Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan

81

V. KETERKAITAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI, KETIMPANGAN PENDAPATAN,

DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

5.1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan

Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan dihitung dengan model yang dikembangkan oleh Wodon 1999 sebagai berikut: it it i i it Y G       log log .....................................................................20 Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan dapat dilihat dari nilai elasitisitas ketimpangan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Model yang digunakan adalah model double log, sehingga parameter yang di dapat melambangkan elastisitas ketimpangan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai tersebut bisa bernilai bisa positif atau negatif. Jika nilai bertanda positif, artinya peningkatan PDRB konstan sebesar 1 persen akan meningkatkan ketimpangan pendapatan sebesar persen. Jika nilai bertanda negatif, artinya peningkatan PDRB konstan sebesar 1 persen akan menurunkan ketimpangan pendapatan sebesar persen. Model 20 diregresi dengan menggunakan model fixed effect, dengan weighting cross section weights dan white heteroscedasticity. Model dengan fixed effect dipilih setelah melalui pengujian yang menyimpulkan bahwa model dengan individual effect lebih baik daripada dengan common effect Uji F. Pengujian dengan uji Hausman juga menyimpulkan bahwa fixed effect lebih baik daripada random effect . Sedangkan weighting dengan cross section weights dan white heteroscedasticity karena model fixed effect mengandung heteroskedastisitas hasil selengkapnya pada Lampiran 6. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai yang didapat sebesar 0,514. Artinya peningkatan PDRB sebesar 1 persen akan meningkatkan ketimpangan pendapatan sebesar 0,514 persen Tabel 14. Peningkatan ketimpangan pendapatan ini karena pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak dinikmati secara merata oleh seluruh kelompok penduduk. Hasil ini sejalan dengan yang didapat oleh Lin 2003 dan hasil penelitian Hidayat dan Patunru 2007. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 82 Mereka juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan ketimpangan pendapatan. Tabel 14 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan Pendapatan R 2 F-statistik 0,477362 5,397195 0,514124 8,380146 Keterangan : Angka didalam kurung adalah t-statistik Signifikan pada taraf nyata 1 Perubahan distribusi pendapatan bisa juga dilihat dari perubahan pada kurva distribusi pengeluaran per kapita Gambar 26. Pada tahun 2002, distribusi pengeluaran per kapita relatif merata, ditandai dengan bentuk kurva yang ramping dengan indeks Gini sebesar 0,273. Pengeluaran per kapita relatif rendah, dengan nilai rata-rata Rp 213.947 per bulan. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 2002-2008 memperlebar dan menggeser kurva ke kanan. Pelebaran kurva pengeluaran ini berarti distribusi pendapatan menjadi tidak merata dan pergeseran ke kanan berarti peningkatan pada pendapatan per kapita. Pada periode 2002-2008, pelebaran dan pergeseran kurva distribusi pengeluaran terus terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai di Provinsi Riau. Akhirnya, pada tahun 2008 kurva distribusi pengeluaran per kapita menjadi semakin lebar dan bergeser ke kanan. Data Susenas menunjukkan bahwa indeks Gini pada tahun 2008 sebesar 0,306, yang berarti peningkatan sebesar 0,033 poin. Sedangkan rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp 612.641 per bulan, meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan tahun 2002. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 83 Sumber : Susenas, 2002-2008 diolah Gambar 26 Distribusi Pengeluaran Perkapita Perbulan di Riau Tahun 2002-2008 Telah dijelaskan bahwa peningkatan ketimpangan pendapatan ini karena pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak dinikmati secara merata oleh seluruh kelompok penduduk. Pertanyaan berikutnya adalah mengapa ketimpangan pendapatan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai? dan siapa yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang terjadi? Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita bisa menganalisis pertumbuhan ekonomi secara sektoral dan menurut kabupaten. Berikut akan diuraikan satu persatu. Sektor ekonomi yang memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Riau adalah sektor pertambangan dan penggalian, khususnya pertambangan minyak bumi. Nilai PDRB Provinsi Riau pada tahun 2008 sebesar Rp 276, 40 trilyun, dimana 44,78 persennya berasal dari sektor pertambangan dan penggalian Rp 123,78 trilyun. Demikian juga yang terjadi selama periode 2002- 2008, rata-rata kontribusi sektor pertambangan dan penggalian sebesar 55,54 persen Tabel 15. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap perekonomian Riau sangat besar, tapi masyarakat yang bekerja di sektor ini jumlahnya sangat kecil hanya sekitar 2,6 persen dari seluruh penduduk yang Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 84 bekerja. Peningkatan pendapatan pada sektor ini tidak dinikmati oleh sebagian besar masyarakat, karena sektor ini merupakan sektor padat modal. Pendapatan dari sektor pertambangan dan penggalian sebagian besar dibawa ke pusat, dan daerah hanya mendapatkan bagian berupa dana bagi hasil saja. Peningkatan pendapatan hanya akan dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, sehingga ketimpangan pendapatan akan semakin meningkat. Sektor pertanian yang juga mempunyai kontribusi yang cukup penting dalam perekonomian Riau menyumbang rata-rata 16,53 persen selama periode penelitian. Namun kontribusi sebesar ini ternyata ditopang oleh sub sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan, masing masing 36,46 persen dan 36,19 persen Lampiran 1. Sub sektor perkebunan terdiri atas perkebunan besar yang dikuasai oleh segelintir orang dan masyarakat hanya mengusahakan perkebunan rakyat. Tenaga kerja yang bergerak di sub sektor ini juga hanya berstatus sebagai buruh. Sehingga sebagian besar pertumbuhan pada sub sektor perkebunan juga akan di nikmati oleh sedikit orang sehingga ketimpangan pendapatan semakin besar. Sub sektor kehutanan juga tidak jauh berbeda, sub sektor kehutanan terdiri atas perusahaan kehutanan besar yang dikuasai oleh segelintir orang dan masyarakat hanya mengusahakan sebagian kecilnya saja. Tenaga kerja yang bergerak di sub sektor ini juga hanya berstatus sebagai buruh. Sehingga sebagian besar pertumbuhan pada sub sektor kehutanan juga akan di nikmati oleh sedikit orang sehingga ketimpangan pendapatan semakin besar. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 85 Tabel 15 Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Riau Tahun 2002-2008 LAPANGAN USAHA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1. Pertanian 15,36 15,94 16,57 16,79 16,92 17,15 17,01 2. Pertambangan penggalian 60,49 58,63 56,28 55,38 54,20 52,34 51,49 3. Industri pengolahan 9,13 9,43 10,04 10,05 10,21 10,73 10,88 4. Listrik, gas air bersih 0,19 0,19 0,20 0,21 0,21 0,21 0,22 5. Bangunan 2,50 2,59 2,75 2,79 2,87 3,10 3,26 6. Perdag., hotel restoran 5,93 6,41 6,81 7,12 7,53 7,93 8,24 7. Pengangkutan komunikasi 2,02 2,20 2,39 2,50 2,61 2,70 2,83 8. Keu. Persewaan, jasa prsh 0,68 0,75 0,87 0,97 1,07 1,17 1,26 9. Jasa-jasa 3,71 3,87 4,10 4,19 4,39 4,65 4,81 PDRB dengan migas 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Provinsi Riau, 2002-2008 diolah Peningkatan ketimpangan pendapatan terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai. Struktur perekonomian pada Kabupaten Kuantang Singingi dan Kabupaten Rokan Hulu didominasi oleh sektor pertanian, yakni sekitar 58,13 persen dan 53,84 persen. Namun, sektor pertanian ini ternyata didominasi oleh sub sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan, dengan total untuk masing-masing kabupaten 77,44 persen dan 68,19 persen dari keseluruhan sektor pertanian. Seperti telah diketahui bahwa sub sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan terdiri atas perusahaan- perusahaan perkebunan dan perusahaan kehutanan yang dikuasai oleh segelintir orang dan masyarakat hanya mengusahakan sebagian kecilnya saja. Tenaga kerja yang bergerak di kedua sub sektor ini juga hanya berstatus sebagai buruh. Sehingga sebagian besar pertumbuhan pada sub sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan juga akan di nikmati oleh sedikit orang sehingga ketimpangan pendapatan di Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten Rokan Hulu semakin besar. Peningkatan ketimpangan pendapatan di Kabupaten Kampar dan Rokan Hilir Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 86 lebih dipengaruhi karena struktur kedua kabupaten tersebut sangat didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian migas. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Kampar sebesar 57,38 persen, sedangkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Rokan Hilir mencapai 72,43 persen. Peningkatan pendapatan pada sektor ini tidak dinikmati oleh sebagian besar masyarakat, sehingga ketimpangan pendapatan di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hilir akan semakin meningkat.

5.2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan terhadap Kemiskinan