farm yang berlokasi di Jl. Rapi Rt. 01 Rw. 05 Pondok Petir, Kelurahan Pondok Petir kecamatan Sawangan, Depok. Sedangkan untuk pembesaran dilakukan di CV. Sejahtera Lobster Farm yang berlokasi di Kampung Cikupa Rt 03 Rw 01 Desa Situ Daun Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Pertimbangannya adalah karena CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha lobster air tawar yang dikenal di JABODETABEK. Penelitian di lapang dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur proyek baik biaya investasi, biaya operasional, biaya tetap, serta penerimaan selama masa satu
(4)
tahun usaha. Data-data tersebut digunakan untuk membuat proyeksi kelayakan usaha budidaya lobster air tawar, baik dalam pembenihan, pembesaran maupun gabungan antara keduanya. Sumber data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi, internet dan buku yang berkaitan dengan materi penelitian. Alat analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kelayakan finansial usaha ini adalah nilai kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C dan IRR. Tingkat diskonto yang digunakan adalah 8,75 persen.
Pengusahaan Lobster Air Tawar dilatarbelakangi dengan melihat prospek usaha lobster air tawar memiliki prospek yang bagus, dan para pemilik mempunyai hobi terhadap komoditas perikanan. Lahan yang digunakan dalam analisis finansial tersebut diasumsikan membeli. Modal yang digunakan untuk melakukan pengusahaan Lobster Air Tawar, baik itu usaha pembenihan, pembesaran adalah berasal dari modal sendiri.
Berdasarkan hasil kelayakan yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial, pengusahaan lobster air tawar layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial, Pola Usaha II lebih menguntungkan dari ketiga Pola Usaha. Hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola usaha yang dilakukan, menunjukkan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan terhadap faktor input produksi yaitu pakan berupa pelet tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga Pola Usaha yang dilakukan. Padahal, jika dilihat dari besarnya kebutuhan pakan pelet terhadap total biaya operasional pada ketiga pola usaha tersebut adalah lebih kurang 38 persen dari total biaya operasional. Kenaikan harga pakan pelet tidak berpengaruh dikarenakan penerimaan pada tiap-tiap pola jauh lebih besar jika dibandingkan biaya operasionalnya. Hal tersebutlah yang menyebabkan kenaikan harga input pelet tidak terlalu berpengaruh.
Hasil penelitian kelayakan investasi pengusahaan Lobster Air Tawar, saran yang dapat diajukan adalah antara lain : (1) Pola Usaha II yang merupakan usaha pembesaran layak untuk dipilih, karena memiliki analisis kelayakan finansial yang paling menguntungkan. (2) Dari analisis switcing value, perubahan output sangat mempengaruhi kelayakan produksi, salah satunya dapat disebabkan oleh penyakit yang paling banyak menyerang udang, yaitu white spot. Penyakit tersebut dapat dihindarkan dengan cara selalu menjaga kondisi air dan memperhatikan debit air yang masuk dan keluar harus secara teratur. (3) Dari analisis finansial dapat diketahui bahwa ketiga pola usaha memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan. Oleh karena hal tersebut, kemungkinan akan banyak pengusaha yang mengusahakan Lobster Air Tawar. Dan harga jual benih maupun konsumsi Lobster Air Tawar akan mengalami penurunan, oleh karena itu para pengusaha diharapkan dapat lebih mengefisienkan biaya dalam pemeliharaan agar diperoleh keuntungan yang maksimal. (4) Karena diprediksi para pengusaha yang mengusahakan Lobster Air Tawar tersebut akan semakin bertambah, pengusaha perlu melakukan strategi pemasaran yang baik. Agar produksi yang dihasilkan oleh pengusaha akan dapat terserap oleh pasar. (5) Untuk penelitian selanjutnya, dalam melakukan analisis kelayakan finansial, perlu dilakukan perbandingan tingkat kelayakan finansial berdasarkan sumber modal yang digunakan.
(5)
Nama : Faisal Ermin
NRP : A14103062
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS NIP. 131 685 542
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGUSAHAAN LOBSTER AIR
TAWAR CV. VIZAN FARM DAN CV. SEJAHTERA LOBSTER FARM”
BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2007
Faisal Ermin A14103062
(7)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kemudahan dalam proses penulisan skripsi ini. Skripsi
ini disusun sebagai syarat dalam meraih gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Lobster
Air Tawar CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm” menggambarkan pengusahaan Lobster Air Tawar dari beberapa pola pengusahaan seperti,
pembenihan, pembesaran, maupun kombinasi antara keduanya. Penulis pun tak
lupa menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ermin Moechtar dan Artawardeni, selaku orang tua penulis, Fauzi dan Fahmi
yang telah memberikan segala yang penulis perlukan selama proses belajar
dan mencurahkan motivasi, kasih sayang serta doa kepada penulis.
2. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, Ms atas saran-saran, bimbingan dan
kritikannya selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr. Iwan Riswandi, MS selaku dosen penguji utama yang telah memberikan
masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Faroby Falatehan, SP, ME selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah
memberikan masukan untuk penulisan skripsi yang lebih baik.
5. Fitri Nurdiyani yang telah memberikan motivasi, kasih sayang, waktu dan
kesabaran kepada penulis
6. Terimakasih kepada Pipin, Dedy, Tama, Panji, Arif, Juristama, Eko Restu,
(8)
Nurikhsan, Medi, Jujung, Alaya, Indra, Iis, Astrid, dan Synthe atas bantuan
dan dukungannya selama proses seminar dan sidang.
7. Teman-teman satu bimbingan (Rosma, Adan, Gilda, dan Tria), terima kasih
atas semangat yang telah diberikan.
8. Rekan-rekan Agribisnis 39, 40 dan 41 atas persahabatan dan pertemanannya,
semoga tali silaturahmi kita tetap terjalin dengan erat.
9. Bapak Sugeng dan Bapak Tantri atas kemudahan dan seluruh informasi yang
telah diberikan.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak
untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2007
(9)
Penulis dilahirkan di Jakarta, 8 Agustus 1985 sebagai anak tertua dari tiga
bersaudara pasangan Ermin Moechtar dan Artawardeni. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar di SDN Mojoroto VI Kediri pada tahun 1996. kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Kediri. Pada tahun 2000 penulis
melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Banda Aceh dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi intra kampus Unit
Kegiatan Mahasiswa CENTURY (Center of Entrepreunership Development for Youth) dan menjabat sebagai Ketua Divisi Kewirausahaan periode 2005-2007. Penulis juga aktif pada organisasi ekstra kampus yaitu Himpunan Mahasiswa
Aceh sebagai Ketua Divisi Kewirausahaan periode 2005-2006. Selain itu, penulis
pun pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Kewirausahaan MISETA periode
2006-2007.
Beberapa prestasi yang telah berhasil diukir selama masa perkuliahan
diantaranya adalah Finalis Lomba Pembuatan Bisnis Plan di ITB (2007), Finalis
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Deskripsi Lobster Air Tawar ... 8
2.2 Analisis Usaha Lobster Air Tawar ... 9
2.3 Penelitian Terdahulu ... 10
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... 14
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 14
3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi ... 14
3.1.2 Analisis Finansial ... 18
3.1.3 Analisis Switching Value ... 21
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ... 27
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
4.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 27
4.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 28
4.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 28
4.5 Analisis Switching Value ... 30
4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan ... 31
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 33
5.1 Sejarah dan Perkembangan CV. Vizan Farm ... 33
5.2 Sejarah dan Perkembangan CV. Sejahtera Lobster Farm ... 34
BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNIS, ASPEK PASAR, ASPEK MANAJEMEN DAN ASPEK SOSIAL ... 36
6.1 Kelompok Pola Usaha Lobster Air Tawar ... 36
6.2 Aspek Teknis Pemeliharaan Lobster Air Tawar ... 37
6.2.1 Gambaran Umum Lingkungan Usaha Budidaya ... 37
6.2.2 Keragaan Usaha Pembenihan Lobster Air Tawar ... 39
(11)
viii
6.3.2 Aspek Pasar Pola Usaha II ... 53
6.3.3 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 55
6.4 Aspek Manajemen ... 55
6.5 Aspek Sosial ... 56
BAB VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA LOBSTER AIR TAWAR ... 58
7.1 Analisis Kelayakan Finansial Pola Usaha I ... 58
7.1.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 58
7.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 60
7.1.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha I... 64
7.1.4 Analisis Switching Value... 65
7.2 Analisis Kelayakan Finansial Pola Usaha II ... 66
7.2.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 66
7.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 68
7.2.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha II ... 72
7.2.4 Analisis Switching Value... 73
7.3 Analisis Kelayakan Finansial Pola Usaha III ... 73
7.3.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 74
7.3.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 78
7.3.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha III ... 83
7.3.4 Analisis Switching Value... 83
7.4 Perbandingan Kelayakan Usaha Berdasarkan Ketiga Pola Usaha yang Dilakukan ... 84
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
8.1 Kesimpulan ... 87
8.2 Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
(12)
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Alur Pemikiran Operasional ...26
2. Alur Proses Persiapan Kolam Tempat Pembenihan ...41
3. Alur Proses Produksi Pembenihan Lobster Air Tawar ...47
4. Alur Proses Persiapan KolamTempat Pembesaran ...49
5. Saluran Pemasaran Benih Lobster Air Tawar ...53
6. Saluran Pemasaran Lobster Air Tawar konsumsi ...55
(13)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jadwal Kegiatan Usaha Lobster Air Tawar ... 91
2. Cashflow Pola Usaha I ... 94
3. Laporan Rugi Laba Pola Usaha I ... 95
4. Cashflow Pola Usaha II ... 96
5. Laporan Rugi Laba Pola Usaha II ... 97
6. Cashflow Pola usaha III ... 98
7. Laporan Rugi Laba Pola Usaha III ... 99
8. Cashflow Switching Value Pola Usaha I terhadap Penurunan Produksi Sebesar 22,15 % ... 100
9. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha I terhadap Penurunan Produksi Sebesar 22,15 % ... 101
10. Cashflow Switching Value Pola Usaha II terhadap Penurunan Produksi Sebesar 22,35 % ... 102
11. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha II terhadap Penurunan Produksi Sebesar 22,35 % ... 103
12. Cashflow Switching Value Pola Usaha III terhadap Penurunan Produksi Sebesar 22,33 % ... 104
13. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha III terhadap Penurunan Produksi Sebesar 22,33 % ... 105
14. Cashflow Switching Value Pola Usaha I terhadap Peningkatan Harga Pakan (Pelet) Sebesar 335,30 % ... 106
15. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha I terhadap Peningkatan Harga Pakan (Pelet) Sebesar 335,30 % ... 107
16. Cashflow Switching Value Pola Usaha II terhadap Peningkatan Harga Pakan (Pelet) Sebesar 380,78 % ... 108
17. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha II terhadap Peningkatan Harga Pakan (Pelet) Sebesar 380,78 % ... 109
18. Cashflow Switching Value Pola Usaha III terhadap Peningkatan Harga Pakan (Pelet) Sebesar 348,60 % ... 110
19. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha III terhadap Peningkatan Harga Pakan (Pelet) Sebesar 348,60 % ... 111
20. Cashflow Switching Value Pola Usaha I terhadap Penurunan Harga Output Sebesar 22,15 % ... 112
(14)
xiii
21. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha I terhadap Penurunan Harga Output Sebesar 22,15 % ... 113 22. Cashflow Switching Value Pola Usaha II terhadap Penurunan Harga Output Sebesar 22,35 % ... 114 23. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha II terhadap Penurunan Harga Output Sebesar 22,35 % ... 115 24. Cashflow Switching Value Pola Usaha III terhadap Penurunan Harga Output Sebesar 22,33 % ... 116 25. Laporan Rugi Laba Switching Value Pola Usaha II terhadap Penurunan Harga Output Sebesar 22,33 % ... 117
(15)
1.1 Latar Belakang
Dalam konsep agribisnis, sub sektor perikanan termasuk ke dalam sektor pertanian. Peran sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional sangatlah penting, diantaranya adalah sebagai penyedia bahan pangan hewani, penyedia bahan baku untuk mendukung agroindustri, peningkatan devisa melalui ekspor perikanan, penyedia kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan pelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jendral Perikanan, 1993).
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat besar dan kaya akan biota-biota yang bernilai ekonomis baik di wilayah perairan tawar (darat), dan perairan laut. Potensi sumberdaya perikanan di perairan tawar meliputi keanekaragaman jenis (plasma nutfah) ikan dan lahan perikanan. Di perairan tawar Indonesia terdapat sekitar 655 jenis ikan asli. Dari seluruh jenis ikan asli tersebut 160 jenis tergolong ikan bernilai ekonomis penting dan 13 jenis ikan diantaranya telah dibudidayakan (Rukmana, 1997).
Pembangunan perikanan Indonesia dapat dikelompokan dalam dua kategori yaitu perikanan laut dan perikanan darat termasuk di dalamnya kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya ikan. Keanekaragaman jenis (plasma nutfah) ikan me mberi peluang besar dalam kegiatan budidaya perikanan air tawar, baik usaha perikanan tangkap di perairan umum (waduk, danau dan sungai) maupun usaha budidaya ikan dikolam dan sawah (mina padi). Adapun potensi hasil perikanan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
(16)
2
Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya 2000-2005 (ton)
Sub sektor 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Budidaya Laut 197 114 221 010 234 859 249 242 420 919 890 074 Budidaya Tambak 430 017 454 710 473 128 501 977 559 612 643 975 Budidaya Kolam 214 393 222 790 254 625 281 262 286 182 331 962 Budidaya Keramba 25 773 39 340 40 742 40 304 53 695 67 889 Budidaya Jaring
Apung 34 602 40 710 47 172 57 628 62 371 109 421 Budidaya sawah 93 063 98 190 86 627 93 779 85 831 120 353 Sumber: Statistik Perikanan Indonesia, 2005
Udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis, menjadi komoditas unggulan ekspor bagi pemerintah dalam rangka meningkatkan pemasukan devisa negara melalui sektor non migas. Berdasarkan Tabel 2, persentase nilai ekspor udang terhadap total nilai ekspor komoditas hasil perikanan tergolong stabil walaupun menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 meskipun persentase nilai ekspor udang terhadap total nilai komoditi perikanan mengalami penurunan sebesar 1,28 persen namun nilai ekspor udang mengalami peningkatan sebesar 1,63 persen. Meskipun pada tahun selanjutnya nilai ekspor komoditas ini mengalami penurunan, namun potensi pengembangan ini masih besar. Hal ini terlihat dari pangsa ekspor komoditas ini terhadap total ekspor perikanan masih di atas 50 persen.
Tabel 2. Nilai Ekspor Udang Terhadap Total Ekspor Komoditas Perikanan 2002-2004 (US$)
Tahun Nilai Ekspor Udang Total ekspor komoditas perikanan % 2002 836 563 280 1 570 353 113 53,27 2003 850 222 203 1 635 167 850 51,99 2004 810 905 190 1 611 855 014 50,31 Sumber: Statistik Perikanan Indonesia, 2004
Salah satu komoditas yang termasuk dalam ekspor tersebut adalah lobster air tawar. Lobster air tawar merupakan udang yang menyerupai lobster air laut dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Beberapa tahun terakhir ini peranan lobster
(17)
air tawar semakin penting, terutama sebagai salah satu sumber devisa negara. Pasar ekspor lobster air tawar yang dapat diandalkan saat ini adalah Australia, Jepang, Amerika, Malaysia dan Singapura1.
Permintaan pasar akan lobster air tawar terus menunjukkan perkembangan. Banyak kolam-kolam yang tadinya diisi dengan udang windu kini diganti dengan lobster air tawar. Trend tersebut dikarenakan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh lobster air tawar. Kelebihan lobster air tawar jika dibandingkan dengan udang windu diantaranya: (1) lobster air tawar dikenal lebih tahan terhadap penyakit-penyakit udang- udangan yang ada seperti White Spot, (2) lobster air tawar memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, (3) lobster air tawar mengandung lemak rendah (< 2 persen ), selenium yang merupakan antioksidan untuk menghindari penyakit jantung dan koroner, mempunyai sumber yodium, zink, asam lemak omega 3, magnesium, kalsium dan fosfor, (4) lobster air tawar memiliki tekstur daging yang kenyal dan rasa gurihnya melebihi lobster air laut. Selain keempat faktor tersebut, warnanya yang menarik dan teknik budidaya yang cukup sederhana, serta permodalan yang tidak terlalu besar, menjadikan komoditas ini menjanjikan peluang bisnis yang baik sehingga layak untuk dikembangkan2.
1 Informasi diperoleh dari web-site www.jogjalobster.com, diakses tanggal 11 Februari 2007. 2 Informasi diperoleh dari web-site www.jogjalobster.com, diakses tanggal 11 Februari 2007.
(18)
4
Pada sisi harga, harga lobster air tawar juga cukup menjanjikan. Harga
lobster siap konsumsi yang berusia sekitar tujuh bulan berkisar diantara Rp 200 000-Rp 300 000 per kilogram. Satu kilogram berisi sepuluh ekor hingga
15 ekor lobster3.
Budidaya lobster air tawar di Indonesia telah dirintis oleh para pencinta dan petani ikan, tetapi belum dilakukan secara besar-besaran. Potensi budidaya lobster air tawar di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal, padahal iklim Indonesia sesuai untuk pertumbuhan lobster air tawar. Lobster ini merupakan komoditas perikanan yang perlu dikembangkan karena bernilai ekonomis tinggi. Permintaan lobster air tawar yang semakin meningkat baik didalam maupun luar negeri belum dapat dipenuhi, karena pembudidayaan lobster yang belum berkembang4.
Peluang untuk meningkatkan produksi lobster air tawar sangat terbuka luas, mengingat bahwa : (1) usaha budidaya dapat dilakukan dengan teknologi sederhana, (2) usaha budid aya tidak memerlukan modal yang besar dan dapat dilakukan di kolam-kolam kecil maupun akuarium, (3) kondisi iklim dan sumber pakan alami tersedia di alam, dan (4) pasarnya sangat baik5. Oleh karena itu pengembangan usaha budidaya lobster air tawar ini merupakan salah satu alternatif dalam membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
3
Kompas. 2007. Permintaan Lobster Air Tawar di Sumut Meningkat.
www.kompas.com/kompas-cetak, diakses tanggal 11 Februari 2007. 4
Adijaya, Dian et al. Usaha Lobster Air Tawar Sungguh Menjanjikan. www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=5, diakses tanggal 11 Februari 2007. 5 Adijaya, Dian et al. Usaha Lobster Air Tawar Sungguh Menjanjikan. www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=5, diakses tanggal 11 Februari 2007
(19)
1.2 Perumusan Masalah
Usaha di bidang budidaya lobster air tawar sangat potensial dan diperkirakan akan semakin berkembang. Tingkat permintaan lobster air tawar baik di dalam maupun luar negeri yang terus meningkat menunjukkan peluang pasar yang cukup besar.
Prospek yang cerah dari usaha lobster air tawar ini telah menarik masuknya perusahaan-perusahaan atau petani-petani ikan baru untuk ikut mendapatkan keuntungan dari usaha produksi maupun pemasarannya. Beberapa perusahaan yang baru mengembangkan usahanya ke bidang ini adalah CV. Vizan
Farm, melalui proyeknya di daerah Sawangan Kabupaten Depok, dan CV. Sejahtera Lobster Farm di daerah Cikupa-Bogor.
CV. Vizan Farm merupakan perusahaan pembenihan di bidang lobster air tawar dan CV. Sejahtera Lobster Farm merupakan perusahaan pembesaran di bidang lobster air tawar. Jenis lobster air tawar yang di produksi yaitu Cherax quadricaritus. Produksi yang dihasilkan oleh CV. Vizan Farm dijual ke peternak-peternak lobster air tawar untuk di besarkan dan ke pedagang ikan hias, dan produksi CV. Sejahtera Lobster Farm akan dijual seluruhnya kepada pedagang pengumpul.
Kedua perusahaan tersebut hingga saat ini masih beroperasi, namun kedua perusahaan tersebut memulai usahanya tanpa melakukan suatu analisis yang mendalam mengenai kelayakan investasi lobster air tawar6. Padahal dalam memulai suatu usaha, studi kelayakan usaha sangatlah penting untuk dilakukan
(20)
6
sebagai bentuk antisipasi akan kerugian yang dapat ditimbulkan di masa mendatang.
Menurut Gittinger (1996), suatu proyek seringkali meliputi porsi ruang lingkup yang sangat luas sehingga disusun secara kurang cermat. Hal ini dapat menimbulkan kerugian dalam jumlah yang sangat besar, sehingga batasan-batasan kegiatan beserta biaya dan manfaat perlu ditinjau dalam memulai suatu usaha, dalam hal ini adalah pengusahaan lobster air tawar.
Oleh karena itu permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah pengusahaan lobster air tawar, baik itu pembenihan, pembesaran maupun gabungan antara keduanya memiliki kelayakan investasi. Sehingga penelitian ini dapat menjadi suatu gambaran dalam memulai usaha.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan aspek teknis, aspek pasar, aspek manajeme n, dan aspek sosial.
2. Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya lobster air tawar masing-masing pola usaha (pembenihan, pembesaran maupun pembenihan sampai dengan pembesaran) dengan menggunakan beberapa kriteria kelayakan investasi seperti NPV, IRR, payback period, rasio antara manfaat dan biaya (Net B/C).
3. Menganalisis kepekaan usaha budidaya lobster air tawar terhadap perubahan harga output, input dan kombinasi keduanya.
(21)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm, sekaligus memberikan gambaran usaha budidaya lobster air tawar kepada masyarakat khususnya petani dan pengusaha sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memulai usaha ini. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
(22)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Lobster Air Tawar
Lobster air tawar termasuk ke dalam keluarga parastacidae. Salah satu lobster ini dikenal dengan sebutan lobster air tawar capit merah, karena pada kedua capitnya terdapat warna merah.
Berdasarkan Holthuis (1950) dan Meririck (1993), lobster air tawar diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus
Nama Lokal : Lobster air tawar capit merah
Genus Cherax adalah krustasea air tawar yang mempunyai bentuk seperti lobster, karena memiliki capit yang besar dan kokoh, serta rostrum berbentuk segitiga yang meruncing (Holdich dan Lowery, 1981). Lobster air tawar dikenal dengan sebutan red claw atau biasa juga disebut Yabby Queensland Utara, karena lobster air tawar dewasa jenis ini memiliki warna merah pada capit bagian luarnya, khususnya pada lobster air tawar jantan. Umumnya dijumpai di sungai-sungai di Diving Range. Lobster air tawar dengan warna dasar hijau coklat ini, di daerah asalnya merupakan makanan penduduk setempat.
(23)
Lobster air tawar biasa dijumpai di perairan sungai, danau, dan rawa. Seperti halnya krustasea yang lain, yakni kepiting atau udang windu, lobster air tawar memiliki kerangka pelindung tubuh terdiri dari kerangka luar yang keras (cangkang). Cangkang ini secara berkala harus diganti (moulting) sejalan dengan pertumbuhan, karena rangka tersebut bersifat kaku dan tidak bisa ikut membesar. Cangkang berfungsi untuk melindungi diri dari pemangsa atau bahkan dari kelompok sendiri.
Tubuh lobster air tawar sendiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala dengan dada atau toraks (disebut sebagai cephalothorax) dan abdomen.
Cephalothorax secara keseluruhan dilingkupi oleh cangkang yang disebut sebagai karapas. Bagian abdomennya terdiri dari enam ruas dan sebuah ekor berbentuk kipas.
2.2 Analisis Usaha Lobster Air Tawar
Dalam analisis usaha lobster air tawar, komponen yang digunakan adalah investasi, biaya operasional, penerimaan usaha serta pendapatan yang diperoleh dari usaha budidaya lobster air tawar. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan, sedangkan pengeluaran dimaksudkan sebagai nilai pengeluaran sumber untuk mendapatkan manfaat sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang-barang konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat (Gitingger, 1996).
Tujuan dari kegiatan usaha, baik pemerintah maupun swasta yaitu mencari laba atas investasi dan mempertahankan lajunya atau kelanggengan perusahaan.
(24)
10
Keberhasilan suatu usaha budidaya tergantung pada kemampuan manajemen perusahaan dalam mengatur biaya produksi dan penerimaan yang melibatkan aspek keteknikan dan ekonomi dalam analisis finansial (Gitingger, 1996).
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kelayakan budidaya udang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun jenis komoditi udang yang diteliti adalah udang windu dan ikan gurame, bukan lobster air tawar. Hal ini dikarenakan jenis udang windu dan ikan gurame sudah terlebih dahulu populer di kalangan pengekspor.
Yaser (2002) mengadakan penelitian komoditas perikanan, yaitu Analsis Kelayakan Finanisal Usaha Pemeliharaan Ikan Gurame Di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola usaha yang paling menguntungkan antara pola usaha I (pembenihan ikan gurame), pola usaha II (pendederan ikan gurame), dan pola usaha III (pembesaran ikan gurame), sedangkan pola usaha IV adalah pola rancangan alternatif yang dapat dikembangkan di Desa Purwasari (dari pembenihan hinga pembesaran). Mengevaluasi kelayakan finansial usaha ini adalah nilai kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR. Tingkat diskonto yang digunaka adalah 18 persen, dan melakukan analisis sensitivitas. Berdasarkan hasil analisis investasi, keempat pola usaha menunjukan kelayakan untuk diusahakan. Pola Usaha I menghasilkan NPV sebesar Rp 1 159 348,50, IRR adalah 39 persen, Net B/C 1,48 dan payback period
3,09 tahun. Pola Usaha II memperoleh NPV sebesar Rp 6 771 987, IRR adalah 70persen, Net B/C 3,40 dan payback period 2,09 tahun. Sedangkan Pola Usaha III
(25)
menghasilkan NPV sebesar Rp 10 984 445,50, IRR adalah 76 persen, Net B/C 1,95 dan payback period 1,08 tahun. Pola usaha IV sebagai pola rancangan alternatif menghasilkan NPV sebesar Rp 13 164 950, IRR adalah 94 persen; Net
B/C 2,56 dan payback period 1,05 tahun.
Hasil analisis kelayakan finansial dengan menggunakan beberapa kriteria investasi, semua pola usaha ikan gurame yang dilakukan di daerah penelitian, termasuk di dalamnya pola usaha IV layak untuk dilakukan, tapi yang paling menguntungkan dan layak untuk dilakukan adalah pola usaha IV. Hal tersebut terlihat pada NPV, IRR, Net B/C, dan IRR yang lebih besar diantara beberapa pola usaha lainnya.
Hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap keempat pola usaha yang dilakukan, menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang sangat peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan terhadap faktor input produksi yaitu pakan tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha keempat pola usaha yang dilakukan, terlebih dengan pola usaha I karena pakan (pelet) yang digunakan tidak terlalu banyak, yaitu hanya digunakan sebagai pakan tambahan pada saat pemeliharaan induk, sedangkan pakan utama yang digunakan untuk benih adalah cacing sutera yang harganya tidak terlalu mahal.
Pola yang digunakan oleh peneliti saat ini, hampir sama dengan pola yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, bedanya pada komoditas yang diusahakan dan skala usaha.
(26)
12
Sulfuad (1998) melakukan penelitian pada usaha tambak udang dengan pola kemitraan di PT. Triasta Citarate, Desa Gunug Batu, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Analisis yang dilakukan meliputi analisis usaha dengan menggunakan R-C ratio dan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria investasi NPV, Net B/C ratio, dan IRR.
Hasil analisis usaha berdasarkan data riil pada saat panen menunjukan keuntungan sebesar Rp 62 128 280 per musim tanam dan R-C ratio 1,08. dari hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 162 237 947, Net B/C
ratio 2,04 dan IRR 199,49 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha pembesaran udang tersebut layak dilaksanakan. Penerimaan minimum yang harus diperoleh perusahaan untuk mencapai titik impas Rp 5 786 161.947 dan produksi minimum yang harus diperoleh perusahaan untuk mencapai titik impas adalah 184 861,61 kg. Berdasarkan analisis sensitivitas terhadap penurunan nilai SR (survival rate) udang sebesar 10 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp( 91 588 788,85); nilai
Net B/C ratio 0,51 dan nilai IRR berdasarkan perhitungan tidak dapat ditentukan. Nilai di atas menunjukan bahwa apabila terjadi penurunan SR sebesar 10 persen akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan dan usaha tidak layak utnuk diteruskan.
Sari (1997) mengadakan penelitian pada PT. Ika Nusa Fishtama di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Dalam menganalisis proyek pengembangan usaha tambak udang digunakan kriteria investasi NPV, Net B/C dan IRR. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap sensitivitas usaha terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input maupun harga output.
(27)
Hasil analisis diperoleh nilai NPV sebesar Rp 4 884 762.372, Net B/C
ratio 2,90 dan IRR 55,38. hal ini menunjukan bahwa pengembangan tambak udang yang direncanakan oleh PT. Ika Nusa Fishtama ini menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga benur 9,14 persen diperoleh NPV sebesar Rp 3 834 027 935, IRR 50,68 dan Net B/C
ratio 2,63. Sedangkan apabila terjadi penurunan harga udang sebesar 3,05 persen diperoleh nilai NPV Rp 4 393 831 656, IRR 54,93 persen dan Net B/C 2,87. Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa kenaikan harga benur 9,14 persen dan penurunan harga udang 3,05 persen tidak terlalu mempengaruhi permintaan perusahaan.
(28)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi
Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas ya ng mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al., 1999). Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan dan manfaat. Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembia yaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Perencanaan pembangunan yang baik membutuhkan proyek-proyek yang baik pula, dan demikian juga proyek yang baik membutuhkan perencanaan yang baik (Gittinger, 1996)
Menurut Gittinger (1996), maksud analisis proyek ialah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan ialah terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka. Untuk sebagian besar kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian, persiapan pelaksanaan proyek secara cermat merupakan cara-cara yang terbaik yang dapat dilakukan untuk menjamin
(29)
terpakainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien dan untuk memungkinkan pelaksanaan proyek secara tepat menurut waktu atau jadwal.
Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Kerangka proyek sangat cocok untuk proyek-proyek jenis produksi dengan investasi yang secara jelas dibatasi dan penentuan biaya-biaya dan manfaat- manfaat secara mudah, sebagaimana terdapat pada proyek-proyek pertanian. Tujuan utama dilakukan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran investasi yang memakan dana relatif besar yang ternyata justru tidak memberikan keuntungan secara ekonomi. Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada pengambil keputusan dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan.
Faktor yang menyebabkan kegagalan suatu proyek investasi dapat digolongkan menjadi tiga kategori yakni kesalahan dalam memutuskan dan menilai alternatif investasi, kesalahan dalam pengelolaan setelah proyek berjalan, faktor yang sulit untuk dikendalikan seperti kondisi ekonomi, lingkungan yang berubah, politik, sosial (Suratman, 2002). Investasi atau penanaman modal didalam perusahaan tidak lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di masa yang akan datang. Apapun investasi yang dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Hal ini mengingat masa mendatang yang penuh ketidakpastian.
(30)
16
Kelayakan investasi dalam suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai aspek. Diantaranya dari aspek pasar, teknis, manejemen, dan sosial selain tentunya perlu dilihat pula kelayakannya secara finansial.
a. Aspek Pasar
Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat itu diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Empat P menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli. (Kotler, 2004).
b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiaannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al., 1999). Hal yang perlu mendapat perhatian utama pada aspek teknis adalah lokasi proyek, skala operasi/ luas produksi, pemilihan mesin, proses produksi, dan jenis teknologi yang digunakan. Variabel utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek adalah
(31)
ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, penyediaan tenaga kerja, fasilitas transportasi (Husnan dan Muhammad, 2000).
Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Kerangka harus dibuat secara jelas agar analisis secara teknis dapat dilakukan secara teliti (Gittinger, 1996).
c. Aspek Manajemen
Aspek ini membicarakan tentang bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam operasinya nanti. Hal ini diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek ini menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam ukuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subyektif, tetapi meskipun demikian, kalau hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, maka banyaklah kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan (Kadariah et al., 1999).
(32)
18
d. Aspek Sosial
Analisis proyek dipandang bukan hanya dari sudut pandang perusahaan yang akan melaksanakan proyek tersebut, tetapi juga harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, masyarakat, dan negara. Oleh karena itu, usaha budidaya lobster air tawar akan memberikan beberapa dampak terhadap lingkunga n, masyarakat dan negara.
3.1.2 Analisis Finansial
Analisis finansial merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis proyek. Analisis finansial adalah analisis yang melihat proyek dari sudut pandang individu yang secara langsung terlibat dalam proyek (Gray et al., 1997). Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Gittinger, 1996).
Dalam analisis finansial, proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah hasil untuk modal saham yang ditanam dalam proyek, ialah hasil yang harus diterima oleh para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah, atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut private return (Kadariah et al., 1999).
Kriteria analisis finansial terdiri dari dua bagian yaitu undiscounted criterion dan dinscounted criterion. Undiscounted criterion tidak mengkonversi nilai uang yang akan diperoleh dikemudian hari dengan nilai sekarang. Perbedaan
(33)
antara kedua kategori ini adalah kriteria non-diskonto tidak menyertakan konsep
time value of money sebagaimana yang diterapkan pada kriteria diskonto. Ukuran manfaat yang tidak berdiskonto mempunyai kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima. Sedangkan kriteria diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya pada masa yang akan datang” (Gittinger, 1996).
Kriteria analisis finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode discounted criterion. Kriteria ini mengkonversi nilai uang yang akan diperoleh dikemudian hari dengan nilainya sekarang. Kriteria ini memasukan pengaruh waktu terhadap nilai uang.
Tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan manfaat dan biaya-biaya haruslah mencerminkan opportunity cost of capital, yaitu tingkat
pengembalian (rate of return) investasi alternatif proyek lainnya (Kadariah et al., 1999). Pada kenyataannya sulit untuk menentukan proyek
alternatif yang dianggap sebagai patokan untuk menyatakan pemilihan tingkat diskonto. Sehubungan dengan metode Discounted Cash Flow, terdapat beberapa tolak ukur penilaian suatu investasi, yaitu :
1. Net Present Value (NPV), merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Penggunaan kriteria NPV ditujukan untuk mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan layak bila NPV lebih besar dari nol dan semakin besar NPV menunjukan semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya
(34)
20
apabila NPV dibawah nol, maka menunjukan bahwa bisnis tidak layak untuk diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan.
2. Internal Rate Return (IRR), merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol. Penghitungan IRR dimaksudkan untuk mengetahui nilai tingkat suku bunga sosial yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut adalah tingkat suku bunga maksimum apabila modal yang digunakan didepositokan ke bank. Adapun pembanding yang digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan IRR adalah tingkat suku bunga yang telah ditentukan. Suatu bisnis dikatakan layak bila dapat memberikan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya suatu bisnis dinyatakan tidak layak bila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. Pada uji kelayakan ini tingkat suku bunga yang digunakan adalah 8,75 persen. Angka ini diperoleh dari rata-rata suku bunga deposito yang diberikan oleh Bank Indonesia.
3. Net Benefit Coat Ratio (Net B/C), merupakan angka pembanding antara jumlah present value yang bernilai positif dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Kriteria investasi Net B/C digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat yang diterima ole h bisnis dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria investasi ini, apabila nilai
Net B/C > 1. Sebaliknya, nilai Net B/C < 1, menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh adalah lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Net B/C = 1 berarti besarnya manfaat yang diperoleh adalah sama besarnya dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat tersebut.
(35)
4. Masa pengembalian investasi (payback periode), merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Kriteria Payback Periode digunakan untuk mengetahui tingkat kecepatan modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali. Semakin cepat modal dapat kembali, semakin baik untuk membiayai kegiatan lain. Dalam kriteria ini, suatu bisnis dikatakan layak apabila bisnis tersebut dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek tersebut. Sebaliknya, suatu bisnis dikatakan tidak layak jika bisnis tersebut tidak dapat mengembalikan modal sampai saat proyek berakhir.
3.1.3 Analisis Switching Value
Kadariah et al., (1999) mengemukakan bahwa tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Setiap kemungkinan yang akan terjadi harus dicoba yang berarti harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang.
Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas. Analisis ini digunakan untuk menghitung kepekaan investasi pada pengusahaan proyek terhadap perubahan-perubahan.
(36)
22
Pada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat dari tiga permasalah utama :
1. Perubahan harga jual produk 2. Kenaikan biaya
3. Perubahan volume produksi
Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger, 1996).
3.2Kerangka Pemikiran Operasional
Sebagai salah satu penyumbang kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia, produk perikanan baik itu segar atau pun dalam bentuk olahan mulai digemari dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dengan alasan produk perikanan memiliki berbagai keunggulan bila dibandingkan hewan ternak darat, diantaranya mempunyai kandungan lemak jenuh yang rendah dan mempunyai kandungan asam lemak omega-3 yang sangat diperlukan tubuh (Kinsella et al., 1998). Banyak sekali jenis ikan dengan nilai ekonomis tinggi yang dapat diusahakan, mulai dari ikan air laut, payau dan ikan air tawar. Salah satu jenis perikanan air tawar yang saat ini sangat potensial dan diperkirakan akan
(37)
semakin berkembang adalah lobster air tawar. Tingkat permintaan lobster air tawar yang terus meningkat menunjukan peluang pasar yang cukup besar. Lobster air tawar memiliki harga yang relatif murah bila dibandingkan dengan lobster air laut dan memilikikeunggulan dari segi citra rasa yang khas, tekstur daging yang kenyal serta rasa gurihnya melebihi lobster air laut.
Keunggulan lobster air tawar lainnya jika dibandingkan dengan lobster air laut yaitu Lobster air tawar memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, lobster air tawar juga mengandung lemak rendah (< 2 persen), selenium yang merupakan antioksidan untuk menghindari penyakit jantung dan koroner, lobster air tawar merupakan sumber yodium, zink, asam lemak omega-3, magnesium, kalsium dan fosfor. Hal tersebut menjadikan permintaan lobster air tawar tidak perna h surut di pasaran. Penelusuran Trubus selama enam bulan terakhir menunjukkan, kekhawatiran bisnis lobster air tawar hanya berputar di kalangan peternak saja tidak terbukti. Restoran dan hotel papan atas di Bali, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya, kini meliriknya sebagai menu spesial. Terutama untuk acara-acara khusus seperti peluncuran produk tertentu, perayaan Tahun Baru, Natal, dan acara instansi tertentu7.
Melihat propsek yang baik dari pasar lokal dan international usaha komoditi lobster air tawar, banyak individu/perusahaan yang ikut masuk dalam usaha budidaya komoditi ini. CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm
adalah beberapa perusahaan yang tergolong baru mengembangkan usahanya di bidang ini. Namun usaha tersebut dilakukan tanpa melakukan tinjauan kelayakan
7
Adijaya, Dian et al. Usaha Lobster Air Tawar Sungguh Menjanjikan. www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=5, diakses tanggal 11 Februari 2007.
(38)
24
investasi terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan belum adanya penelitian yang secara jelas menggambarkan kelayakan investasi dalam menjalankan usaha ini dengan jelas. Dilatarbelakangi hal tesebut maka dilakukanlah penelitian kali ini.
Penelitian dilakukan untuk mengkaji apakah proyek tersebut layak dilaksanakan/menguntungkan. Kriteria yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu investasi adalah aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial dengan me nggunakan NPV, Net B/C, IRR dan Payback
period dalam perhitungannya. Sedangkan untuk menguji pengaruh suatu
perubahan keadaan terhadap kelayakan proyek dilakukan analisis switching value. Hasil dari analisis kelayakan proyek tersebut diharapkan dapat me njadi bahan pertimbangan dalam memasuki usaha ini sekaligus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai kelangsungan proyek. Apabila berdasarkan perhitungan usaha ini layak untuk dilaksanakan, maka individu/perusahaan yang ingin terjun dalam usaha ini dapat melakukannya, dan sebaliknya apabila usaha ini tidak layak, maka sebaiknya individu/perusahaan jangan memasuki usaha ini. Bagi beberapa perusahaan yang sebelumnya telah terlebih dahulu memasuki usaha ini, seperti CV Vizan Farm dalam usaha pembenihan lobster air tawar, dan CV. Sejahtera Lobster Farm dalam usaha pembesaran lobster air tawar, apabila usaha ini menguntungkan maka diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam mengembangkan usahanya lebih lanjut. Dan adanya analisis switching value juga dapat menjadikan bahan pertimbangan dalam melihat situasi yang cenderung selalu mengalami perubahan. Sebaliknya apabila dari hasil analisis diketahui bahwa proyek usaha tersebut tidak layak (merugikan), perusahaan sebaiknya segera melakukan perbaikan-perbaikan manajemen dan
(39)
teknis budidaya atau perusahaan dapat mempertimbangkan untuk mengalokasikan sumberdaya pada usaha lain yang lebih menguntungkan. Untuk lebih jelas konsep pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
(40)
26
g
Gambar 1. Alur Pemikiran Operasional
Usaha Lobster air tawar oleh CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm
Prospek usaha lobster air tawar
Bagi perusahaan baru, tidak perlu memasuki usaha Reorientasi alokasi sumberdaya bagi perusahaan lama Tujuan perusahaan mencapai keuntungan Tidak Layak Layak Kebijakan pengembangan perusahaan bagi perusahaan lama
Dilakukan kajian mengenai:
o Analisis kelayakan Investasi o Analisis switching value pada pola
pembenihan, pembesaran maupun gabungan antara keduanya
Trend pengusahaan lobster oleh pengusaha
Belum dilakukan analisis kelayakan
Investasi
Banyak orang belum mengetahui secara pasti usaha ini menguntungkan atau tidak
Perbaikan manajemen dan teknis budidaya Individu/ perusahaan baru dapat memasuki usaha ini
(41)
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian untuk pembenihan lobster air tawar dilaksanakan di CV. Vizan Farm yang berlokasi di Jl. Rapi RT. 01 RW. 05 Pondok Petir,
Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Sawangan - Depok. Sedangkan untuk pembesaran dilakukan di CV. Sejahtera Lobster Farm yang berlokasi di Kampung Cikupa RT 03 RW 01 Desa Situ Daun Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Pertimbangannya adalah karena CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha lobster air tawar yang dikenal di JABODETABEK. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada Bulan Maret sampai April 2007.
4.2 Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur proyek baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan selama masa satu tahun usaha. Data-data tersebut digunakan untuk membuat proyeksi kelayakan usaha budidaya lobster air tawar, baik dalam pembenihan, pembesaran maupun gabungan antara keduanya. Sumber data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi, internet dan buku yang berkaitan dengan materi penelitian.
(42)
28
4.3 Pengolahan dan Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh khususnya tentang data penjualan yang dilakukan dan biaya-biaya baik investasi maupun operasional yang dikeluarkan oleh CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm diolah dengan menggunakan Microsoft Excel. Pemilihan program tersebut didasarkan pada alasan bahwa program tersebut merupakan program yang telah banyak dan mudah digunakan. Untuk data kualitatif diolah dan disajikan secara deskriptif.
4.4 Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi,
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C) dan Payback Period. a. Net Present Value (NPV)
Nilai bersih sekarang (Net Present Value = NPV) adalah selisih antara total present value dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Rumus perhitungan sebagai berikut :
t t t n
t
i
C
B
NPV
)
1
(
1
+
−
=
∑
= Keterangan:
Bt = manfaat dari usaha pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga yang berlaku Ct = biaya dari usaha pada tahun ke-t t = umur ekonomis proyek
(1)
Lampiran 20.
Cashflow Switching Value
Pola Usaha I terhadap Penurunan Harga
Output
Sebesar 22,15 %
UraianA. Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Benih 15,087,330.00 22,630,995.00 22,630,995.00 22,630,995.00 22,630,995.00 22,630,995.00 22,630,995.00 22,630,995.00 22,630,995.00 22,630,995.00
Induk afkir 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Nilai sisa 10,800,000.00
Total Inflow 15,087,330.00 23,350,995.00 22,630,995.00 23,350,995.00 22,630,995.00 23,350,995.00 22,630,995.00 23,350,995.00 22,630,995.00 34,150,995.00
B. Outflow Biaya Investasi
Lahan 10,800,000.00
Kolam 5,689,000.00
Naungan kolam dan akuarium 2,500,000.00 2,500,000.00
Induk 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Akuarium 800,000.00 800,000.00
Rangka akuarium 500,000.00 500,000.00
Timbangan 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00
Hi-blow 100 titik 750,000.00 750,000.00
Pompa air 700,000.00 700,000.00
Serok 24,000.00 24,000.00 24,000.00 24,000.00 24,000.00
Ember 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00
Paralon Induk 112,000.00 112,000.00 112,000.00 112,000.00 112,000.00
Handphone 400,000.00
Lampu 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00
Selang sedang 122,500.00 122,500.00 122,500.00 122,500.00 122,500.00
Selang aerasi 70,000.00 70,000.00 70,000.00 70,000.00 70,000.00
Selang sipon 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00
Jaring kawat 37,500.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00 37,500.00
Total Biaya Investasi 23,870,000.00 1,731,000.00 1,731,000.00 5,250,000.00 1,731,000.00 1,731,000.00
Biaya Operasional
Pelet indukan 320,000.00 480,000.00 480,000.00 480,000.00 480,000.00 480,000.00 480,000.00 480,000.00 480,000.00 480,000.00
Pelet benih 960,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00 1,440,000.00
Cacing sutera 216,000.00 324,000.00 324,000.00 324,000.00 324,000.00 324,000.00 324,000.00 324,000.00 324,000.00 324,000.00
Tauge 40,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00
Garam ikan 30,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00
Pemakaian listrik 600,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00
Pulsa 400,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Kotak sterofom 490,000.00 735,000.00 735,000.00 735,000.00 735,000.00 735,000.00 735,000.00 735,000.00 735,000.00 735,000.00
Es 14,000.00 21,000.00 21,000.00 21,000.00 21,000.00 21,000.00 21,000.00 21,000.00 21,000.00 21,000.00
Transportasi 400,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Total Biaya Operasional 3,470,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00 5,205,000.00
Biaya Tetap
Perawatan kolam 100,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00
Gaji manajer 5,600,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 Gaji karyawan 3,200,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Total Biaya tetap 8,900,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00 13,350,000.00
Total Outflow 36,240,000.00 18,555,000.00 20,286,000.00 18,555,000.00 20,286,000.00 23,805,000.00 20,286,000.00 18,555,000.00 20,286,000.00 18,555,000.00 Manfaat bersih sebelum pajak (21,152,670.00) 4,795,995.00 2,344,995.00 4,795,995.00 2,344,995.00 (454,005.00) 2,344,995.00 4,795,995.00 2,344,995.00 15,595,995.00
Pajak 271,733.00 479,599.50 407,599.50 479,599.50 407,599.50 479,599.50 407,599.50 479,599.50 407,599.50 479,599.50
Manfaat bersih sesudah pajak (21,424,403.00) 4,316,395.50 1,937,395.50 4,316,395.50 1,937,395.50 (933,604.50) 1,937,395.50 4,316,395.50 1,937,395.50 15,116,395.50
DF (8,75%) 0.92 0.85 0.78 0.72 0.66 0.60 0.56 0.51 0.47 0.43
Present Value (19,710,450.76) 3,668,936.18 1,511,168.49 3,107,804.76 1,278,681.03 (560,162.70) 1,084,941.48 2,201,361.71 910,575.89 6,500,050.07
NPV (700.67)
IRR 9%
Net B/C 0.99
Payback period > 10 tahun
(2)
Lampiran 21. Laporan Rugi Laba
Switching Value
Pola Usaha I terhadap Penurunan Harga
Output
Sebesar 22,15 %
Uraian
A. Inflow
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Benih
15,087,330.00
22,630,995.00
22,630,995.00
22,630,995.00
22,630,995.00
22,630,995.00
22,630,995.00
22,630,995.00
22,630,995.00
22,630,995.00
Induk afkir
720,000.00
720,000.00
720,000.00
720,000.00
720,000.00
Total Inflow
15,087,330.00
23,350,995.00
22,630,995.00
23,350,995.00
22,630,995.00
23,350,995.00
22,630,995.00
23,350,995.00
22,630,995.00
23,350,995.00
B. Outflow
Biaya Operasional
Pelet indukan
320,000.00
480,000.00
480,000.00
480,000.00
480,000.00
480,000.00
480,000.00
480,000.00
480,000.00
480,000.00
Pelet benih
960,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
1,440,000.00
Cacing sutera
216,000.00
324,000.00
324,000.00
324,000.00
324,000.00
324,000.00
324,000.00
324,000.00
324,000.00
324,000.00
Tauge
40,000.00
60,000.00
60,000.00
60,000.00
60,000.00
60,000.00
60,000.00
60,000.00
60,000.00
60,000.00
Garam ikan
30,000.00
45,000.00
45,000.00
45,000.00
45,000.00
45,000.00
45,000.00
45,000.00
45,000.00
45,000.00
Pemakaian listrik
600,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
900,000.00
Pulsa
400,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
Kotak sterofom
490,000.00
735,000.00
735,000.00
735,000.00
735,000.00
735,000.00
735,000.00
735,000.00
735,000.00
735,000.00
Es
14,000.00
21,000.00
21,000.00
21,000.00
21,000.00
21,000.00
21,000.00
21,000.00
21,000.00
21,000.00
Transportasi
400,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
Total Biaya Operasional
3,470,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
5,205,000.00
Biaya Tetap
Perawatan kolam
100,000.00
150,000.00
150,000.00
150,000.00
150,000.00
150,000.00
150,000.00
150,000.00
150,000.00
150,000.00
Gaji manajer
5,600,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
Gaji karyawan
3,200,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
Total Biaya tetap
8,900,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
13,350,000.00
Total Outflow
12,370,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
18,555,000.00
Manfaat bersih sebelum pajak
2,717,330.00
4,795,995.00
4,075,995.00
4,795,995.00
4,075,995.00
4,795,995.00
4,075,995.00
4,795,995.00
4,075,995.00
4,795,995.00
Pajak
271,733.00
479,599.50
407,599.50
479,599.50
407,599.50
479,599.50
407,599.50
479,599.50
407,599.50
479,599.50
Manfaat bersih sesudah pajak
2,445,597.00
4,316,395.50
3,668,395.50
4,316,395.50
3,668,395.50
4,316,395.50
3,668,395.50
4,316,395.50
3,668,395.50
4,316,395.50
Tahun
(3)
Lampiran 22.
Cashflow Switching Value
Pola Usaha II terhada p Penurunan Harga
Output
Sebesar 22,35 %
Uraian
A. Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lobster konsumsi 19,305,731.25 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00
Nilai sisa 15,000,000.00
Total Inflow 19,305,731.25 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 25,740,975.00 40,740,975.00
B. Outflow Biaya Investasi
Lahan 15,000,000.00
Kolam 800,000.00
Waring 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00
Bambu 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00
Timbangan 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00
Jaring 90,000.00 90,000.00 90,000.00 90,000.00 90,000.00
Senter 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00
Ember 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00
Paralon Lobster 63,000.00 63,000.00 63,000.00 63,000.00 63,000.00
Handphone 400,000.00
Lampu 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00
Total Biaya Investasi 17,498,000.00 1,298,000.00 1,298,000.00 1,298,000.00 1,298,000.00
Biaya Operasional
Benih 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 Pelet udang 1,600,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 1,920,000.00 Bekicot 1,000,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 Karung 15,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 Pemakaian listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Pulsa 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Kotak sterofom 525,000.00 700,000.00 700,000.00 700,000.00 700,000.00 700,000.00 700,000.00 700,000.00 700,000.00 700,000.00 Es 30,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 40,000.00 Batrei 80,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 Transportasi 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Total Biaya Operasional 8,650,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00 9,700,000.00
Biaya Tetap
Perbaikan kolam 100,000.00 200,000.00 200,000.00 200,000.00 200,000.00 200,000.00 200,000.00 200,000.00 200,000.00 200,000.00 Gaji manajer 7,000,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 Gaji karyawan 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Total Biaya Tetap 11,100,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00 13,400,000.00
Total Outflow 37,248,000.00 23,100,000.00 24,398,000.00 23,100,000.00 24,398,000.00 23,100,000.00 24,398,000.00 23,100,000.00 24,398,000.00 23,100,000.00 Manfaat bersih sebelum pajak (17,942,268.75) 2,640,975.00 1,342,975.00 2,640,975.00 1,342,975.00 2,640,975.00 1,342,975.00 2,640,975.00 1,342,975.00 17,640,975.00 Pajak 0.00 264,097.50 264,097.50 264,097.50 264,097.50 264,097.50 264,097.50 264,097.50 264,097.50 264,097.50 Manfaat bersih sesudah pajak (17,942,268.75) 2,376,877.50 1,078,877.50 2,376,877.50 1,078,877.50 2,376,877.50 1,078,877.50 2,376,877.50 1,078,877.50 17,376,877.50
DF (8,75%) 0.92 0.85 0.78 0.72 0.66 0.60 0.56 0.51 0.47 0.43
Present Value (16,506,887.25) 2,020,345.88 841,524.45 1,711,351.80 712,059.15 1,426,126.50 604,171.40 1,212,207.53 507,072.43 7,472,057.33
NPV (29.20)
IRR 9%
Net B/C 0.99
Payback period > 10 tahun
(4)
Lampiran 23. Laporan Rugi Laba
Switching Value
Pola Usaha II terhadap Penurunan Harga
Output
Sebesar 22,35 %
Uraian
A. Inflow
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lobster konsumsi
19,305,731.25
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
Total Inflow
19,305,731.25
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
25,740,975.00
B. Outflow
Biaya Operasional
Benih
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
3,900,000.00
Pelet udang
1,600,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
1,920,000.00
Bekicot
1,000,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
1,200,000.00
Karung
15,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
Pemakaian listrik
500,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
Pulsa
500,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
Kotak sterofom
525,000.00
700,000.00
700,000.00
700,000.00
700,000.00
700,000.00
700,000.00
700,000.00
700,000.00
700,000.00
Es
30,000.00
40,000.00
40,000.00
40,000.00
40,000.00
40,000.00
40,000.00
40,000.00
40,000.00
40,000.00
Batrei
80,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
Transportasi
500,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
600,000.00
Total Biaya Operasional
8,650,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
9,700,000.00
Biaya Tetap
Perbaikan kolam
100,000.00
200,000.00
200,000.00
200,000.00
200,000.00
200,000.00
200,000.00
200,000.00
200,000.00
200,000.00
Gaji manajer
7,000,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
8,400,000.00
Gaji karyawan
4,000,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
4,800,000.00
Total Biaya Tetap
11,100,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
13,400,000.00
Total Outflow
19,750,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
23,100,000.00
Manfaat bersih sebelum pajak
(444,268.75)
2,640,975.00
2,640,975.00
2,640,975.00
2,640,975.00
2,640,975.00
2,640,975.00
2,640,975.00
2,640,975.00
2,640,975.00
Pajak
0.00
264,097.50
264,097.50
264,097.50
264,097.50
264,097.50
264,097.50
264,097.50
264,097.50
264,097.50
Manfaat bersih sesudah pajak
(444,268.75)
2,376,877.50
2,376,877.50
2,376,877.50
2,376,877.50
2,376,877.50
2,376,877.50
2,376,877.50
2,376,877.50
2,376,877.50
Tahun
(5)
Lampiran 24.
