Tabel 3. Hasil Penjualan Output yang Dihasilkan Pola Usaha I Tahun
Produksi ekor Nilai Rp
1 12 920
19 380 000 2
19 380 29 070 000
3 19 380
29 070 000 4
19 380 29 070 000
5 19 380
29 070 000 6
19 380 29 070 000
7 19 380
29 070 000 8
19 380 29 070 000
9 19 380
29 070 000 10
19 380 29 070 000
Total 187 340
281 010 000 Penerimaan induk afkir diterima per dua tahun dengan berat lobster yaitu
150 gram per ekornya. Dalam analisis ini, pengusaha mempunyai jumlah induk sebanyak 32 ekor. Pada Tabel 4, akan dijabarkan mengenai penerimaan induk
afkir yang diterima pada pola usaha I.
Tabel 4. Penerimaan Induk Afkir pada Pola Usaha I Tahun
Harga kg Jumlah
Total
2 150 000
4,8 kg 720 000
4 150 000
4,8 kg 720 000
6 150 000
4,8 kg 720 000
8 150 000
4,8 kg 720 000
10 150 000
4,8 kg 720 000
Total 3 600 000
7.1.2 Arus Pengeluaran Outflow
Struktur biaya dalam usaha ini dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu biaya investasi, biaya operasional dan biaya tetap. Ketiga komponen biaya ini
dimasukkan ke dalam arus kas. a. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Biaya investasi yang dikeluarkan pada pola usaha I terdiri dari:
1. Lahan yang berfungsi untuk membangun tempat pengusahaan pembenihan lobster air tawar.
2. Biaya pembuatan kolam pemijahan dan kolam pembenihan, yang berfungsi untuk memijahkan induk dan sebagai tempat pembenihan. Kolam yang
digunakan yaitu kolam pemijahan dan kolam pemeliharaan benih berukuran dua meter x tiga meter dengan jumlah lima petak kolam. Kolam penampungan
air berukuran empat meter x tiga meter berjumlah satu buah. Keseluruhan kolam merupakan kolam permanen dengan umur teknis sepuluh tahun. Biaya
yang dibutuhkan untuk pembuatan kolam dapat dilihat pada Tabel 5. Harga tersebut berdasarkan informasi yang didapatkan dari toko bangunan di daerah
Darmaga Bogor. 3. Pembelian induk lobster air tawar
4. Akuarium yang berfungsi untuk penetasan telur. Akuarium yang digunakan sebanyak sepuluh buah dengan ukuran 1m x 0,75m x 0,5m. Biaya yang
digunakan untuk pembuatan keseluruhan akuarium yaitu sebesar Rp 800 000 dengan umur teknis lima tahun.
5. Biaya pembuatan rangka akuarium yang berfungsi untuk meletakkan akuarium. Rangka akuarium dibuat dengan dua tingkat untuk meletakkan lima
buah akuarium dibawah dan lima buah diatas. 6. Jaring kawat berfungsi sebagai tempat moulting ganti kulit induk
7. Naungan yang berfungsi untuk melindungi akuarium dan bak dari hujan dan sinar matahari dan juga untuk menjaga kualitas air serta peralatan dari hujan
agar tidak rusak.
8. Pembelian peralatan timbangan, Hi-blow 100 titik, pompa air, serok, ember, paralon induk, lampu, selang sedang, sedang kecil dan selang sipon.
9. Handphone yang berfungsi untuk komunikasi.
Tabel 5. Biaya Pembuatan Kolam Permanen No
Bahan Jumlah
Satuan Harga
satuan Total Harga
Rp
1 Semen
20 sak
38 500 770 000
2 Pasir
13 m
3
120 000 1 560 000
3 Batu
5 m
3
56 000 280 000
4 Kerikil
5 m
3
166 000 830 000
5 Upah Tenaga
kerja 4
Rupiahhari 35 000
700 000 6
Paralon 2
m
2
24 500 49 000
7 Batu bata
4 000 Buah
375 1 500 000
Total Biaya untuk 6 Kolam 5 689 000
Tabel 6. Biaya Investasi Pola Usaha I Keterangan
Harga Rpunit
Jumlah unit
Total harga Rp
Umur Produktif
1. Lahan 150 000
72 10 800 000
10 2. Kolam
5 689 000 1
5 689 000 10
3. Induk 300 000
4 1 200 000
2 4. Akuarium
80 000 10
800 000 5
5. Rangka akuarium
100 000 5
500 000 5
6. Jaring kawat 7 500
5 37 500
2 7. Naungan kolam
dan akuarium 2 500 000
1 2 500 000
5 8. Peralatan
Timbangan 50 000
1 50 000
2 Hi-blow 100
titik 750 000
1 750 000
5 Pompa air
700 000 1
700 000 5
Serok 6 000
4 24 000
2 Ember
15 000 5
75 000 2
Paralon Induk 3 500
32 112 000
2 Lampu
15 000 2
30 000 2
Selang sedang 3 500
35 122 500
2 Selang aerasi
3 500 20
70 000 2
Selang sipon 2 000
5 10 000
2 9. Handphone
400 000 1
400 000 10
Total 23 870 000
b. Biaya Operasional Biaya operasional yang dikeluarkan pada pola usaha I adalah biaya pakan
yang terdiri dari pakan buatan pelet dan pakan alami cacing sutera dan tauge. Kebutuhan pelet untuk satu kali pemijahan adalah 20 kg untuk pelet indukan
dengan harga Rp 8 000 per kg dan 40 kg untuk pelet benih dengan harga Rp 12 000 per kg. Sedangkan untuk pakan alami, dalam satu kali proses produksi
memerlukan cacing sutera sebanyak 36 liter dengan harga Rp 3 000 per liter dan tauge sebanyak 20 kg dengan harga per kg adalah Rp 1 000. Biaya operasional
lainnya yaitu garam ikan, pemakaian listrik, pulsa, kotak styrofoam dan es. Pengeluaran terbesar untuk biaya operasional dalam pola usaha I adalah biaya
pelet benih sekitar 38 persen dari total biaya operasional yang dikeluarkan. Pada Tabel 7 di bawah ini disajikan komponen biaya operasional pada pola usaha I.
Tabel 7. Biaya Operasional Pola Usaha I Satu Periode Produksi No
Perincian Harga Rpunit
Kebutuhan Periode
Total Harga Rp
1 Pakan
Pelet indukan 8 000kg
20 kg 160 000
Pelet benih 12 000kg
40 kg 480 000
Cacing sutera 3 000liter
36 liter 108 000
Tauge 1 000kg
20 kg 20 000
2 Garam ikan
1 500 plastik 10 plastik
15 000 3
Pemakaian listrik 75 000bulan
4 bulan 300 000
4 Pulsa
50 000bulan 4 bulan
200 000 5
Kotak sterofom 35 000buah
7 buah 245 000
6 Es
1 000plastik 7 buah
7 000 7
Transportasi 50 000bulan
4 bulan 200 000
Total 1 735 000
c. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume produksi dan dalam analisis ini diasumsikan tetap setiap tahunnya. Biaya tetap dalam budidaya pembesaran lobster air tawar ini berupa gaji manajer dan
gaji pemilik. Manajer diberi upah sebesar Rp 700 000 per bulannya yang mengawasi kerja karyawan dan sebagai tenaga ahli. Karyawan diberi upah
Rp 400 000 per bulan. Serta biaya perawatan kolam Rp 12 500 perbulan. Tabel 8 menyajikan komponen biaya tetap pada pola usaha I.
Tabel 8. Biaya Tetap Pola Usaha I Per Periode No
Perincian Harga
Rpunit Kebutuhan
Periode Total Harga
Rp
1 Gaji Manajer
700 000bulan 4 bulan
2 800 000 2
Gaji karyawan 400 000bulan
4 bulan 1 600 000
3 Perawatan kolam
12 500bulan 4 bulan
60 000 Total
4 460 000
7.1.3 Kelayakan Finansial Pola Usaha I