Ikhtisar STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI KENTANG

5.6 Ikhtisar

Pola penguasaan lahan pertanian kentang di Desa Karangtengah terdiri dari bentuk penguasaan milik, sewa, milik + sewa, dan milik + sewa + bagi hasil. Tingkat kesenjangan kepemilikan lahan di Desa ini tergolong tinggi sebab terdapat petani yang memiliki lahan sangat luas namun di lain sisi terdapat pula petani tanpa tanah. Bagi petani di Desa Karangtengah, lahan pertanian merupakan sumber penghasilan yang mampu mempertahankan eksistensi mereka. Secara turun-temurun petani memperoleh keterampilan untuk mengusahakan lahan pertaniannya hingga akhirnya masuk komoditas kentang yang dipilih sebagai tanaman utama. Masuknya kentang merupakan „penolong‟ bagi petani di Desa Karangtengah. Sebelumnya mereka menanam tembakau dan palawija yang diakui oleh petani bahwa masa itu adalah masa yang sulit. Kemudian setelah menanam kentang kehidupan mereka lebih terjamin. Setidaknya meskipun mereka tidak memiliki lahan, mereka bisa menggarap lahan milik orang lain dengan sistem sewa maupun bagi hasil. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa petani dengan luas lahan garapan yang semakin sempit cenderung untuk menerapkan aktivitas nafkah di luar sektor pertanian. Semakin sempit lahan pertanian yang dikuasai oleh petani menyebabkan aktivitas nafkahnya semakin beragam. Meskipun demikian, pertanian masih menjadi basis sumber nafkah bagi rumahtangga petani.

BAB VI PROSPEK PERTANIAN KENTANG SEBAGAI SISTEM

NAFKAH PADA RUMAHTANGGA PETANI KENTANG

6.1 Gambaran Sistem Nafkah pada Rumahtangga Petani Kentang

Meskipun sektor pertanian memiliki resiko tinggi dalam pelaksanaannya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sektor ini memiliki kontribusi penting terhadap pendapatan rumahtangga. Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat membentuk pola kebudayaan tersendiri yang tidak sekedar menjadi rutinitas namun berpengaruh terhadap banyak aspek bagi kehidupan petani. Terutama di aspek ekonomi, sektor ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja dan memperoleh penghasilan. Bagi petani kentang di Desa Karangtengah, komoditi kentang diharapkan mampu menyokong kehidupan mereka dalam berbagai situasi, baik ketika mereka berada dalam kondisi lapang maupun krisis. Artinya, pertanian kentang yang mereka lakukan diharapkan bisa adaptif seiring berjalannya waktu, terutama aspek ekonominya. Namun demikian, jika hanya dititikberatkan pada segi ekonomi maka akan muncul hal yang dikorbankan seperti keberlanjutan lingkungan. Sebuah sistem sosial tidak hanya dibentuk oleh satu unsur saja namun dari berbagai unsur yang saling berkaitan maka jika lingkungan tidak bersedia lagi mendukung kehidupan otomatis unsur lain juga akan terpengaruh. Aspek-aspek penting dalam masyarakat seperti aspek sosial dan kelembagaan juga akan terpengaruh dan pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan petani secara ekonomi. Harapan petani akan sistem nafkah yang berkelanjutan tidak akan terwujud jika mereka tidak berdamai dengan lingkungan dimana mereka bertumpu. Sistem nafkah berkelanjutan adalah suatu fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa aspek sekaligus. Berdasarkan Cambell et al 2003 dan Shivakoti dan Shrestha dalam Mahdi et al 2009 menjelaskan bahwa terdapat 4 aspek yang bisa dijadikan indikator sistem nafkah yang berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Gambar 7. meringkas indikator-