Cashflow Switching Value
Pola Usaha III terhadap Penurunan Harga
Output
Sebesar 22,33 %
Uraian
A. Inflow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lobster konsumsi 9,655,351.88 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 Penjualan benih 3,763,111.50 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 11,289,334.50 Penjualan surplus Benih 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00
Induk afkir 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00
Nilai sisa 12,900,000.00
Total Inflow 16,424,292.38 23,765,854.50 23,405,854.50 23,765,854.50 23,405,854.50 23,765,854.50 23,405,854.50 23,765,854.50 23,405,854.50 37,423,137.00
B. Outflow BIAYA INVESTASI
Lahan 12,900,000.00 Kolam pembenihan 2,844,500.00
Naungan 1,250,000.00 1,250,000.00
Induk 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Akuarium 400,000.00 400,000.00
Rangka akuarium 250,000.00 250,000.00
Timbangan 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00 50,000.00 Hi-blow 375,000.00 375,000.00
Pompa air 350,000.00 350,000.00
Serok 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00 Handphone 400,000.00
Lampu 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 Selang sedang 61,250.00 61,250.00 61,250.00 61,250.00 61,250.00 Selang aerasi 35,000.00 35,000.00 35,000.00 35,000.00 35,000.00 Selang sipon 5,000.00 5,000.00 5,000.00 5,000.00 5,000.00 Jaring kawat 18,750.00 18,750.00 18,750.00 18,750.00 18,750.00 Pembuatan kolam pembesaran 400,000.00
Waring 450,000.00 450,000.00 450,000.00 450,000.00 450,000.00 Bambu 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 Jaring 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 45,000.00 Senter 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 Ember 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 Paralon ukuran 3 inci 87,500.00 87,500.00 87,500.00 87,500.00 87,500.00
Total Biaya Investasi 20,684,000.00 1,514,500.00 1,514,500.00 2,625,000.00 1,514,500.00 1,514,500.00
BIAYA OPERASIONAL
Pembelian benih 1,950,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 Pelet indukan 160,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 Pelet benih 480,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 Pelet udang 800,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 Cacing sutera 108,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 Tauge 20,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 Bekicot 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Pemakaian listrik 550,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 Transportasi 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Garam ikan 15,000.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 Karung 7,500.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 Kotak sterofom 490,000.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 Es 22,000.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 Batrei 40,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 Pulsa 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Total Biaya Operasional 6,142,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00
Biaya Tetap
Gaji Manajer 7,000,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 Gaji karyawan 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 Perbaikan kolam pembesaran 50,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 Perawatan kolam pembenihan 50,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00
Total Biaya Tetap 11,100,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00
Total Outflow 37,926,500.00 19,852,500.00 21,367,000.00 19,852,500.00 21,367,000.00 22,477,500.00 21,367,000.00 19,852,500.00 21,367,000.00 19,852,500.00 Manfaat bersih sebelum pajak (21,502,207.63) 3,913,354.50 2,038,854.50 3,913,354.50 2,038,854.50 1,288,354.50 2,038,854.50 3,913,354.50 2,038,854.50 17,570,637.00 Pajak - 391,335.45 355,335.45 391,335.45 355,335.45 391,335.45 355,335.45 391,335.45 355,335.45 467,063.70 Manfaat bersih sesudah pajak (21,502,207.63) 3,522,019.05 1,683,519.05 3,522,019.05 1,683,519.05 897,019.05 1,683,519.05 3,522,019.05 1,683,519.05 17,103,573.30 DF (8,75%) 0.92 0.85 0.78 0.72 0.66 0.60 0.56 0.51 0.47 0.43 Present Value (19,782,031.02) 2,993,716.19 1,313,144.86 2,535,853.72 1,111,122.57 538,211.43 942,770.67 1,796,229.72 791,253.95 7,354,536.52 NPV (442.56)
IRR 9%
Net B/C 0.99
Payback period > 10 tahun
(6)
Lobster konsumsi 9,655,351.88 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 12,873,802.50 Penjualan benih 3,763,111.50 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 7,526,223.00 11,289,334.50 Penjualan surplus Benih 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00 3,005,829.00
Induk afkir 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00
Total Inflow 16,424,292.38 23,765,854.50 23,405,854.50 23,765,854.50 23,405,854.50 23,765,854.50 23,405,854.50 23,765,854.50 23,405,854.50 24,523,137.00
B. Outflow
BIAYA OPERASIONAL
Pembelian benih 1,950,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 975,000.00 Pelet indukan 160,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 Pelet benih 480,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 Pelet udang 800,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 960,000.00 Cacing sutera 108,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 162,000.00 Tauge 20,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 30,000.00 Bekicot 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Pemakaian listrik 550,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 750,000.00 Transportasi 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Garam ikan 15,000.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 22,500.00 Karung 7,500.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 10,000.00 Kotak sterofom 490,000.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 717,500.00 Es 22,000.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 30,500.00 Batrei 40,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 Pulsa 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Total Biaya Operasional 6,142,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00 6,477,500.00
Biaya Tetap
Gaji Manajer 7,000,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 8,400,000.00 Gaji karyawan 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 Perbaikan kolam pembesaran 50,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 Perawatan kolam pembenihan 50,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00 75,000.00
Total Biaya Tetap 11,100,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00 13,375,000.00
Total Outflow 17,242,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 19,852,500.00 Manfaat bersih sebelum pajak (818,207.63) 3,913,354.50 3,553,354.50 3,913,354.50 3,553,354.50 3,913,354.50 3,553,354.50 3,913,354.50 3,553,354.50 4,670,637.00 Pajak - 391,335.45 355,335.45 391,335.45 355,335.45 391,335.45 355,335.45 391,335.45 355,335.45 467,063.70 Manfaat bersih sesudah pajak (818,207.63) 3,522,019.05 3,198,019.05 3,522,019.05 3,198,019.05 3,522,019.05 3,198,019.05 3,522,019.05 3,198,019.05 4,203,573.30