6. Strategi biasanya merupakan keluaran dan konflik yang terjadi dalam
rumah tangga. Selanjutnya, Dharmawan 2001 menyebutkan bahwa secara umum
strategi nafkah dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu strategi nafkah normatif dan strategi nafkah yang ilegal. Strategi nafkah normatif berbasiskan
pada kegiatan sosial ekonomi yang tergolong ke dalam kegiatan positif seperti kegiatan produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi sosial dengan
membangun jaringan sosial. Strategi ini disebut „peaceful ways‟ atau sah dalam melaksanakan strategi nafkah. Sedangkan strategi nafkah ilegal di dalamnya
termasuk tindakan sosial ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal. Seperti penipuan, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini disebut sebagai
„non peaceful‟, karena cara yang ditempuh biasanya menggunakan cara kekerasan atau kriminal.
Merujuk pada Scoones 1998, dalam penerapan strategi nafkah, rumah tangga petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya
untuk dapat bertahan hidup. Scoones membagi tiga klasifikasi strategi nafkah livelihood strategy yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu: 1
Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal
seperti teknologi dan tenaga kerja intensifikasi, maupun dengan memperluas lahan garapan ekstensifikasi; 2 Pola nafkah ganda diversifikasi, yang
dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan. Atau dengan
mengerahkan tenaga kerja keluarga ayah, ibu dan anak untuk ikut bekerja –
selain pertanian- dan mamperoleh pendapatan; 3 Rekayasa spasial migrasi, merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di
luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.
2.1.2 Konsep Nafkah Berkelanjutan
Meikle, Ramasut dan Walker 2001 menggambarkan bahwa inti untuk memahami konsep nafkah berkelanjutan adalah apresiasi bahwa kemiskinan
bukanlah kondisi stabil, permanen dan statis. Terkait dengan gambaran tersebut, maka gambaran dari nafkah berkelanjutan oleh ketiga ahli tersebut adalah sebagai
berikut: 1.
Memberikan kemampuan, aset materi dan sosial dan aktivitas yang dapat diakses oleh laki-laki dan perempuan miskin yang hidup bersama.
Banyaknya kesempatan yang ada berbeda menurut orang yang hidup dan atau memiliki akses kepada sumberdaya di kampung, sub-urban, dan kota.
Nafkah dapat termasuk pekerjaan yang dibayar, tetapi hanya satu elemen dan bukan yang paling penting dari hubungan jaringan fungsional yang
bersama untuk hidup. Elemen lain termasuk jaringan sosial dan bermacam institusi yang menyediakan hubungan rumahtangga dan akses terhadap
sumberdaya. 2.
Dinamis dan mudah diadaptasi. Nafkah berkelanjutan memiliki kemampuan
untuk merespons
perubahan dan
secara berlanjut
diperbaharukan melalui pengembangan dari strategi adaptif kemudian, dapat bangkit dari tekanan dan kejutan, stabil dan berlanjut dalam jangka
panjang. 3.
Berhubungan ke prioritas, interpretasi dan kemampuan masyarakat miskin. Masyarakat di pusat kerangka nafkah dianggap sebagai aktor yang
mampu, bukan korban yang tidak berdaya. Nafkah menggambarkan kemakmuran, pengetahuan, strategi adaptif dan orang miskin. Ketika
nafkah berkelanjutan mencerminkan prioritas dari masyarakat miskin, perlu dicatat bahwa terdapat perbedaan diantara jangka pendek, prioritas
pragmatis yang mengarah kepada bertahan hidup, yang bertujuan untuk pembangunan dari nafkah berkelanjutan. Contohnya, prioritas jangka
pendek untuk mengurangi pengeluaran rumahtangga dapat membuat anak putus sekolah atau mengurangi biaya kesehatan, namun ini bukan berarti
sikap rumahtangga tidak menghargai investasi pada kesehatan dan pendidikan pada jangka panjang.
4. Rumahtangga dan komunitas terpusat pada alokasi sensitif. Anggota
rumahtangga berkontribusi pada berbagai cara tergantung peran, tanggungjawab dan kemampuan. Rumahtangga memiliki modal sosial dan
hutang. Mereka terintegrasi kepada bahan sosial yang lebih luas, dan menggambarkan kepada hubungan dengan bermacam individu dan
kelompok dalam komunitas seperti kesempatan pada bisnis lokal dan pemerintahan. Hal ini juga dapat dicatat bahwa sebagian strategi nafkah
mungkin berdasarkan kepada individu daripada aktivitas rumahtangga dan lainnya dapat melihat dari hubungan diantara anggota rumahtangga yang
tidak hidup bersama. 5.
Meraih komponen yang disebutkan di atas tanpa merongrong dasar sumber daya alam.
2.1.3 Karakteristik Rumahtangga Petani