= Rp 1.296.272.832,85 Nilai penjualan domba dan kambing untuk memperoleh nilai laba sama
dengan nol pada tahun 2011 adalah Rp 1.296.272.832,85. Jumlah unit dan nilai penjualan break-even point yang telah ditetapkan pada usaha penggemukan
domba dan kambing MT Farm pada tahun 2011 dapat dibuktikan dengan laporan keuangan sebagai berikut:
Penjualan
Rp 33.000,00 x 39.281 kg Rp 1.296.273.000,00
Biaya Variabel
Rp 30.082,03 x 39.281 kg Rp 1.181.652.220,00 Marjin Kontribusi
Rp 114.620.779,60
Biaya Tetap Rp 114.620.736,00
Laba Operasi Rp 43,57
Secara teori, nilai laba operasi bernilai nol, namun pada perhitungan ini nilai laba operasi sebesar Rp 43,57. Hal ini dikarenakan adanya pembulatan
desimal pada proses perhitungan, sehingga terdapat selisih kesalahan sebesar 43,57.
Tabel 14 adalah ringkasan mengenai hasil perhitungan titik impas
berdasarkan jumlah unit dan nilai penjualan pada penggemukan domba dan kambing pada tahun 2010 dan 2011.
Tabel 14. Jumlah unit impas dan penjualan impas usaha penggemukan domba dan kambing pada tahun 2010 dan 2011.
Tahun Unit Impas kg
Penjualan Impas Rp
2010 22.186
743.231.671,08 2011
39.281 1.296.272.507,00
4.10. Analisis Margin of Safety
Analisis margin of safety MOS bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak volume penjualan turun sebelum perusahaan mengalami kerugian.
Dengan kata lain, margin of safety menggambarkan volume penjualan yang dianggarkan di atas atau lebih dari volume penjualan impas.
Tahun 2010, total penerimaan dari penjualan domba dan kambing adalah Rp 2.636.751.500,00. Nilai penjualan impas pada tahun tersebut sebesar Rp
743.231.671,08. Maka nilai margin of safety pada usaha penggemukan domba dan kambing Mitra Tani Farm pada tahun 2010 adalah:
Margin of Safety MOS = penjualan yang dianggarkan – penjualan BEP
= Rp 2.636.751.500,00 - Rp 743.231.671,08
= Rp 1.893.519.829,00
Persentase MOS =
⁄ =
⁄
= 71,81
Dari perhitungan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan bisa mentoleransi penurunan pendapatan sebesar Rp 1.893.519.829,00 atau
71,81 sebelum mengalami kerugian. Semakin besar nilai persentase MOS maka resiko perusahaan untuk mengalami kerugian semakin kecil.
Pada tahun 2011, total penerimaan dari penjualan domba dan kambing adalah Rp 4.307.952.000,00. Nilai penjualan impas pada tahun tersebut
sebesar Rp 1.296.272.507,00. Nilai margin of safety pada usaha penggemukan domba dan kambing Mitra Tani Farm pada tahun 2011 adalah:
Margin of Safety MOS = penjualan yang dianggarkan – penjualan BEP
= Rp 4.307.952.000,00 - Rp 1.296.272.507,00
= Rp 3.011.679.493,00
Presentase Margin of Safety = MOS penjualan yang dianggarkan = Rp 3.011.679.493,00 Rp 4.307.952.000,00
= 69,91
Nilai margin of safety pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 3.011.679.493,00. Hal ini berarti perusahaan masih bisa menerima penurunan
pendapatan sejumlah nilai tersebut atau 69,91 sebelum perusahaan mengalami kerugian.
4.11. Evaluasi Pencapaian Laba Optimal
Evaluasi pencapaian laba optimal merupakan laba yang dapat diterima perusahaan apabila perusahaan dapat menjual sebanyak volume penjualan
optimal pada satu periode waktu. Volume penjualan optimal disini adalah volume penjualan yang dapat dijual perusahaan dengan tanpa merubah biaya
tetap total dan biaya variabel per kilogram. Pada analisis ini, diasumsikan
bahwa laba yang diperoleh perusahaan adalah dengan menjual domba dan kambing sesuai dengan volume penjualan optimal tanpa merubah total biaya
tetap maupun biaya variabel per kilogram pada tahun 2010 dan tahun 2011.
4.11.1 Tahun 2010
Pada tahun 2010, permintaan domba dan kambing di bulan bukan hari raya kurban relatif sedikit, yaitu sekitar 5 dari total volume
penjualan selama setahun. Dengan keadaan permintaan yang seperti ini, maka perusahaan dapat menjual domba dan kambing secara optimal
sebanyak 240 ekor. Faktor yang mempengaruhi jumlah volume penjualan optimal tersebut adalah bahwa pada bulan bukan hari raya kurban pada
tahun 2010, perputaran penjualan cukup lama, karena dalam sebulan penjualan yang terjadi hanya berkisar 20-25 dari kapasitas maksimum
kandang. Apabila perusahaan memelihara domba dan kambing lebih dari kapasitas optimal, maka akan meningkatkan biaya variabel berupa pakan
dan obat bila dibandingkan dengan harga jual yang relatif tidak berubah. Pada bulan hari raya kurban di tahun ini, perusahaan dapat menjual
1.758 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran penjualan hampir dua kali lipat dalam satu bulan apabila ditinjau dari kapasitas kandang. Apabila
perusahaan dapat mengoptimalkan kapasitas kandang dengan perputaran volume penjualan dua kali dalam sebulan, maka perusahaan sebenarnya
dapat menjual 2.000 ekor pada bulan hari raya kurban. Karena permintaan pada bulan hari raya kurban melonjak,
perusahaan mengembangkan program kerja peternakan terpadu untuk membantu dalam memenuhi pasokan domba dan kambing. Karena
program kerja ini baru dijalani dua tahun, perusahaan menargetkan 10 tambahan dari kapasitas kandang dapat dipenuhi dari peternakan terpadu
tersebut. Jumlah volume penjualan optimal dari program kerja tersebut sebanyak 200 ekor. Maka, total volume penjualan optimal pada bulan hari
raya kurban adalah 2.200 ekor domba dan kambing. Total penerimaan pada tahun 2010 adalah Rp 2.636.751.500,00.
Laba perusahaan pada tahun tersebut adalah Rp 174.051.132,00. Total bobot badan domba dan kambing yang terjual sebanyak 78.709 kg atau
3.360 ekor. Biaya variabel per kilogram adalah Rp 30.420,70. Total biaya tetap sebesar Rp 68.317.380,00. Sedangkan untuk harga jual per kilogram
domba dan kambing pada tahun 2010 adalah Rp 33.500,00. Apabila perusahaan ingin mencapai laba optimal dengan situasi dan
kondisi seperti pada tahun 2010, maka selama bulan-bulan bukan hari raya kurban perusahaan menjual minimal 238 ekor domba dan kambing, dan
pada bulan hari raya kurban dapat menjual 2.200 ekor domba dan kambing. Sehingga volume penjualan optimal pada tahun 2010 sekitar
4.818 ekor. Volume penjualan optimal diperoleh dari perkalian 238 ekor dengan 11 bulan bukan hari raya kurban ditambah 2.200 ekor dari volume
penjualan optimal pada bulan hari raya kurban. Untuk memperoleh persentase peningkatan laba dari laba aktual pada tahun 2010, maka
dilakukan trial and error. Hasil dari perhitungan tersebut adalah laba perusahaan dapat meningkat hingga 60 dengan jumlah volume penjualan
sama dengan 112.622,79 kg. Bobot badan per ekor rata-rata yang terjual pada tahun 2010 adalah sebesar 23,43 kg, sehingga volume penjualan
optimal pada tahun tersebut sebanyak 4.807 ekor. Terdapat selisih 11 ekor dari perhitungan volume penjualan optimal sebelumnya, hal ini
dikarenakan adanya pembulatan desimal pada perhitungannya. Berikut adalah perhitungan peningkatan laba sebesar 60.
Laba meningkat 60 = laba awal + 60 x laba awal = Rp 174.051.132,00 + 60 x Rp 174.051.132,00
= Rp 278.481.811,20 Sedangkan marjin kontribusi yang diperoleh perusahaan pada tahun 2010
adalah sebagai berikut: Marjin Kontribusi
= total penerimaan – total biaya variabel
= Rp 2.636.751.500,00 - Rp 2.394.382.988,00 = Rp 242.368.512,00
Sehingga nilai marjin kontribusi per unitnya adalah sebagai berikut:
Marjin kontribusi per satuan
= =
= Rp 3.079,00 kg
Untuk mengetahui jumlah bobot badan domba dan kambing yang harus dijual untuk mencapai target laba sebesar Rp 278.481.811,20, maka
dilakukan perhitungan sebagai berikut: Jumlah target bobot badan terjual kg=
=
= 112.622,79 kg
Kesimpulan dari perhitungan di atas adalah apabila pada tahun 2010 perusahaan ingin meningkatkan labanya sebesar 60, maka volume
penjualan yang harus dijual sebesar 112.622,79 kg atau sekitar 4.807 ekor. Hasil analisis tersebut dapat dibuktikan dengan perhitungan laporan
keuangan yang akan melihat nilai laba operasi setelah menargetkan peningkatan laba sebesar 60.
