ini sudah ditambah dengan sarana air bersih dari program PAMSIMAS. Sedangkan untuk sarana penerangan seluruh wilayah desa Karangtengah dialiri
dari sumber listrik PLN.
4.4 Kondisi Sosial
Penduduk Desa Karangtengah merupakan penduduk dataran tinggi yang mayoritas bekerja di sektor pertanian. Mereka tinggal dalam rumah-rumah yang
lokasinya berdekatan dengan tetangga sehingga sering terjadi interaksi. Derajat saling mengenal antara satu penduduk dengan penduduk yang lain relatif tinggi.
Kebanyakan dari mereka masih kerabat meskipun terhitung jauh dalam keturunan, namun jika dirunut dari leluhur mereka, maka bisa dikatakan mereka masih
mambu sedulur
2
. Selaras dengan Hefner 1999 yang menyebutkan bahwa menjadi
masyarakat dataran tinggi diidentikkan dengan istilah wong tani
3
maka mayoritas penduduk di Desa Karangtengah pun bermatapencaharian sebagai petani. Pilihan
kegiatan nafkah ini turun-temurun dari leluhur dan memang sumberdaya yang ada di Desa Karangtengah memungkinkan untuk melakukan aktivitas tersebut. Selain
itu, rendahnya pendidikan yang dialami oleh penduduk desa menyebabkan mereka pasrah menjadi petani. Untuk penduduk golongan umur tua rata-rata tidak
bersekolah, kemudian keturunannya sudah mulai mengenyam pendidikan sekolah dasar. Saat ini, kesadaran akan pendidikan sudah muncul dalam kalangan
penduduk, meskipun masih sedikit yang melanjutkan hingga jenjang lanjutan atas. Ditinjau dari sistem kepercayaan, penduduk desa Karangtengah menganut
agama Islam. Aktivitas keagamaan disana cukup maju terlihat dari dari minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di pesanteren maupun berbagai
kegiatan agama yang dimunculkan di desa. Seperti pengajian yasinan untuk laki- laki, Taman Pendidikan Al-
Qur‟an bagi anak-anak, serta terdapatnya fasilitas keagamaan yang memadai. Masing-masing dusun memiliki masjid besar dan
beberapa mushola, bahkan masjid-masjid yang ada dibangun semewah mungkin sebagai bentuk penghormatan pada Tuhan rumah Allah.
2
Mambu sedulur artinya masih bersaudara meskipun dalam garis keturunan terhitung saudara jauh.
3
Petani, bermatapencaharian sebagai petani.
Berdasarkan kepemilikan lahan di Desa Karangtengah, penduduk desa terstrata menjadi tiga lapisan yaitu lapisan atas, menengah, dan bawah. Lahan
pertanian merupakan asset berharga yang menjadi simbol kekayaan. Semakin luas lahan pertanian yang dimiliki, maka seseorang dikatakan sebagai orang kaya dan
makmur. Mereka yang masuk dalam golongan atas adalah para pemilik lahan tanah pertanian yang luasnya lebih dari 1 ha atau sering disebut tani gedhe
4
atau juragan. Biasanya mereka dianggap golongan elit karena memiliki kehidupan
yang mapan secara materi serta telah melakukan ibadah haji. Kehidupan mapan yang dicapai berasal dari hasil pertanian yang diproduksi di atas lahan milik
mereka sendiri. Mereka mampu pergi ke Mekah dan mendapatkan prestise yang terhormat di lingkungan Desa. Orang yang telah melakukan ibadah haji dipanggil
dengan sebutan Kaji. Tani gedhe ini menjadi majikan bagi petani tidak bertanah yang menjadi buruh di lahan garapan mereka.
Masyarakat yang termasuk golongan menengah adalah mereka yang memiliki tanah kurang dari 1 ha. Golongan menengah ini juga sebagian dianggap
elit sebab dari mereka ada yang menjabat sebagai pamong desa atau pun tokoh masyarakat yang dihormati. Strata paling bawah di masyarakat adalah mereka
yang tidak bertanah, menjadi buruh di tanah milik orang lain dan biasanya masih mendapat jatah program bantuan pemerintah seperti BLT Bantuan Langsung
Tunai dan RasKin Beras Miskin.
4
Petani besar
BAB V STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI KENTANG
5.1 Karakteristik Petani dan Strategi Nafkah
5.1.1 UsiaUmur
Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat mempunyai fisik yang lebih baik dari pada petani yang lebih tua, petani muda juga lebih cepat
menerima hal-hal yang dianjurkan. Hal ini disebabkan petani muda lebih berani menanggung resiko. Petani muda biasanya masih kurang memiliki pengalaman.
Untuk mengimbangi kekurangan ini ia lebih dinamis, sehingga cepat mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga bagi perkembangan
hidupnya di masa yang akan datang Adhawati, 1997 dalam Purwanti, 2007. Data primer di lapangan menunjukkan bahwa umur petani beragam antara
20 hingga 55 tahun. Klasifikasi responden berdasarkan umur tersaji dalam Tabel 3. di bawah ini:
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Th
Jumlah Orang Persentase
1 20-34 Th
7 22
2 35-49 Th
16 52
3 49 Th
8 26
Total
31 100
Sumber: Analisis data primer, 2011
Umur maksimal responden yang menjadi sampel penelitian ini adalah 55 tahun. Menurut Rusli 1995, penduduk usia kerja didefinisikan sebagai peduduk
yang berumur antara 10 –64 tahun. Merujuk dari pengertian tersebut maka seluruh
responden dalam penelitian ini 100 persen tergolong dalam penduduk angkatan kerja yang aktif secara ekonomi economically active population.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Pranadji 2003 yang menunjukkan bahwa animo golongan muda lebih memilih bekerja di perkotaan
terutama menjadi pegawai kantoran yang dianggap mencerminkan status sosial yang tinggi. Pertanian dianggap sebagai pekerjaan yang kurang
menggambarkan