psikologis aktual dari masing-masing individu, hal ini mungkin disebabkan oleh karena bubur instan masih dijadikan alternatif terakhir bagi masyarakat untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok.
Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis Lampiran 11 diketahui bahwa pekerjaan responden memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan, karena
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,035. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi persepsi dan preferensi konsumen. Menurut Sanjur 1982, pekerjaan individu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu jenis produk pangan. Selain itu, produsen berusaha untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat lebih baik
daripada rata-rata kelompok yang ada terhadap barang dan jasa yang diproduksi Kotler 2001. Hal ini berarti bahwa jenis pekerjaan responden pelajar, mahasiswa, ibu rumahtangga, pegawai swasta,
wiraswasta, pegawai negeri, dan pensiunan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan.
Pendapatan melalui pendekatan pengeluaran individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan Shepherd Sparks
1994. Berdasarkan Uji Kruskal Wallis Lampiran 12 diketahui bahwa pendapatan responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi terhadap produk bubur instan p=0,577. Menurut
Shepherd dan Sparks 1994 pendapatan individu memiliki pengaruh terhadap preferensi konsumen, tetapi seperti kita ketahui juga bahwa kondisi psikologi aktual responden juga berpengaruh terhadap
tingkat preferensi konsumen.
Menurut Schaffner et al. 1998 faktor karakteristik demografi dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya preferensi
tersebut akan sangat tergantung pada kondisi aspek psikologis individu pada saat ini, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Motif alasan adalah kebutuhan yang
cukup mendorong seseorang untuk bertindak dan dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang Kotler 2001. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan Lampiran 13, bahwa
berdasarkan analisis Uji Kruskal Wallis diperoleh hasil nilai probabilitas sebesar 0,047. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motif responden dalam mengkonsumi produk bubur instan memiliki
pengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan.
Tabel 12. Hasil analisis pengaruh karakteristik responden terhadap produk bubur instan
No Karakteristik responden
Pengaruh
1 Jenis kelamin responden
Tidak nyata 2
Usia responden Tidak nyata
3 Tingkat pendidikan responden
Tidak nyata 4 Jenis
pekerjaan responden
Nyata 5
Tingkat pengeluaran responden Tidak nyata
6 Motivasi responden
Nyata Dari hasil pada Tabel 12, dapat terlihat bahwa beberapa karakteristik responden jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, dan pengeluaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan karena nilai probabilitasnya di atas angka 0,05. Sedangkan karakteristik
jenis pekerjaan responden dan karakteristik motivasi konsumsi responden berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan.
D. ANALISIS ATRIBUT MUTU PRODUK DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN
28
Skor keyakinan b
i
yang dihasilkan dari penilaian responden terhadap produk bubur instan menunjukkan nilai yang diinginkan oleh responden terhadap produk tersebut. Sedangkan skor evaluasi
e
i
terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan seluruh tujuh atribut yang berada pada dua jenis produk bubur instan
tersebut. Skor keyakinan b
i
dan skor evaluasi e
i
diukur pada skala evaluasi dua kutub yaitu dari −2
yang berarti sangat buruk sampai +2 yang berarti sangat baik. Responden akan memberikan penilaian dengan cara menjatuhkan pilihan pada salah satu dari lima angka skala antara
−2 sampai +2 untuk masing-masing atribut. Pada penelitian ini, 6 atribut yang digunakan adalah rasa, warna, kepraktisan,
kepadatan, tekstur, aroma, kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat. Data tentang skor keyakinan b
i
responden terhadap atribut produk bubur instan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.
Skor keyakinan b
i
responden terhadap atribut produk bubur instan
Atribut -2 -1
1 2
Rata-rata tertimbang
Rasa 0 2
9 81
4 0,906
Warna 0 1
8 85
2 0,917
Kepraktisan 0 1
1 87
7 1,042
Sifat mengenyangkan
0 22 18 55 1 0,365 Tekstur 0
1 8
87 0,896
Aroma 0 4
10 75
7 0,885
Kemampuan sebagai pengganti
nasi pada saat darurat
0 4 3 84 5 0,938
Berdasarkan data dari skor keyakinan b
i
pada Tabel 13 diketahui bahwa semua atribut memiliki nilai positif dan mendekati skala 1, skala +1 mewakili sifat baik, satu tingkat lebih rendah
dari nilai +2 yang mewakili sifat sangat baik. Hal ini berarti bahwa hampir semua atribut telah cukup sesuai dengan keinginan responden konsumen. Diketahui juga, bahwa atribut kepraktisan
mempunyai skor tertinggi 1,042, artinya atribut kepraktisan merupakan atribut yang paling sesuai dengan keinginan responden dari atribut lainnya. Atribut sifat mengenyangkan memiliki skor yang
rendah 0,035, artinya responden memiliki anggapan bahwa produk bubur instan adalah produk makanan yang kurang mengenyangkan untuk dijadikan sebagai makanan pokok. Sedangkan dapat kita
lihat pada atribut kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat, produk bubur instan memiliki skor yang tinggi 0,938. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki keyakinan
bahwa produk bubur instan kurang memenuhi standar responden sebagai makanan pokok karena kurang mengenyangkan, akan tetapi responden setuju bahwa produk bubur instan dapat digunakan
sebagai pengganti nasi pada saat darurat.
Skor evaluasi e
i
terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan keseluruhan tujuh atribut yang
dimiliki oleh dua jenis produk bubur instan tersebut. Skor evaluasi e
i
terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar diuraikan pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur singkong instan
29
Atribut -2 -1
1 2
Rata-rata tertimbang
Rasa 0 29 22 43 2 0,188
Warna 0 6
12 74
4 0,792
Kepraktisan 0 2
85 9
1,073 Sifat
mengenyangkan 1 13 6 75 1 0,646
Tekstur 0 12 12 68 4 0,667
Aroma 0 19 22 54 1 0,385
Kemampuan mengganti nasi pada
saat darurat 0 10 3 78 5 0,813
Tabel 14 dan Tabel 15 mendeskripsikan tentang skor evaluasi e
i
terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Skor evaluasi e
i
diperoleh dengan menjumlahkan skor penilaian dari seluruh responden dan selanjutkan dihitung rata-ratanya untuk masing-masing atribut. Perbandingan
skor evaluasi e
i
antara produk bubur singkong instan dengan produk ubi jalar instan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 15. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur ubi jalar instan
Atribut -2 -1
1 2
Rata-rata tertimbang
Rasa 0 22 8 55 1 0,365
Warna 0 22 20 51 3 0,365
Kepraktisan 0 2
84 10
1,083 Sifat
mengenyangkan 1 22 4 68 1 0,479
Tekstur 0 7
5 81
3 0,833
Aroma 0 11 9 69 7 0,750
Kemampuan sebagai pengganti nasi pada
saat darurat 0 7 3 80 6 0,885
Atribut mutu yang bernilai cukup rendah yaitu atribut rasa 0,188 dan atribut aroma 0,385 pada produk bubur singkong instan dan pada produk bubur ubi jalar instan dapat diketahui atribut
yang memiliki skor evaluasi yang rendah yaitu atribut rasa 0,365, atribut warna 0,365, dan atribut sifat mengenyangkan 0,479. Berdasarkan wawancara terpisah dengan responden diketahui bahwa
responden kurang menyukai rasa dari produk bubur singkong instan yang hambar dan juga responden mengeluhkan aroma singkong yang masih terlalu kuat pada produk tersebut. Sedangkan pada produk
bubur ubi jalar instan diketahui bahwa responden kurang menyukai rasa manis pada produk tersebut karena responden merasa kurang cocok jika makanan pokok cenderung mempunyai rasa manis. Hasil
skor evaluasi menguatkan pendapat responden karena atribut rasa dan aroma pada bubur singkong instan memiliki nilai yang rendah, dimana nilai keduanya mendekati nilai 0 yang artinya mendekati
penilaian “netral” atau berada diantara selang penilaian “disukai” dengan “tidak disukai”. Begitu juga nilai skor evaluasi atribut rasa dan warna pada bubur ubi jalar instan yang mendekati nilai 0. Hal ini
menunjukkan atribut tersebut harus diperbaiki dalam pengembangan produk bubur instan selanjutnya agar sesuai dengan keinginan konsumen sehingga tingkat penerimaan produk tersebut menjadi
semakin baik.
Berdasarkan data skor evaluasi e
i
pada Tabel 16 diketahui bahwa semua atribut mutu dari produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan dinilai positif oleh responden.
Tabel 16. Skor evaluasi e
i
konsumen terhadap produk bubur instan Atribut
Produk bubur instan Bubur singkong
instan Bubur ubi jalar
instan
Rasa 0,188 0,365
Warna 0,792 0,365
Kepraktisan 1,073 1,083
Sifat mengenyangkan 0,646
0,479 Tekstur 0,667
0,833 Aroma 0,385
0,750 Kemampuan sebagai pengganti nasi
pada saat darurat 0,813 0,885
30
Atribut warna dari produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor rendah 0,362 karena responden kurang menyukai warna produk bubur ubi jalar instan yang berwarna keabu-abuan. Bubur
singkong instan memiliki warna yang cenderung putih bersih. Skor evaluasi atribut warna yang diperoleh oleh produk bubur singkong instan cukup tinggi yaitu sebesar 0,792. Responden menilai
produk bubur yang memiliki warna putih cenderung lebih menarik dibandingkan produk bubur yang berwarna gelap. Pada bubur ubi jalar instan, responden menyukai atribut tekstur dengan skor evaluasi
sebesar 0,833 dan atribut aroma dengan skor evaluasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,750. Responden mennyukai produk bubur ubi jalar instan yang wangi dengan tekstur yang berserat.
Skor evaluasi atribut “kepraktisan” pada probuk bubur ubi jalar instan dan bubur singkong instan diketahui memiliki skor yang cukup baik. Dimana produk bubur singkong instan memperoleh
skor sebesar 1,073 dan produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor sebesar 1,083. Nilai skor evaluasi atribut kepraktisan pada produk bubur instan yang berada pada kisaran +1 atau rata-rata
responden memberi penilaian setuju akan kepraktisan kedua jenis produk bubur instan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembuatan produk bubur instan dalam aspek kepraktisan telah tercapai.
E. TINGKAT PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PRODUK BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN