BAB II PENDEKATAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Nafkah Livelihood
Nafkah, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara hidup, definisi ini biasanya disejajarkan dengan konsep livelihood mata
pencaharian. Sebenarnya konsep livelihood mencakup pemahaman yang lebih luas bukan hanya sekedar bagaimana memperoleh pemasukan. Secara sederhana
livelihood didefinisikan sebagai cara dimana orang memenuhi kebutuhan mereka atau peningkatan hidup Chamber et al dalam Dharmawan, 2001. Dalam
pandangan yang sangat sederhana livelihood terlihat sebagai “aliran pendapatan”
berupa uang atau sumberdaya yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Definisi lain dinyatakan oleh Ellis
2000 bahwa livelihood mencakup pendapa tan “cash” berupa uang dan “in
kind” pembayaran dengan barang atau hasil bumi maupun dalam bentuk lainnya seperti institusi saudara, kerabat, tetangga, desa, relasi jender, dan hak milik
yang dibutuhkan untuk mendukung dan untuk keberlangsungan standar hidup yang sudah ada. Lebih lanjut livelihood juga mencakup akses terhadap, dan
keuntungan yang berasal dari pelayanan publik dan sosial yang disediakan oleh negara.
Dalam Sosiologi Nafkah, Dharmawan 2006 memberikan penjelasan bahwa livelihood memiliki pegertian yang lebih luas daripada sekedar means of
living yang bermakna sempit mata pencaharian. Dalam sosiologi nafkah, pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy
strategi penghidupan daripada means of living strategy strategi cara hidup. Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi
nafkah dalam bahasa Indonesia, sesungguhnya dimaknai lebih besar daripada sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka. Sebagai strategi membangun sistem
penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah bisa berarti cara
bertahan hidup atau memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu maupun kelompok dalam rangka
mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku.
Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan akan sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut. Dharmawan 2001
menjelaskan, sumber nafkah rumah tangga sangat beragam multiple source of livelihood, karena rumah tangga tidak tergantung hanya pada satu pekerjaan dan
satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Secara konseptual menurut Chambers dan Conway dalam Ellis 2000, terdapat
lima tipe modal yang dapat dimilikidikuasai rumah tangga untuk pencapaian nafkahnya yaitu:
1. Modal manusia yang meliputi jumlah populasi manusia, tingkat
pendidikan dan keahlian yang dimiliki dan kesehatannya. 2.
Modal alam yang meliputi segala sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Wujudnya
adalah air, tanah, hewan, udara, pepohonan dan sumber lainnya. 3.
Modal sosial yaitu modal yang berupa jaringan sosial dan lembaga dimana seorang berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk
kelangsungan hidupnya. 4.
Modal finansial yang berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa diakses untuk keperluan produksi dan konsumsi.
5. Modal fisik yaitu berbagai benda yang dibutuhkan saat proses
produksi, meliputi mesin, alat-alat, instrumen dan berbagai benda fisik lainnya.
Livelihood berasal dari berbagai sumberdaya dan aktivitas yang bervariasi sepanjang waktu. Fleksibilitas livelihood menentukan tipe-tipe strategi rumah
tangga yang diadopsi rumah tangga pedesaan maupun perkotaan dan bagaimana merespon perubahan. Terkait dengan livelihood, Herbon dalam Dharmawan
2001 mendeskripsikan tiga tingkatan untuk mengatasi ketidaktentuan ekonomi yaitu:
1. Tahap mengantisipasi krisis, merupakan semua usaha yang dibuat
dengan memanfaatkan berbagai tindakan yang aman dan usaha perlindungan terhadap berbagai macam resiko dengan membangun
hubungan jaringan sosial, memproduksi apa saja yang mungkin dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mengumpulkan
kelebihan menabung, membangun jaringan sosial dan ekonomi yang kompleks dan menyeluruh yang mempertukarkan hubungan dengan
penyediaan jaminan materil dan immateril, penguasaan sumberdaya dari masyarakat dan negara.
2. Tahap mengatasi kondisi krisis, meliputi semua tindakan seperti
memanfaatkan tabungan, eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya yang dimiliki sumberdaya alam atau sumberdaya sosial, mengurangi
konsumsi individu, reaksi massa contohnya pemberontakan bersama. 3.
Tahap pemulihan dari krisis, terdiri dari semua tindakan untuk memperbaiki kehancuran dan mendapat kembali akses untuk
memperoleh sumberdaya. Menurut Crow dalam Dharmawan 2001, terdapat aspek-aspek penting
yang harus diperhatikan dalam penerapan strategi nafkah, yaitu: 1.
Harus ada pilihan yang dapat dipilih oleh seseorang sebagai tindakan alternatif.
2. Kemampuan melatih “kekuatan”. Mengikuti suatu pilihan berarti
memberikan perhatian pada pilihan tersebut. Dengan demikian, memberikan perhatian pada suatu pilihan akan mengurangi perhatian
pada pilihan yang lain. Dalam konteks komunitas, seseorang yang memiliki lebih banyak kontrol aset akan lebih mempunyai kekuatan
untuk dapat memaksakan kehendaknya. Oleh karena itu strategi nafkah dapat dipandang sebagai suatu kompetisi untuk mendapatkan aset-aset
yang ingin dikuasai. 3.
Dengan merencanakan strategi yang mantap, ketidakpastian posisi yang dihadapi seseorang dapat diminimalisir.
4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang
menerpa seseorang. 5.
Harus ada sumberdaya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa membentuk dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda.
6. Strategi biasanya merupakan keluaran dan konflik yang terjadi dalam
rumah tangga. Selanjutnya, Dharmawan 2001 menyebutkan bahwa secara umum
strategi nafkah dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu strategi nafkah normatif dan strategi nafkah yang ilegal. Strategi nafkah normatif berbasiskan
pada kegiatan sosial ekonomi yang tergolong ke dalam kegiatan positif seperti kegiatan produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi sosial dengan
membangun jaringan sosial. Strategi ini disebut „peaceful ways‟ atau sah dalam melaksanakan strategi nafkah. Sedangkan strategi nafkah ilegal di dalamnya
termasuk tindakan sosial ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal. Seperti penipuan, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini disebut sebagai
„non peaceful‟, karena cara yang ditempuh biasanya menggunakan cara kekerasan atau kriminal.
Merujuk pada Scoones 1998, dalam penerapan strategi nafkah, rumah tangga petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya
untuk dapat bertahan hidup. Scoones membagi tiga klasifikasi strategi nafkah livelihood strategy yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu: 1
Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal
seperti teknologi dan tenaga kerja intensifikasi, maupun dengan memperluas lahan garapan ekstensifikasi; 2 Pola nafkah ganda diversifikasi, yang
dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan. Atau dengan
mengerahkan tenaga kerja keluarga ayah, ibu dan anak untuk ikut bekerja –
selain pertanian- dan mamperoleh pendapatan; 3 Rekayasa spasial migrasi, merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di
luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.
2.1.2 Konsep Nafkah Berkelanjutan