Penjualan
Rp 33.500,00 x 112.622,79 kg Rp 3.772.863.465,00
Biaya Variabel
Rp 30.420,70 x 112.622,79 kg Rp 3.426.064.108,00
Marjin Kontribusi Rp 346.799.357,30
Biaya Tetap
Rp 68.317.380,00 Laba Operasi
Rp 278.481.977,30 Nilai laba operasi berbeda dengan nilai target laba yaitu sebesar Rp
166,05. Hal ini dikarenakan adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan, sehingga terdapat selisih kesalahan sebesar 166,05.
4.11.2 Tahun 2011
Pada tahun 2011, di bulan bukan hari raya kurban, permintaan pasar relatif sedikit pula, yaitu sekitar 5 dari total volume penjualan selama
setahun. Sehingga, dengan keadaan permintaan yang seperti ini, maka perusahaan dapat menjual domba dan kambing secara optimal sebanyak
493 ekor. Meskipun terjadi peningkatan volume penjualan total dari tahun 2010, namun terdapat faktor yang mempengaruhi jumlah volume
penjualan optimal tersebut, yaitu bahwa pada bulan bukan hari raya kurban pada tahun 2011, perputaran penjualan cukup lama, karena dalam
sebulan penjualan yang terjadi hanya berkisar 45-50 dari kapasitas
maksimum kandang. Apabila perusahaan memelihara domba dan kambing lebih dari kapasitas optimal, maka akan meningkatkan biaya variabel
berupa pakan dan obat bila dibandingkan dengan harga jual yang relatif tidak berubah.
Apabila pada bulan hari raya kurban perusahaan dapat mengoptimalkan kapasitas kandang dengan perputaran volume penjualan
dua kali dalam sebulan, maka perusahaan sebenarnya dapat menjual 2.000 ekor pada bulan hari raya kurban. Salah satu program kerja perusahaan
yaitu peternakan terpadu yang berfungsi untuk menambah pasokan domba dan kambing yang akan dijual pada bulan hari raya kurban, pada tahun ini
ditargetkan dapat meningkat menjadi 15 tambahan dari kapasitas optimal kandang. Jumlah volume penjualan optimal dari program kerja
tersebut sebanyak 300 ekor. Maka, total volume penjualan optimal pada bulan hari raya kurban adalah 2.300 ekor domba dan kambing. Sehingga
volume penjualan optimal pada tahun 2011 sebanyak 7.723 ekor. Volume penjualan optimal diperoleh dari perkalian 493 ekor dengan 11 bulan non
hari raya kurban ditambah 2.300 ekor dari volume penjualan optimal pada bulan hari raya kurban.
Untuk memperoleh persentase peningkatan laba dari laba aktual pada tahun 2011, maka dilakukan trial and error. Hasil dari perhitungan
tersebut adalah laba perusahaan dapat meningkat hingga 15 dengan jumlah volume penjualan sama dengan 144.233,45 kg. Bobot badan per
ekor rata-rata yang terjual pada tahun 2011 adalah sebesar 18,72 kg, sehingga volume penjualan optimal pada tahun tersebut sebanyak 7.705
ekor. Terdapat selisih 18 ekor dari perhitungan volume penjualan optimal sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya pembulatan desimal pada
perhitungannya. Total
penerimaan aktual
pada tahun
2011 adalah
Rp 4.307.952.000,00. Laba perusahaan pada tahun tersebut adalah Rp
266.302.644,00. Total bobot badan domba dan kambing yang terjual pada tahun 2011 sebanyak 130.544 kg atau 6.974 ekor. Biaya variabel per
kilogram adalah Rp 30.082,03. Total biaya tetap pada tahun ini sebesar Rp
114.620.736,00. Dan harga jual per kilogram domba dan kambing adalah Rp 33.000,00. Berikut adalah perhitungan peningkatan laba sebesar 15.
Target laba meningkat 15 = laba awal + 15 x laba awal
= Rp 266.302.644,00 + 15 x Rp 266.302.644,00
= Rp 306.248.040,60 Sedangkan marjin kontribusi yang diperoleh perusahaan pada tahun 2011
adalah sebagai berikut: Marjin kontribusi
= total penerimaan – total biaya variabel
= Rp 4.307.952.000,00 - Rp 3.927.028.620,00 = Rp 380.923.380,00
Sehingga nilai marjin kontribusi per unitnya adalah sebagai berikut: Marjin kontribusi per satuan =
= =
Rp 2.918,00 kg Untuk mengetahui jumlah bobot badan domba dan kambing yang harus
dijual untuk mencapai target laba sebesar Rp 306.248.040,60, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah target bobot badan terjual kg = =
= 144.233,45 kg
Kesimpulan dari perhitungan di atas adalah apabila pada tahun 2011 perusahaan dapat meningkatkan labanya sebesar 15, maka volume
penjualan yang harus dijual sebesar 144.233,45 kg atau 7.705 ekor. Hasil analisis tersebut dapat dibuktikan dengan perhitungan laporan
keuangan yang akan melihat nilai laba operasi setelah menargetkan peningkatan laba sebesar 15.
Penjualan
Rp 33.000,00 x 144.233,45 kg Rp 4.759.703.850,00
Biaya Variabel
Rp 30.082,03 x 144.233,45 kg Rp 4.338.834.970,00
Marjin Kontribusi Rp 420.868.880,00
Biaya Tetap
Rp 114.620.736,00 Laba Operasi
Rp 306.248.144,10 Nilai laba operasi berbeda dengan nilai target laba yaitu sebesar Rp
103,10. Hal ini dikarenakan adanya pembulatan desimal pada proses perhitungan, sehingga terdapat selisih kesalahan sebesar 103,10.
4.11.3 Perbandingan Pencapaian Laba Aktual dengan Evaluasi
Pencapaian Laba Optimal Berikut adalah Tabel 15 dan Tabel 16 yang berisi perhitungan
perencanaan peningkatan laba dengan volume penjualan optimal yang dapat dicapai perusahaan pada tahun 2010 dan 2011.
Tabel 15. Jumlah volume penjualan pada evaluasi laba optimal tahun 2010 Pencapaian Laba 2010
Evaluasi Laba optimal 2010 Keterangan
Jumlah Peningkatan Laba 60
Total Penerimaan
Rp 2.636.751.500,00 Rp 3.772.863.397,35
Total Biaya Variabel
Rp2.394.382.988,00 Rp 3.426.064.206,15
Marjin Kontribusi
Rp 242.368.512,00 Rp 346.799.191,20
Total Biaya Tetap
Rp 68.317.380,00 Rp 68.317.380,00
Laba
Rp 174.051.132,00 Rp 278.481.811,20
Biaya Variabelkg
Rp 30.420,70 Rp 30.420,70
Harga Jualkg
Rp 33.500,00 Rp 33.500,00
Total Volume Penjualan
3.360 ekor 4.807 ekor
78.709,00 kg 112.622,79 kg
Selisih Volume Penjualan
- 1.447 ekor
Perusahaan tidak dapat menambah lagi perolehan laba. Apabila perusahaan ingin menambah perolehan laba, maka biaya tetap dan biaya
variabel akan bertambah. Karyawan yang dipekerjakan perusahaan memiliki keterbatasan dalam merawat domba dan kambing. Sehingga
apabila jumlah domba dan kambing bertambah maka jumlah karyawan bertambah pula. Apabila perusahaan memelihara domba dan kambing
melebihi dari permintaan yang ada, maka biaya perawatan seperti pakan
dan obat akan bertambah selama hewan ternak tersebut berada di kandang.
4.12. Analisis Faktor Tuasan Operasi
Analisis faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu dan seberapa besar persentase perubahan volume
penjualan akan mempengaruhi laba. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
menentukan seberapa sensitif laba terhadap perubahan volume penjualan.
Pada tahun 2010, nilai marjin kontribusinya adalah sebesar Rp 242.368.512,00. Laba bersih yang diperoleh pada tahun tersebut sebesar Rp
174.051.132,00. Sedangkan pada tahun 2011, nilai marjin kontribusinya adalah sebesar Rp 380.923.380,00. Dan nilai laba bersih pada tahun tersebut
sebesar Rp 266.302.644,00. Berikut adalah perhitungan faktor tuasan operasi pada tahun 2010 dan 2011.
Faktor Tuasan Operasi tahun 2010 =
= = 1,39
Nilai faktor tuasan operasi pada tahun 2010 adalah sebesar 1,39. Hal ini menggambarkan bahwa apabila volume penjualan naikturun sebanyak 1,
maka laba akan naikturun sebesar 1,39. Selanjutnya nilai faktor tuasan operasi tahun 2011 akan dihitung sebagai berikut:
Faktor Tuasan Operasi tahun 2011 =
= = 1,43
Nilai faktor tuasan operasi pada tahun 2011 adalah sebesar 1,43. Hal ini menggambarkan bahwa apaibla volume penjualan naikturun sebanyak 1,
maka laba akan naikturun sebesar 1,43.
Pencapaian Laba 2011 Evaluasi Laba Optimal 2011
Tabel 16. Jumlah volume penjualan pada evaluasi laba optimal tahun 2011
4.13. Perencanaan Laba