mengatur syarat-syarat untuk dapat menggarap tanah bagi penggarapnya, dan berapa lama penggarapan itu dapat berlangsung.
Sedangkan land tenancy menunjuk kepada pendekatan ekonomi. Artinya penelaahannya meliputi hal-hal yang menyangkut hubungan penggarapan tanah.
Obyek penelaahan itu biasanya berkisar di sekitar pembagian hasil antara pemilik dan penggarap tanah, faktor-faktor tenaga kerja, investasi-investasi, besarnya nilai
sewa, dan sebagainya. Dalam pengertian struktur agraria ini perlu dibedakan antara istilah
pemilikan, penguasaan, dan pengusahaan tanah. Kata “pemilikan” menunjuk kepada penguasaan formal, sedangkan kata “penguasaan” menunjuk kepada
penguasaan efektif. Misalnya, jika sebidang tanah disewakan kepada orang lain maka orang lain itulah yang secara efektif menguasainya. Jika seseorang
menggarap tanah miliknya sendiri, misalnya 2 ha, lalu menggarap juga 3 ha tanah yang disewa dari orang lain, maka ia menguasai 5 ha. Untuk kata “pengusahaan”
menunjuk kepada bagaimana cara sebidang tanah diusahakan secara produktif.
2.1.6 Pertanian Berkelanjutan
Suzuki 1997 dalam Sunito 2007 memberikan gagasan tentang prinsip- prinsip berkelanjutan yang kemudian terkenal dengan istilah Natural Steps yaitu:
pertama, alam tidak dapat menanggung beban dari penimbunan secara sistematis dari hasil-hasil penambangan dari kulit bumi seperti mineral, minyak, dsb.
Kedua, alam tidak dapat menanggung beban dari penimbunan secara sistematis dari bahan-bahan rekayasa permanen buatan manusia. Dan ketiga, alam tidak
dapat menanggung beban dari perusakan secara sistematis dari kemampuannya untuk memperbarui dirinya misalnya memanen ikan lebih cepat dari
kemampuannya untuk memulihkan populasi atau mengkonversi tanah subur menjadi gurun pasir. Dengan demikian, bila kehidupan ingin lestari, maka kita
harus: a efisien memanfaatkan sumberdaya; dan b menegakkan keadilan, karena kemiskinan akan membawa pada usaha dengan perspektif jangka pendek
yang merusak lingkungan misalnya hutan yang diperlukan oleh semua untuk kehidupan jangka panjang. Kritik terhadap konsep pertanian yang kini dominan
dan lebih dikenal sebagai High External Input Agriculture selanjutnya disebut
HEIA serta pendekatan pertanian alternatif dengan pendekatan ekologis, merupakan bentuk keresahan terhadap perilaku manusia terhadap alam. Sistem
HEIA mengejar produktifitas yang tinggi namun menuntut pengorbanan dalam bentuk menurunnya keberlanjutan.
Lebih jauh Gips 1986 dalam Reijntjes et al 1992 menerangkan bahwa terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem pertanian
berkelanjutan yaitu: 1.
Mantap secara ekologis: kualitas sumberdaya alam dipertahankan; kemampuan agroekosistem manusia, tanaman, hewan, mikro-
organisme ditingkatkan melalui pengelolaan secara biologis regulasi sendiri dengan penggunaan sumberdaya yang bisa diperbaharui.
2. Layak secara ekonomis: produk usahatani harus mencukupi kebutuhan
serta menutupi biaya produksi. Kelayakan ekonomi dari sistem pertanian berkelanjutan harus dapat diukur juga dari kemampuannya
melestarikan sumberdaya dan meminimalkan resiko. 3.
Adil: sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan pokok dan hak-hak anggota masyarakat untuk
memperoleh akses pada tanah, modal, dukungan teknologi dan informasi terpenuhi.
4. Manusiawi: semua bentuk kehidupan manusia, tanaman, hewan
dihargai. Integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dipelihara. Untuk nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar
–kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, dan rasa sayang
– harus diperjuangkan. 5.
Luwes: petani harus mampu menyesuaikan usaha pertaniannya denga perubahan
–jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar – yang berlangsung terus. Penyesuaian ini menyangkut dimensi teknologi
maupun sosial dan budaya. Altieri seperti dikutip Hecht 1987 dalam Sunito 2007 menyampaikan
terdapat empat elemen yang lebih spesifik dibanding pendapat di atas tentang persyaratan pertanian berkelanjutan yaitu: 1 Mengurangi penggunaan energi dan
sumberdaya; 2 Menerapkan metoda produksi yang mengembalikan mekanisme homeostatic maksimalisasi pemanfaatan beragam fungsi dari lingkungan dan
memastikan aliran energi yang efisien; 3 Menggalakkan budidaya pangan yang sesuai dengan kondisi alam dan sosial ekonomi setempat; dan 4 Mengurangi
biaya dan meningkatkan efisiensi dan kelayakan ekonomis dari usaha pertanian rumahtangga, dengan demikian memajukan suatu sistem pertanian yang memiliki
keragaman dan ketahanan tinggi.
2.2 Kerangka Pemikiran
Kegiatan ekonomi masyarakat dataran tinggi Dieng yang berbasis pertanian telah berlangsung secara turun-temurun. Secara geografis sangat
memungkinkan bahwa sektor ekonomi menjadi sektor utama atau andalan masyarakat setempat. Apalagi ditambah sarana pendukung yang memungkinkan
seperti mudahnya akses memperoleh saprotan sarana produksi pertanian serta semakin mudahnya akses pemasaran hasil pertanian.
Berdasarkan Fadjar et al 2008, sumberdaya agraria tanah tetap menjadi kekuatan produksi yang penting karena di atas sumberdaya agraria itulah kegiatan
produksi dimulai dan kemudian sumberdaya agraria tersebut akan menjadi sumber penghasilan petani. Sebelumnya Purwanti 2007 dalam hasil penelitiannya
menemukan bahwa luas lahan garapan petani merupakan modal petani dalam berusahatani. Kedua hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa lahan
menjadi faktor penting dalam kegiatan usahatani. Dalam konteks rumahtangga pertanian, pilihan strategi nafkah on farm
yang diterapkan tentu saja dipengaruhi oleh luas lahan garapan. Besar kecilnya pendapatan petani dari usahataninya ditentukan oleh luas lahan yang dikuasainya
karena luas lahan tersebut dapat mempengaruhi produksi per satuan luas. Apabila usia petani, tingkat pendidikan, lama bertani, jumlah tanggungan keluarga ikut
menjadi penentu bagaimana arah pilihan strategi nafkah maka hal ini bisa menyebabkan komposisi mata pencaharian akan bergeser ke sektor non pertanian
non farm. Pilihan-pilihan rasional atas strategi nafkah tersebut berpengaruh pada jumlah pendapatan rumahtangga petani kentang yang pada akhirnya menentukan
keberlanjutan nafkah rumahtangga petani serta strategi nafkah dominan yang dipilih petani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Chambers dan Conway 1991
mengungkapkan bahwa sistem nafkah yang berkelanjutan harus mampu: a