ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RESPONDEN DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN

Berdasarkan profil responden yang diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden lebih dari 50 berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden telah menikah yaitu sebesar 82. Mayoritas responden yang telah menikah 84 berada pada usia produktif. Mayoritas responden berpendidikan sekolah lanjutan 64, dengan tingkat pengeluaran keluarga yang terbagi ke dalam 3 kelompok mayoritas yaitu keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000,00 tiap bulan bulan 33, keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 250.000,00 – Rp 500.000,00 tiap bulan 30 dan keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 1.001.000 – Rp. 1.500.000,00 tiap bulan bulan 19. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden berada pada golongan sosial ekonomi bawah karena memiliki derajat pendidikan yang rendah dan juga memiliki pengeluaranbelanja yang rendah tiap bulannya. Berdasarkan motivasi alasan responden dalam mengkonsumsi bubur instan, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengkonsumsi bubur instan dengan alasan kepraktisan 54 dan diikuti oleh alasan rasa 17. Lyman 1989, menjelaskan bahwa preferensi dapat dipengaruhi oleh waktu dan kondisi pada saat terakhir mengkonsumsinya. Dalam memilih makanan tertentu yang disukai, pengalaman makan, seperti rasa enak, menyenangkan, terjangkau, dan mudah didapat.

C. ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RESPONDEN DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi bahan pangan dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu karakteristik responden dan faktor mutu produk. Karakteristik responden terdiri dari 6 faktor yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, jenis pekerjaan, dan alasan motivasi pribadi tentang mengkonsumsi bubur instan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney Lampiran 8 diketahui bahwa jenis kelamin responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan p=0,529. Adanya sebaran data tingkat konsumsi yang tidak merata Lampiran 7 perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang turut mempengaruhi hasil uji Mann-Whitney di atas. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan Shepherd Sparks 1994. Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis Lampiran 9, diketahui bahwa usia responden tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat konsumsi p=0,475. Hal ini berarti usia responden golongan dewasa maupun golongan remaja tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan Shepherd Sparks 1994. Menurut Schaffner et al. 1998 usia dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya pemilihan preferensi tersebut akan sangat bergantung pada kondisi aspek psikologis individu pada saat itu. 27 Berdasarkan hasil analisis uji Kruskal Wallis Lampiran 10, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan p=0,058. Tingkat pendidikan pengetahuan individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan Shepherd Sparks 1994. Tingkat pendidikan juga mempunyai pengaruh terhadap selera dan preferensi responden. Responden dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi biasanya memiliki beberapa pertimbangan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hal ini biasanya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki responden mengenai produk tertentu. Menurut Schaffner et al. 1998 semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut cenderung akan semakin sering mencari informasi mengenai komponen-komponen yang terkandung pada suatu produk pangan dan komponen- komponen nutrisi tersebut menjadi semakin penting. Menurut Schaffner et al. 1998 tingkat pendidikan dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya preferensi tersebut akan sangat bergantung pada kondisi aspek psikologis aktual dari masing-masing individu pada saat itu. Selain masih harus bergantung kepada kondisi aspek psikologis aktual dari masing-masing individu, hal ini mungkin disebabkan oleh karena bubur instan masih dijadikan alternatif terakhir bagi masyarakat untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis Lampiran 11 diketahui bahwa pekerjaan responden memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan, karena diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,035. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi persepsi dan preferensi konsumen. Menurut Sanjur 1982, pekerjaan individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu jenis produk pangan. Selain itu, produsen berusaha untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat lebih baik daripada rata-rata kelompok yang ada terhadap barang dan jasa yang diproduksi Kotler 2001. Hal ini berarti bahwa jenis pekerjaan responden pelajar, mahasiswa, ibu rumahtangga, pegawai swasta, wiraswasta, pegawai negeri, dan pensiunan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Pendapatan melalui pendekatan pengeluaran individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan Shepherd Sparks 1994. Berdasarkan Uji Kruskal Wallis Lampiran 12 diketahui bahwa pendapatan responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi terhadap produk bubur instan p=0,577. Menurut Shepherd dan Sparks 1994 pendapatan individu memiliki pengaruh terhadap preferensi konsumen, tetapi seperti kita ketahui juga bahwa kondisi psikologi aktual responden juga berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen. Menurut Schaffner et al. 1998 faktor karakteristik demografi dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya preferensi tersebut akan sangat tergantung pada kondisi aspek psikologis individu pada saat ini, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Motif alasan adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak dan dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang Kotler 2001. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan Lampiran 13, bahwa berdasarkan analisis Uji Kruskal Wallis diperoleh hasil nilai probabilitas sebesar 0,047. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motif responden dalam mengkonsumi produk bubur instan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Tabel 12. Hasil analisis pengaruh karakteristik responden terhadap produk bubur instan No Karakteristik responden Pengaruh 1 Jenis kelamin responden Tidak nyata 2 Usia responden Tidak nyata 3 Tingkat pendidikan responden Tidak nyata 4 Jenis pekerjaan responden Nyata 5 Tingkat pengeluaran responden Tidak nyata 6 Motivasi responden Nyata Dari hasil pada Tabel 12, dapat terlihat bahwa beberapa karakteristik responden jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pengeluaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan karena nilai probabilitasnya di atas angka 0,05. Sedangkan karakteristik jenis pekerjaan responden dan karakteristik motivasi konsumsi responden berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan.

D. ANALISIS ATRIBUT MUTU PRODUK DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN