Tabel 11. Hasil Penjualan Output yang Dihasilkan Pola Usaha II pada tahun pertama
Periode Jumlah
benih ekor
SR Jumlah
lobster ekor
Berat lobster
kg Harga
kg Total
1 1 300
0,85 1 105
55,25 150 000
8 287 500 2
1 300 0,85
1 105 110,5
150 000 16 575 000
Total 24 862 500
Pada Tabel 12, akan dijabarkan mengenai pendapatan yang diterima pola usaha II yaitu penerimaan yang didapatkan dari hasil penjualan output. Pada pola
usaha II, terdapat dua kali penerimaan dalam satu tahun.
Tabel 12. Hasil Penjualan Output yang Dihasilkan Pola Usaha II Per tahun
Periode Jumlah
benih ekor
SR Jumlah
lobster ekor
Berat lobster
kg Harga
kg Total
1 1 300
0,85 1 105
110,5 150 000
16 575 000 2
1 300 0,85
1 105 110,5
150 000 16 575 000
Total 33 150 000
7.2.2 Arus Pengeluaran Outflow
a. Biaya Investasi Biaya investasi yang dikeluarkan pada pola usaha II terdiri dari:
1. Pembelian lahan yang berfungsi sebagai tempat membuat kolam pembesaran. 2. Pembuatan kolam, berfungsi sebagai media budidaya ikan selama
pemeliharaan. 3. Handphone, berfungsi sebagai alat komunikasi untuk mencari informasi
tentang harga, menghubungi pembeli, dan pemesanan pakan. 4. Waring, berfungsi untuk mencegah lobster keluar dari kolam.
5. Peralatan terdiri dari timbangan, bambu, jaring, senter, ember, paralon lobster, dan lampu. Terjadi reinvestasi pada tahun kedua untuk penggantian
waring, dan peralatan. Dari keseluruhan total investasi yang dikeluarkan oleh pola usaha II, biaya
investasi terbesar adalah untuk pembelian lahan sebesar 87,8 persen dari total investasi yang dikeluarkan dan sisanya, yaitu sebesar 12,2 persen digunakan untuk
biaya investasi yang lain seperti pembuatan kolam, handphone, waring dan peralatan. Tabel 13 di bawah ini menyajikan komponen biaya investasi pada pola
usaha II
Tabel 13. Biaya Investasi Pola Usaha II
Keterangan Harga
Rpunit Jumlah
unit Total
Harga Rp
Umur Nilai Sisa
1. Lahan 150 000
100 m
2
15 000 000 10
15 000 000 2. Pembuatan
Kolam 800 000
1 buah 800 000
10 3. Handphone
400 000 1 buah
400 000 10
4. Waring 7 500
120 m 900 000
2 5. Peralatan
Bambu 10 000
4 batang 40 000
2 Timbangan
50 000 1 buah
50 000 2
Jaring 30 000
3 buah 90 000
2 Senter
50 000 1 buah
50 000 2
Ember 15 000
5 buah 75 000
2 Paralon
lobster 21 000
3 batang 63 000
2 Lampu
15 000 2 buah
30 000 2
Total 17 498 000
b Biaya Operasional Biaya operasional yang dikeluarkan dalam pola usaha II ini adalah setiap
biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan sehari- hari dalam melakukan kegiatan usaha. Biaya operasional yang dikeluarkan pada pola usaha II terdiri
dari:
1. Setiap tahun terjadi dua kali masa tanam sehingga dilakukan pembelian benih sebanyak dua kali. Benih yang dibutuhkan untuk satu periode yaitu 1 300 ekor
dengan harga per ekornya yaitu Rp 1 500. 2. Biaya pakan dibedakan menjadi dua bagian yaitu pakan buatan pelet dan
pakan alami bekicot. Pelet yang dibutuhkan untuk satu periode produksi dengan jumlah benih sebanyak 1 300 ekor adalah 120 kg, harga per kg adalah
Rp 8 000. Bekicot digunakan sebagai makanan tambahan. Banyaknya bekicot yang diberikan adalah 50 karung, harga per karung bekicot ditempat penelitian
yaitu Rp 12 000. 3. Karung dalam satu periode dibutuhkan sebanyak sepuluh buah. Karung
berfungsi sebagai tempat memanjat lobster air tawar apabila kandungan oksigen didalam air sedikit. Harga per karung di loksai penelitian yaitu
Rp 1 000 per buah. 4. Pemakaian listrik selama satu bulan diasumsikan sebesar Rp 50 000.
5. Pemakaia n pulsa untuk berkomunikasi dengan para pelanggan, mencari informasi harga, dan pemesanan input diasumsikan berjumlah Rp 50 000.
6. Kotak styrofoam digunakan pada saat panen dilakukan. Satu kotak styrofoam dapat digunakan untuk mengemas sepuluh kg lobster konsumsi. Kebutuhan
styrofoam untuk satu kali proses produksi yaitu sepuluh buah dengan harga Rp 35 000 per buah.
7. Es juga diperlukan dalam proses pengemasan. Kebutuhan es untuk satu kali proses produksi yaitu 20 buah dengan harga per buahnya yaitu Rp 1 000.
8. Baterai digunakan untuk membantu dalam ronda malam. Kebutuhan baterai untuk satu periode yaitu 24 buah, dengan harga per buahnya yaitu Rp 2 500.
9. Biaya transportasi per bulan adalah sebesar Rp 50 000. Adapun seluruh komponen biaya tersebut pada Pola Usaha II tersebut
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Biaya Operasional Pola Usaha II Satu periode produksi No
Perincian Harga
Rpunit Kebutuhan
Periode Total Harga
Rp
1 Benih
1 500 1 300 ekor
1 950 000 2
Pakan Pelet udang
8 000 120 kg
960 000 Bekicot
12 000 50 karung
600 000 3
Karung 1 000
10 buah 10 000
4 Pemakaian listrik
50 000 6 bulan
300 000 5
Pulsa 50 000
6 bulan 300 000
6 Kotak sterofom
35 000 10 buah
350 000 7
Es 1 000
20 buah 20 000
8 Baterai
2 500 24 buah
60 000 9
Transportasi 50 000
6 bulan 300 000
Total 4 950 000
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengeluaran terbesar biaya operasional pola usaha II terdapat pada biaya pembelian benih, yaitu sekitar
39,39 persen dari total biaya operasional dan ya ng kedua terbesar adalah pada kebutuhan pakan pelet udang, yaitu sebesar 19,39 persen. Dari semua perincian
biaya operasional, biaya pembelian karung merupakan yang paling kecil alokasi pengeluarannya.
c. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume produksi dan dalam analisis ini diasumsikan tetap setiap tahunnya. Biaya tetap dalam budidaya pembesaran lobster air tawar ini berupa gaji manajer, gaji
karyawan, dan biaya perbaikan kolam. Manajer diberi upah sebesar Rp 700 000 per bulannya yang bertugas untuk mengawasi kerja karyawan dan sebagai tenaga
ahli. Karyawan diberi upah Rp 400 000 per bulan. Tabel 15 menyajikan komponen biaya tetap pada Pola Usaha II.
Tabel 15. Biaya Tetap Pola Usaha II Per Periode Perincian
Gaji bulan Jumlah
Total
1. Gaji manajer 700 000
6 bulan 4 200 000
2. Gaji karyawan 400 000
6 bulan 2 400 000
3. Perbaikan kolam 100 000
1 kali 100 000
Total 6 700 000
7.2.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha II