32 Pro poor growth
menurut Asian Development Bank ADB, 1999 adalah pertumbuhan yang menyerap tenaga kerja dan di barengi dengan kebijakan-
kebijakan dan program-program yang mengurangi ketimpangan mitigate inequalities dan mendorong pendapatan dan partisipasi kerja kelompok miskin,
khususnya perempuan dan kelompok terpinggirkan lainnya. Kakwani dan Pernia 2000 menyatakan bahwa pengukuran pro poor growth berkaitan dengan seluruh
aspek dari kapabilitas yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tapi hal ini sangatlah sulit, sehingga harus dipilih ukuran apa yang paling mempengaruhi
kualitas kehidupan. Pro poor growth index
adalah suatu ukuran untuk melihat sejauh mana pertumbuhan ekonomi bisa disebut pro poor. Indeks ini memiliki beberapa
kelebihan, antara lain: Data yang diperlukan tidak terlalu sulit, sehingga mudah dihitung
Indeks ini dapat digunakan untuk memformulasikan kebijakan-kebijakan pro
poor pada tingkat makro dan mikro Indeks ini bisa dihitung menurut sektor ekonomi ataupun wilayah
2.3. Tinjauan Empiris
Studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor penentu atau faktor yang mempengaruhi kemiskinan, telah banyak yang dilakukan oleh para ahli di
berbagai negara maupun di Indonesia. Studi empiris yang pernah dilakukan para ahli di berbagai negara, antara lain:
Pertama, Dhongde 2005 meneliti pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan kemiskinan di India. Hasilnya, pada sebagian besar provinsi,
tingkat pertumbuhan yang tinggi menyebabkan penurunan pada tingkat kemiskinan. Penurunan kemiskinan tidak hanya terjadi pada jumlah penduduk
miskin, tetapi juga pada tingkat kedalaman poverty gap dan keparahannya severity gap.
Kedua, Lin 2003 meneliti pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan di China dengan menggunakan data dari
tahun 1985 hingga 2001. Hasilnya, 1 pertumbuhan ekonomi pada periode 1985- 2001 telah efektif mengurangi kemiskinan tapi peningkatan ketimpangan yang
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
33 terjadi mengurangi kefektifan dari pengaruh pertumbuhan ekonomi; 2 dalam
tahapan pembangunan ekonomi sekarang di China, pertumbuhan ekonomi masih sangat efektif dalam mengentaskan kemiskinan; 3 tingkat ketimpangan awal
sangat penting dalam menentukan kebijakan pertumbuhan yang akan diterapkan untuk suatu negara dalam tahap pembangunan yang berbeda.
Ketiga, studi yang dilakukan oleh Ravallion 2005 untuk meneliti trade-off antara kemiskinan dan ketimpangan dengan menggunakan data dari 70 negara
berkembang. Hasilnya, tidak ada trade-off yang sistematis antara kemiskinan absolut dengan ketimpangan relatif, bahkan penurunan ketimpangan sejalan
dengan penurunan kemiskinan. Namun, kenaikan pada ketimpangan absolut akan menurunkan kemiskinan.
Keempat, Ravallion 2006 meneliti pengaruh ketimpangan terhadap kemiskinan di India dan China tahun 1980 hingga 2000. Hasilnya, 1
pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan di India dan China, dan ketimpangan pendapatan akan menghambat pengentasan kemiskinan;
2 pengentasan kemiskinan memerlukan kombinasi dari pertumbuhan ekonomi, pola pertumbuhan yang lebih pro poor dan pengurangan ketimpangan.
Kelima, Warr 2000 meneliti pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di India, Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand dan Taipei China
dengan menggunakan data dari tahun 1960 an hingga 1990 an. Hasilnya, efek dari pertumbuhan PDB per kapita berpengaruh dalam mengurangi kemiskinan di
keenam negara tersebut. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah komposisi pertumbuhan sektoral sangat berbeda diantara keenam negara tersebut.
Keenam, Warr 2006 meneliti keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di Asia Tenggara. Sampel yang digunakan sebanyak
4 negara, yaitu: Indonesia, Thailand, Malaysia dan Filipina. Hasilnya pengentasan kemiskinan sangat terkait dengan pertumbuhan pada sektor pertanian dan jasa. Di
Thailand, Malaysia dan Filipina pertumbuhan sektor jasa memberikan kontribusi yang paling besar dalam pengentasan kemiskinan. Sedangkan untuk Indonesia,
pertumbuhan sektor pertanian yang memberikan kontribusi paling besar. Di Indonesia, penelitian yang pernah dilakukan antara lain:
Pertama, Bidani dan Ravallion 1993 menyatakan bahwa: 1 pengeluaran
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
34 konsumsi rata-rata sebagai persentase terhadap garis kemiskinan indeks Gini
ternyata memiliki pengaruh yang nyata terhadap berbagai ukuran kemiskinan poverty head count index, poverty gap, dan squared poverty gap dengan
hubungan yang negatif, sedangkan dengan indeks Gini berhubungan positif; 2 hipotesis kurva U terbalik Kuznets tidak berlaku di Indonesia.
Kedua, Tadjoedin et al 2001 menyatakan bahwa rezim Orde Baru berhasil memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan ketimpangan yang rendah. Hal ini
dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan transfer dari daerah yang kaya ke daerah yang miskin dan transfer dari daerah yang kaya ke pusat. Meski demikian
keberhasilan ini diikuti juga dengan adanya aspirasi dari daerah kaya agar mereka diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sumber dayanya sendiri.
Ketiga, Yudhoyono 2004 menyatakan bahwa kemiskinan di daerah pedesaan dipengaruhi secara nyata oleh pengeluaran pemerintah untuk sektor
pertanian, pertumbuhan ekonomi, upah dan dummy reformasi. Sedangkan di daerah perkotaan dipengaruhi oleh pengeluaran untuk infrastruktur, pertumbuhan
ekonomi, dummy reformasi dan dummy desentralisasi. Keempat, Hidayat dan Patunru 2007 menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang terjadi pada tingkat provinsi di Indonesia, meningkatkan ketidakmerataan pendapatan, tetapi pertumbuhan ekonomi juga berhasil
mengurangi kemiskinan. Peningkatan ketidakmerataan pendapatan tersebut menjadi akses dari pertumbuhan ekonomi dan tidak mengganggu aktivitas
pengurangan kemiskinan. Hasil-hasil studi empiris di berbagai negara termasuk juga di Indonesia,
menunjukkan adanya keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Secara umum ada tiga temuan utama,
yaitu: 1. pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk pengentasan kemiskinan
2. tidak ada cukup bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi membuat distribusi pendapatan semakin merata atau semakin timpang
3. perubahan distribusi pendapatan menuju kepada kondisi yang lebih merata, memberikan dampak yang positif bagi pengentasan kemiskinan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
35
2.4. Analisis Regresi Data Panel