ini banyak ditemui di daerah Jawa Timur, Madura, Sulawesi, dan Lombok.
4. Domba Merino. Domba ini berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan
Australia. Domba yang berasal dari daerah Asia kecil ini memiliki keunggulan sebagai domba penghasil wol terbaik.
5. Domba
Suffolk. Domba ini memiliki bobot badan yang besar dibandingkan dengan bangsa domba yang lain. Domba Suffolk
memiliki keunggulan dari bobot daging yang tinggi, yaitu 55-65 dari bobot badan.
6. Domba Dorset. Domba ini merupakan tipe domba pedaging dan
penghasil wol. Persilangan antara Domba Dorset dengan Domba Merino menghasilkan Domba Dormer.
2.2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM, Tabel 3 mendefinisikan beberapa
aspek dari masing-masing jenis usaha, asas dan tujuan, dan kriteria dari jenis usaha.
Dari beberapa poin pada tabel mengenai asas dan tujuan dari UMKM, maka dapat terlihat bahwa usaha itu harus memiliki efisiensi yang adil, baik
secara finansial maupun non finansial. Efisiensi dapat dicapai apabila penggunaan biaya dapat diminimisasi dan penggunaan bahan baku secara bijak,
sehingga target laba dapat dicapai oleh perusahaan. Sangat penting bagi perusahaan untuk beroperasi secara efisien agar tercapai keseimbangan
kemajuan dan berkelanjutan. Tambunan 2009 menjelaskan bahwa UMKM memiliki peranan penting
karena karakteristik utamanya di negara berkembang berbeda dengan usaha besar, yaitu sebagai berikut:
1. Dilihat dari aspek formalitas, pada usaha mikro perusahaan beroperasi di
sektor informal, usaha tidak terdaftar, dan tidak atau jarang membayar pajak. Pada usaha kecil beberapa perusahaan beroperasi di sektor formal, beberapa
perusahaan tidak terdaftar, dan sedikit yang membayar pajak. Pada usaha
Tabel 3. Aspek perbedaan dari usaha mikro, kecil, dan menengah No.
Aspek- aspek
Penggolongan Usaha Usaha Mikro
Usaha Kecil Usaha Menengah
1. Pengertian
usaha produktif milik orang perorangan
danatau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang. usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan danatau
badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang.
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan
danatau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
2. Nilai
Kekayaan Bersih
a. memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 50.000.000,00
lima puluh juta rupiah tidak
termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau.
b. memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 300.000.000,00
tiga ratus juta rupiah.
a. memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp50.000.000,00
lima puluh juta rupiah sampai
dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 lima ratus juta
rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 tiga ratus juta
rupiah sampai dengan paling
banyak Rp2.500.000.000,0
0 dua milyar lima ratus juta rupiah.
a. memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 lima
ratus juta rupiah sampai dengan paling
banyak Rp 10.000.000.000,00
sepuluh milyar rupiah tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b. memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000,00 dua milyar lima
ratus juta rupiah sampai dengan paling
banyak Rp 50.000.000.000,00
lima puluh milyar rupiah.
3. Nilai aset
Maksimal 50 juta Diatas 50
– 500 juta Diatas 500 juta
4. Nilai omzet
Maksimal 300 juta Diatas 300 juta
– 5 miliar
Diatas 5 – 50 miliar
menengah semua perusahaan beroperasi di sektor formal, terdaftar, dan membayar pajak.
2. Dilihat dari aspek organisasi dan manajemen, pada usaha mikro dan kecil
memiliki karakteristik yang sama, yaitu perusahaan dijalankan oleh pemillik, tidak menerapkan pembagian tenaga kerja internal, manajemen
dan struktur organisasi formal, dan sistem pembukuan formal. Sedangkan pada usaha menengah perusahaan banyak yang mempekerjakan manajer
profesional dan menerapkan pembagian tenaga kerja internal, manajemen dan struktur organisasi formal, dan sistem pembukuan formal.
3. Dilihat dari aspek sifat dari kesempatan kerja, pada usaha mikro perusahaan kebanyakan menggunakan anggota keluarga yang tidak dibayar. Pada usaha
kecil perusahaan memakai beberapa tenaga kerja yang dibayar. Dan pada usaha menengah perusahaan memakai semua tenaga kerja yang digaji dan
memiliki sistem perekrutan formal. 4. Dilihat dari aspek polasifat dari proses produksi, pada usaha mikro
perusahaan memiliki derajat mekanisasi sangat rendah atau umumnya manual dan tingkat teknologi sangat rendah. Pada usaha kecil beberapa
perusahaan memakai mesin-mesin terbaru. Pada usaha menengah perusahaan banyak yang punya derajat mekanisasi yang tinggi atau punya
akses terhadap teknologi tinggi. 5. Dilihat dari aspek orientasi pasar, pada usaha mikro perusahaan umumnya
menjual ke pasar lokal untuk kelompok berpendapatan rendah. Pada usaha kecil perusahaan banyak yang menjual ke pasar domestik dan ekspor, dan
melayani kelas menengah ke atas. Dan pada usaha menengah perusahaan menjual ke pasar domestik dan banyak yang ekspor, dan melayani kelas
menengah ke atas. 6. Dilihat dari aspek profil ekonomi dan sosial dari pemilik usaha, pada usaha
mikro anggota perusahaan berpendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin, dan memiliki motivasi utama yaitu bertahan. Pada usaha kecil
perusahaan banyak yang berpendidikan baik dan dari rumah tangga nonmiskin, dan banyak yang bermotivasi bisnis atau mencari profit. Pada
usaha menengah perusahaan sebagian besar berpendidikan baik dan dari rumah tangga makmur, dan memiliki motivasi utama yaitu profit.
7. Dilihat dari aspek sumber bahan baku dan modal, pada usaha mikro perusahaan kebanyakan memakai bahan baku lokal dan uang sendiri. Pada
usaha kecil beberapa perusahaan memakai bahan baku impor dan memiliki akses ke kredit formal. Dan pada usaha menengah perusahaan banyak yang
memakai bahan baku impor dan punya akses ke kredit formal. 8. Dilihat dari aspek hubungan eksternalnya, pada usaha mikro kebanyakan
perusahaan tidak memiliki akses ke program-program pemerintah dan tidak punya hubungan-hubungan bisnis dengan usaha besar. Pada usaha kecil
banyak perusahaan yang memiliki akses ke program-program pemerintah dan punya hubungan-hubungan bisnis dengan usaha besar. Dan pada usaha
menengah sebagian besar perusahaan memiliki akses ke program-program pemerintah dan banyak yang punya hubungan-hubungan bisnis dengan
usaha besar. 9. Dilihat dari aspek gender, pada usaha mikro rasio dari wanita terhadap pria
sebagai pengusaha sangat tinggi. Pada usaha kecil rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha cukup tinggi. Dan pada usaha menengah rasio dari
wanita terhadap pria sebagai pengusaha sangat rendah.
2.3. Biaya 2.3.1