dikonsumsi dengan cepat , maka barang tersebut tersedia di berbagai tempat, menguasai margin yang kecil serta memupuk kesetiaan pada satu merek. Barang yang tahan lama durable goods adalah
barang berwujud yang biasanya tahan dalam pemakaian berulang kali. Barang tahan lama memerlukan penjualan dan pelayanan lebih pribadi, menguasai margin yang lebih tinggi dan
memerlukan jaminan-jaminan yang lebih menarik dari penjual. Jasa services adalah kegiatan manfaat atau kepuasan tidak berwujud, mudah lenyap, mudah berubah dan bersifat pribadi. Pelayanan
jasa menuntut yang lebih cermat, menuntut sifat dapat dipercaya dari pihak penyedia jasa dan ketersediaannya tidak terputus-putus. Berdasarkan definisi tersebut, maka produk bubur instan
termasuk dalam kategori pertama, yaitu barang yang tidak tahan lama atau barang yang habis terpakai, konsumen membeli barang tersebut tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Dalam mempertimbangkan untuk membeli suatu barang tertentu, maka konsumen akan memandangnya sebagai ikatan mutu dan sifat yang beraneka ragam itu secara berbeda-beda sebagai
cerminan tentang apa yang ia kehendaki. Konsumen akan memilih merek yang mempunyai perbandingan nilai terhadap biaya yang paling besar. Selain itu juga ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku pembelian yaitu faktor yang berkaitan dengan pembeli, produk , penjual dan situasi pembelian Kotler 2005. Menurut Kotler 2005, produk yang termasuk ke dalam barang
konsumen meliputi :
1. Barang yang memiliki tingkat pembelian tinggi convenience goods, diantaranya adalah :
a. Barang-barang yang pembeliannya dilakukan secara rutin staples good.
b. Barang-barang yang pembeliannya dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu
impulse goods. c.
Barang-barang yang pembeliannya dilakukan saat kebutuhan mendesak emergency goods
. 2.
Barang yang dibeli berdasarkan hasil pembandingan antara berbagai alternatif yang ada shopping goods, diantaranya adalah :
a. Barang yang dibeli berdasarkan persamaan kualitas tetapi dengan harga yang berbeda
homogenous goods. b.
Barang yang dibeli berdasarkan persepsi yang berbeda dalam hal kualitas dan atribut heterogenous goods.
3. Barang yang memiliki nilai keunikan bagi sekelompok pembeli speciality goods.
4. Barang yang tidak diketahui atau terpikir untuk dibeli sebelumnya unsought goods.
Berdasarkan klasifikasi yang diuraikan di atas dapat diketahui bahwa produk bubur instan adalah produk yang memiliki tingkat pembelian tinggi convenience goods dengan subkategori
sebagai barang yang pembeliannya dilakukan saat kebutuhan mendesak emergency goods. Sumber yang paling tepat dan masuk akal dalam menggali gagasan atau ide produk baru adalah berdasarkan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Identifikasi atas keinginan dan kebutuhan konsumen dapat dijalankan dengan melakukan penelitian langsung, tes proyeksi, diskusi dengan kelompok tertentu
atau berdasarkan atas saran dan klaim pembeli Kotler 2005.
12
H. PREFERENSI KONSUMEN
Preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi ini terbentuk dari persepsi terhadap produk Assael 1992. Persepsi adalah
proses dimana seorang individu memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran yang berarti bagi dunia Kotler 2005. Preferensi konsumen
berhubungan dengan harapan konsumen akan suatu produk yang disukainya. Harapan konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk barang dan jasa dan
kepuasan pelanggan Tjiptono 2006.
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk barang dan jasa yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan
konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada Kotler 2005. Teori preferensi digunakan untuk menganalisa tingkat kepuasan bagi konsumen. Studi seperti ini akan memberikan petunjuk untuk
mengembangkan produk-produk baru, karakteristik atau ciri-ciri produk, harga, dan bauran pemasaran lainnya.
Teori pilihan theory of choice yaitu hubungan timbal balik antara preferensi pilihan dan berbagai kendala yang menyebabkan seseorang menentukan pilihan-pilihannya. Preferensi ini
meliputi pilihan dari yang sederhana sampai yang kompleks, untuk menunjukkan bagaimana seseorang dapat merasakan atau menikmati segala sesuatu yang ia lakukan. Tetapi setiap orang tidak
bebas untuk melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan, dimana mereka mereka terkendala oleh waktu, pendapatan, dan banyak faktor lain Nicholson 2002.
Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan pilihan oleh konsumen. Menurut Nicholson 2002, hubungan preferensi ini biasanya diasumsikan memiliki tiga
sifat dasar yaitu: 1.
Preferensi yang lengkap Complete Preferences Asumsi bahwa para individu mampu menyatakan apa yang diinginkannya dari antara dua
pilihan dan selalu mampu mengambil satu pilihan. Jika A dan B merupakan dua kelompok konsumsi, kita mungkin mengharapkan seseorang untuk menentukan pilihannya dengan
tegas bahwa: a
Saya lebih menyukai A daripada B b
Saya lebih menyukai B daripada A c
A dan B sama-sama menariknya bagi saya 2.
Transivisitas dari preferensi Transitivity of Preferences Logika bahwa jika A lebih diinginkan dari B, dan B lebih diinginkan dari C, maka A harus
lebih diinginkan dari C. Kita tidak berharap bahwa seseorang menyatakan preferensi yang saling bertentangan satu dengan lainnya.
13
3. Kontinuitas Continuity
Jika seseorang menyatakan A lebih disukai dari B maka situasi yag mirip dengan A harus lebih disukai daripada B.
Dari ketiga sifat di atas diasumsikan setiap orang dapat membuat atau menyusun rangking semua kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga paling tidak disukai. Pada sejumlah
alternatif yang ada, orang lebih cenderung memilih sesuatu yang memaksimumkan kepuasannya. Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif
penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk. Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat mempegaruhi konsumen. Penilaian
terhadap produk menggambarkan sikap konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk.
Lyman 1989 menjelaskan bahwa preferensi dapat dipengaruhi oleh waktu dan kondisi pada saat terakhir mengkonsumsinya. Dalam memilih makanan tertentu yang disukai, pengalaman
seseorang dapat menjadi landasan yang kuat. Beberapa faktor antara lain: enak, menyenangkan, tidak membosankan, berharga murah, mudah didapat dan diolah dapat dijadikan dasar pemilihan makanan.
Penampakan merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi preferensi dan kesukaan konsumen Sanjur 1982.
Stare et al. 1973 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi makanan yaitu: 1 ketersediaan makanan di suatu tempat; 2 kesukaan makanan oleh anggota keluarga khususnya
orangtua; 3 pembelian makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya; dan 4 rasa, tekstur, serta harga makanan. Demikian pula ditegaskan oleh Engel et al.
2001, bahwa preferensi konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor kebudayaan meliputi budaya dan kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok
referensi, keluarga, peranan dan status. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. Adapun faktor psikologis meliputi
motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap.
I. PERILAKU KONSUMEN