tetap dan variabel, dan pendapatan yang berkaitan dengan unit –unitnya.
Pada analisis CVP juga dapat menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang terjual. Unit yang terjual
dapat dirubah menjadi pendapatan penjualan dengan cara mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu
2.5.1 Tentang Unit Usaha Mitra Tani Farm
Sasongko 2006 menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing dan Domba
Pada MT Farm, Ciampea, Bogor, dengan pendekatan Metode Proses Hirarki Analitik, bahwa strategi yang digunakan perusahaan adalah
penetapan harga jual ternak yang hampir sama dengan harga beli, meningkatkan kualitas ternak, meningkatkan kualitas pelayanan kepada
konsumen, dan mengembangkan lokasi sekitar sebagai produk sampingan perusahaan. Hasil analisis SWOT yang dilakukan oleh peneliti salah
satunya adalah perusahaan harus memperbaiki perencanaan perusahaan dengan menyusun target dan rencana penjualan berdasarkan pasokan
ternak yang ada di kandang. Fitrial 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Tingkat
Kelayakan Finansial Penggemukan Kambing dan Domba pada Mitra Tani Farm, di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, menyatakan nilai IRR,
NPV, Net BC, Payback Period, dan analisis sensitivitas pada kenaikan harga input dan penurunan kuantitas output dari cashflow selama lima
tahun. Nilai yang dihasilkan adalah sebagai berikut: IRR = 11,7, NPV = Rp 359.346.774,00, Net BC = 2,53, payback period = 1 tahun 6 bulan,
batas yang dapat ditoleransi dari kenaikan harga input adalah sebesar 5,34, dan penurunan kuantitas output maksimum yang dapat ditoleransi
sebesar 4,79.
2.5.2 Tentang Cost-Volume-Profit Analysis
Renny, A. 2006 menerapkan cost-volume-profit analysis Analisis CVP pada penelitiannya yang berjudul Penerapan Cost-Volume-Profit
Analysis Dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Tahun 2006 pada
PT X. PT X menargetkan penjualan sebesar Rp 2.500.800.000,00 dengan BEP senilai Rp 2.049.186.091,00 untuk memperoleh keuntungan sebesar
Rp 80.055.154,00. Analisis CVP yang dilakukan peneliti untuk bulan September-Desember menyimpulkan bahwa kebijakan perusahaan yang
paling baik adalah dengan menaikkan harga jual sebesar 6 untuk produk Elegencia, Classic Latex, dan Forentina. Dan untuk mencapai laba
maksimal maka kebijakan yang paling baik adalah dengan menaikkan harga jual sebesar 10 dan menurunkan volume penjualan sebesar 5.
Flaviana 2011 menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Biaya-Volume-Laba Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Taktis
Dalam Perencanaan Manajerial Studi Kasus Usaha Budi Daya Udang Galah ―Mitra Gemah Ripah‖ Karangpawitan Kabupaten Garut bahwa
besarnya BEP udang galah besar atas dasar penjualan pada panen pertama sebesar Rp 9.111.559,92 dan BEP berdasarkan unit impasnya yaitu 182
kg. Pada panen kedua, nilai BEP udang galah besar adalah Rp 8.914.357,22 dan BEP berdasarkan unit impasnya yaitu 178 kg.
Sedangkan BEP udang galah kecil atas dasar penjualan pada panen pertama sebesar Rp 2.139.366,66 dan BEP berdasarkan unit impasnya
yaitu 48 kg. Pada panen kedua, nilai BEP udang galah kecil yaitu Rp 2.057.196,19 dengan BEP berdasarkan unit impasnya yaitu 46 kg. Dan
untuk budidaya pendederan udang galah pada panen pertama memiliki nilai BEP sebesar Rp 2.858.455,23 dan BEP berdasarkan unit impasnya
yaitu 11.434 ekor. Pada panen kedua, nilai BEP pendederan udang galah yaitu Rp 2.850.157,05 dan BEP berdasarkan unit impasnya yaitu 11.401
ekor.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Percepatan pertumbuhan
penduduk Indonesia
yang luar
biasa dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada saat ini sangat
memprihatinkan. Rata-rata persentase pertumbuhan penduduk di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mencapai sekitar 1,49 atau 4,5 juta jiwa per
tahun. Sedangkan jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang, bertambah 1 juta orang dibanding jumlah angkatan
kerja pada bulan Februari 2011. Jumlah pengangguran pada Februari 2012 sebesar 6,32. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang ada saat
ini belum mampu menampung seluruh angkatan kerja di Indonesia. Salah satu solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran adalah dengan mendirikan
usaha. Data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM yang ada di Indonesia
sekitar 52 juta unit. Usaha dalam bidang pertanian, seperti peternakan tidaklah mudah untuk
dijalankan. Maka dari itu usaha peternakan di Indonesia belum terlalu berkembang, sehingga angka untuk impor daging masih cukup tinggi. Sebagian
usaha peternakan di Indonesia memiliki skala usaha kecil. sehingga cukup sulit untuk mengembangkan usahanya apabila tidak didukung dengan pencapaian
laba yang efisien. Salah satu kendala yang ada saat ini, terutama untuk usaha penggemukan
domba dan kambing adalah sulitnya memperoleh bibit hewan ternak bakalan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sehingga pengusaha harus impor. Hal
ini berdampak pada jumlah produksi yang relatif fluktuatif, sehingga berdampak pada harga pokok produksi yang lebih tinggi apabila produksi yang
dihasilkan tidak mencapai target. Nilai laba suatu usaha dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu biaya produksi,
volume penjualan, dan harga jual produk. Apabila jumlah produk yang dihasilkan tidak efisien, maka harga pokok produksinya akan relatif cukup
tinggi, sehingga akan berdampak pada penentuan harga jual produk yang juga