48 maksimum ini, viskositas akan menurun secara cepat dengan meningkatnya suhu
pemanasan. Tahap proses pemanasan akan berakhir setelah suhu dari contoh telah mencapai 95°C.
Proses  holding kemudian  dilakukan  pada  suhu  95°C  selama  20  menit dengan  mengatur  posisi  pengatur  suhu  pada  posisi  holding.  Pada  tahap  ini  alat
pencatat  akan  terus  mencatat  nilai  viskositas.  Setelah  tahap holding,  maka  alat diatur  pada  posisi  cooling.  Pada  tahap  ini,  suhu  pasta  pati  akan  menurun  secara
berangsur-angsur. Apabila alat tidak dilengkapi dengan pendingin, maka es dapat digunakan  sebagai  pendingin.  Pendinginan  dilakukan  pada  hingga  suhu  50°C.
Grafik  yang  diperoleh  dapat  diinterpretasikan  menjadi  tiga  parameter, yaitu:
1. Suhu awal gelatinisasi, yaitu suhu pada saat kurva mulai menaik. Suhu awal gelatinisasi = suhu awal + waktu dalam menit x 1,5
2. Suhu puncak gelatinisasi, yaitu suhu pada saat puncak maksimum viskositas yang  dicapai.  Suhu  puncak  gelatinisasi  ditentukan  dengan  berdasarkan
perhitungan berikut: Suhu puncak gelatinisasi = suhu awal + waktu dalam menit x 1,5
3. Viskositas maksimum pada puncak gelatinisasi dinyatakan dengan Brabender Unit BU.
4. Setback, yaitu selisih antara viskositas pada akhir pendinginan 50ºC dengan viskositas pada akhir pemasakan pada suhu konstan 95ºC.
5. Breakdown yaitu stabilitas pasta panas. Breakdown diukur berdasarkan selisih dari viskositas maksimum setelah pemanasan pada suhu konstan 95ºC selama
20 menit.
2.4 Warna metode Hunter
Sampel  tepung  jagung diletakkan  pada  cawan  petri  dengan  alas  putih. Sampel  diratakan  sampai  semua  permukaan  tertutup  sampel.  Pengukuran
dilakukan  pada  dua  posisi  berbeda.  Sampel  tepung  dan  produk  cookies difoto menggunakan  chromameter  CR-200  sehingga  diperoleh  nilai  L,  a,  dan  b.  L
menyatakan kecerahan sampel warna akromatis dari hitam mutlak dengan nilai 0 sampai  putih  mutlak  dengan  nilai  seratus,  parameter  a  menunjukkan  campuran
49 merah hijau a+ = 0-100 untuk warna merah dan a- = 0--80 untuk warna hijau.
Parameter  b  menunjukkan  campuran  warna  biru  kuning  b+  =0-70  untuk  warna kuning dan b-= 0--70 untuk warna biru. Selanjutnya, dihitung ºHue  dari nilai a
dan  b  yang  diperoleh  dengan  persamaan  ºHue  =  arc  tan  ab.  Deskripsi  warna berdasarkan ºHue dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Deskripsi warna berdasarkan ºHue ºHue [arc tan ab]
Deskripsi warna 18-54
Red R 54-90
Yellow  red YR 90-126
Yellow Y 126-162
Yellow Green YG 162-198
Green G 198-234
Blue Green BG 234-270
Blue B 270-306
Blue Purple BP 306-342
Purple P 342-18
Red Purple RP Sumber : Hutchings 1999
2.5 Rendemen cookies Muchtadi  Sugiyono 1992
Rendemen cookies dapat dihitung berdasarkan perbandingan berat adonan. Rendemen cookies dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
100 g
adonan berat
g cookies
berat Rendemen
x 
2.6 Derajat pengembangan
Derajat  pengembangan  cookies dilakukan  dengan  mengunakan  jangka sorong.  Pengukuran  dilakukan  terhadap  tebal  dan  lebar  cookies sebelum  dan
sesudah pemanggangan.
Rasio  =  a x b
A‘x b‘
50 keterangan :
a = ketebalan sebelum pemanggangan
b = lebar sebelum pemanggangan
a‘ = ketebalan sesudah pemanggangan
b‘ = lebar sesudah pemanggangan.
2.7 Uji kerenyahan dan kekerasan cookies Faridah et al. 2008
Kerenyahan  dan  kekerasan  diukur  dengan  menggunakan  texture  analyzer XT2i yang dinyatakan dalam satuan gf gram force. Texture analyzer XT2i dapat
dilihat pada Gambar 9. Alat ini dilengkapi dengan sistem komputerisasi sehingga harus  diatur  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  jenis  produk  yang  diuji.  Sebelum
dilakukan pengukuran contoh, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi probe. Cookies yang diukur kerenyahan dan kekerasannya diletakkan di bawah probe dan ”Quick
Run Test“ ditekan. Probe  yang  digunakan  adalah  P2,  jarak  probe  dikalibrasi  sesuai  dengan
tinggi cookies jagung yaitu 4 mm. Probe P2 dapat dilihat pada Gambar 9. Setelah pengukuran  selesai,  nilai  kerenyahan  dan  kekerasan  cookies dapat  dilihat  pada
layar  komputer.  Pengaturan  texture  analyzer    pada  pengukuran  cookies  jagung
dapat dilihat pada Tabel 18.
Gambar 9 Texture analyzer XT2i atas dan probe tekstur cookies bawah
51 Tabel 18 Pengaturan texture analyzer pada pengukuran cookies jagung
Test Mode Measure force in compression
Option Return to start
Parameters Pre test speed
2.0 mms test speed
0.5 mms Post test speed
10.0 mms Distance
4 mm Trigger
Type Auto
Force 5 g
Unit Force
Grams Distance
Milimeters Data acquisition rate
200 pps
2.8 Densitas kamba cookies jagung