Keberhasilan suatu usaha budidaya tergantung pada kemampuan manajemen perusahaan dalam mengatur biaya produksi dan penerimaan yang melibatkan
aspek keteknikan dan ekonomi dalam analisis finansial Gitingger, 1996.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kelayakan budidaya udang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun jenis komoditi udang yang diteliti adalah
udang windu dan ikan gurame, bukan lobster air tawar. Hal ini dikarenakan jenis udang windu dan ikan gurame sudah terlebih dahulu populer di kalangan
pengekspor. Yaser 2002 mengadakan penelitian komoditas perikanan, yaitu Analsis
Kelayakan Finanisal Usaha Pemeliharaan Ikan Gurame Di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pola usaha yang paling menguntungkan antara pola usaha I pembenihan ikan gurame, pola usaha II pendederan ikan gurame, dan pola usaha III pembesaran
ikan gurame, sedangkan pola usaha IV adalah pola rancangan alternatif yang dapat dikembangkan di Desa Purwasari dari pembenihan hinga pembesaran.
Mengevaluasi kelayakan finansial usaha ini adalah nilai kriteria investasi yaitu NPV, Net BC, dan IRR. Tingkat diskonto yang digunaka adalah 18 persen, dan
melakukan analisis sensitivitas. Berdasarkan hasil analisis investasi, keempat pola usaha menunjukan kelayakan untuk diusahakan. Pola Usaha I menghasilkan NPV
sebesar Rp 1 159 348,50, IRR adalah 39 persen, Net BC 1,48 dan payback period 3,09 tahun. Pola Usaha II memperoleh NPV sebesar Rp 6 771 987, IRR adalah
70persen, Net BC 3,40 dan payback period 2,09 tahun. Sedangkan Pola Usaha III
menghasilkan NPV sebesar Rp 10 984 445,50, IRR adalah 76 persen, Net BC 1,95 dan payback period 1,08 tahun. Pola usaha IV sebagai pola rancangan
alternatif menghasilkan NPV sebesar Rp 13 164 950, IRR adalah 94 persen; Net BC 2,56 dan payback period 1,05 tahun.
Hasil analisis kelayakan finansial dengan menggunakan beberapa kriteria investasi, semua pola usaha ikan gurame yang dilakukan di daerah penelitian,
termasuk di dalamnya pola usaha IV layak untuk dilakukan, tapi yang paling menguntungkan dan layak untuk dilakukan adalah pola usaha IV. Hal tersebut
terlihat pada NPV, IRR, Net BC, dan IRR yang lebih besar diantara beberapa pola usaha lainnya.
Hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap keempat pola usaha yang dilakukan, menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output
merupakan faktor yang sangat peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan terhadap faktor input produksi yaitu pakan tidak terlalu berpengaruh
terhadap kelayakan usaha keempat pola usaha yang dilakukan, terlebih dengan pola usaha I karena pakan pelet yang digunakan tidak terlalu banyak, yaitu
hanya digunakan sebagai pakan tambahan pada saat pemeliharaan induk, sedangkan pakan utama yang digunakan untuk benih adalah cacing sutera yang
harganya tidak terlalu mahal. Pola yang digunakan oleh peneliti saat ini, hampir sama dengan pola yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu, bedanya pada komoditas yang diusahakan dan skala usaha.
Sulfuad 1998 melakukan penelitian pada usaha tambak udang dengan pola kemitraan di PT. Triasta Citarate, Desa Gunug Batu, Kecamatan Ciracap,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Analisis yang dilakukan meliputi analisis usaha dengan menggunakan R-C ratio dan analisis kelayakan finansial dengan
menggunakan kriteria investasi NPV, Net BC ratio, dan IRR. Hasil analisis usaha berdasarkan data riil pada saat panen menunjukan
keuntungan sebesar Rp 62 128 280 per musim tanam dan R-C ratio 1,08. dari hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 162 237 947, Net BC
ratio 2,04 dan IRR 199,49 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha pembesaran udang tersebut layak dilaksanakan. Penerimaan minimum yang harus diperoleh
perusahaan untuk mencapai titik impas Rp 5 786 161.947 dan produksi minimum yang harus diperoleh perusahaan untuk mencapai titik impas adalah 184 861,61
kg. Berdasarkan analisis sensitivitas terhadap penurunan nilai SR survival rate udang sebesar 10 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 91 588 788,85; nilai
Net BC ratio 0,51 dan nilai IRR berdasarkan perhitungan tidak dapat ditentukan. Nilai di atas menunjukan bahwa apabila terjadi penurunan SR sebesar 10 persen
akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan dan usaha tidak layak utnuk diteruskan.
Sari 1997 mengadakan penelitian pada PT. Ika Nusa Fishtama di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Dalam
menganalisis proyek pengembangan usaha tambak udang digunakan kriteria investasi NPV, Net BC dan IRR. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap
sensitivitas usaha terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input maupun harga output.
Hasil analisis diperoleh nilai NPV sebesar Rp 4 884 762.372, Net BC ratio 2,90 dan IRR 55,38. hal ini menunjukan bahwa pengembangan tambak
udang yang direncanakan oleh PT. Ika Nusa Fishtama ini menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga benur
9,14 persen diperoleh NPV sebesar Rp 3 834 027 935, IRR 50,68 dan Net BC ratio 2,63. Sedangkan apabila terjadi penurunan harga udang sebesar 3,05 persen
diperoleh nilai NPV Rp 4 393 831 656, IRR 54,93 persen dan Net BC 2,87. Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa kenaikan harga benur 9,14 persen dan
penurunan harga udang 3,05 persen tidak terlalu mempengaruhi permintaan perusahaan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN