Metode Pengambilan Sampel Karakteristik Responden Pemancingan di Situ Gede

tersebut, maka model yang dibangun untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Situ Gede yang dibentuk dengan model regresi linear berganda dan dilakukan dengan ITCM tiap individu pertahun kunjungan, yaitu: Y= b - b 1 X1 + b 2 X 2 – b 3 X 3 – b 4 X 4 + b 5 X 5 – b 6 X 6 – b 7 X 7 + ε Keterangan: Y = Jumlah Kali Kunjungan Pengunjung dalam Setahun ke Situ Gede X 1 = Biaya Perjalanan Individu ke Wisata Situ Gede Rupiah X 2 = Pendapatan Responden Rupiah Per Bulan X 3 = Jarak Tempuh Menuju Lokasi Wisata Situ Gede Km X 4 = Waktu Tempuh Ke Wisata Situ Gede Menit X 5 = Lama Mengetahui Keberadaan Wisata Situ Gede Tahun X 6 = Jumlah Tanggungan Keluarga Orang X 7 = Umur Responden Tahun Ε = Error Term B 1 – B 7 = Koefisien Regresi Untuk Faktor X 1 -X 7 Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah kali kunjungan ke Situ Gede dipengaruhi oleh biaya perjalanan, jarak tempuh, waktu tempuh dan jumlah tanggungan keluarga dan umur yang diduga berpengaruh nyata secara negative terhadap jumlah kali kunjunganke Situ Gede. 2. Tingkat pendapatan, lama pengunjung mengetahui keberadaan wisata Situ Gede diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap jumlah kali kunjungan ke Situ Gede. Menurut Fauzi 2006, menyatakan setelah mendapatkan fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai Willingness to Pay terdapat lokasi wisata dapat diukur. Nilai surplus konsumen untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata tersebut dapat diukur melalui formula: SK = N 2 2b 1 Keterangan: SK = Surplus konsumen N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i b 1 = Koefisien dari biaya perjalanan Setelah mendapatkan nilai surplus konsumen, maka nilai ekonomi wisata dapat dihitung dengan cara mengalikan surplus konsumen per individu per kunjungan dengan jumlah kunjungan lokasi wisata selama satu tahun terakhir. V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Situ Gede

Gambaran umum kawasan Situ Gede yang akan dipaparkan terdiri dari letak geografis dan administratif, kondisi demografis, kondisi ekonomi dan kondisi lingkungan.

5.1.1 Letak Geografis dan Administratif Kelurahan Situ Gede

Situ Gede merupakan sebuah situ yang terletak di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Letak Situ Gede berada di belakang kantorkelurahan. Letak geografis Situ Gede berada pada koordinat 06 33‟99‟‟ Lintang Selatan dan 106 44‟48‟‟Bujur Timur dengan luas 62.000 m 2 dan keliling 1.468,89m. Situ Gede merupakan situ alami yang terletak 10 km dari kota Bogor ke arah Barat, dengan ketinggian 250 m dari permukaan laut. Sebelah utara situ adalah kawasan hutan kota Center for Internasional Forestry Research CIFOR. Situ Gede termasuk situ alami yang terbentuk secara alami yang memiliki daya tarik utama sebagai wisata alam dengan batas-batas wilayah adalah sebagai berikut: a. Utara : Kali Cisadane b. Timur : Kali Sindang Barang c. Selatan : Desa Cikarawang d. Barat : Kelurahan Bubulak Pengelolaan Situ Gede di bawah Dinas Pekerjaan Umum PU ranting Ciampea yang diwakilkan kepada Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Kelurahan Situ Gede. Curah hujan kawasan Situ Gede berkisar 3219-4671 mm per tahun dan suhu udara rata-rata berkisar 24.90 C sampai 25.80 C. Lahan di sekitar kawasan wisata air Situ Gede dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk, kawasan hutan penelitian, lokasi perkebunan, lokasi persawahan dan kolam ikan. Sumber air Situ Gede berasal dari air hujan, mata air yang terdapat di tengah situ, aliran Bendung Cibanten di Kelurahan Loji dan Bendung Cibenda di Kelurahan Bubulak serta yang berasal dari aliran kolam-kolam masyarakat sekitar. Air di Bendung Cibanten digunakan untuk mengairi sawah di Kelurahan Sindang Barang, Bubulak dan Situ Gede.

5.1.2 Kondisi Demografi Kelurahan Situ Gede

Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk di Kelurahan Situ Gede hingga bulan Desember 2011 adalah 6.263 jiwa yang terdiri dari 3.209 laki-laki dan 3.054 perempuan lihat Gambar 3. Sebesar 65 persen dari total penduduk tersebut berada dalam kategori berusia produktif yaitu di range usia 15-59 tahun, sedangkan sisanya sebesar 35 persen adalah non-produktif yaitu range usia ≤14 tahun dan 60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa beban tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Usia masyarakat yang produktif dan tidak produktif tersebut adalah kategori yang umumnya digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.Lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Sumber: Kelurahan Situ Gede 2011 Gambar 3 Jumlah Penduduk Kelurahan Situ Gede

5.1.3 Kondisi Ekonomi Kelurahan Situ Gede

Sumber penghasilan utama yang terbesar penduduk di Kelurahan Situ Gede bergerak di bidang jasa, yaitu sebesar 34 persen. Penduduk yang penghasilan utamanya Porli TNI dan pertukangan merupakan sumber penghasilan yang paling kecil yaitu sebesar 1 persen. Lebih jelasnya data tersebut dapat di lihat pada Gambar 4. 34 39 14 12 1 500 1000 1500 2000 2500 3000 4 15-29 30-44 45-59 6 Jum la h P en duduk Usia Sumber: Kelurahan Situ Gede 2011 Gambar 4 Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede Menurut Mata Pencaharian

5.1.4 Kondisi Lingkungan Kelurahan Situ Gede

Secara umum kondisi lingkungan Situ Gede merupakan potensi dan aset alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, tentu saja tanpa melupakan kewajiban pelestarian lingkungan demi terciptanya keberlanjutan. Kondisi lingkungan kawasan wisata Situ Gede saat ini telah terjadi penurunan kualitas lingkungan, dilihat dari sisi kebersihan lingkungan, serta terjadinya pendangkalan danau akibat penumpukan sampah di dasar danau. Kondisi lingkungan Situ Gede relatif kotor akibat banyak sampah berserakan. Hal tersebut dikarenakan minimnya sarana dan tenaga kebersihan yang ada. Pola hidup dan tingkah laku pengunjung yang belum sadar akan kebersihan juga menjadi faktor yang menyebabkan buruknya kebersihan lingkungan obyek wisata. Air yang ada di Situ Gede tercemar oleh sampah, baik sampah yang diakibatkan oleh pengunjung ataupun sampah yang terbawa dari aliran air dari sungai yang mengisi Situ Gede. Sampah yang mencemari situ saat ini telah menumpuk di dasar danau dan akibatnya terjadi pendakalan danau oleh sampah. Hal ini, terbukti saat terjadi hujan deras, luasan Situ Gede sudah tidak mampu menampung air hujan sehingga menyebabkan air danau meluap ke daratan. Hal tersebut jelas merupakan indikasi telah terjadi pendangkalan pada Situ Gede Naibaho, 2013. 1 1 3 4 15 19 23 34 100 200 300 400 500 600 700 800 Ju m al h P e n d u d u k Mata Pencaharian

5.2 Gambaran Umum Desa Cikarawang

Gambaran umum kawasan Desa Cikarawang terdiri dari letak geografis dan administratif, kondisi demografis, kondisi ekonomi dan kondisi pertanian.

5.2.1 Letak Geografis dan Administratif Desa Cikarawang

Desa Cikarawang merupakan salah satu dari sepuluh desa yang terdapat di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah sebesar 226,56 Ha Batas-batas administratif pemerintah Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga sebagai berikut. a. Utara : Sungai Cisadane b. Timur : Kelurahan Situ Gede Kec. Bogor Barat Kota Bogor c. Selatan : Sungai Ciapus d. Barat : Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane Dilihat dari topografi dan kuntur tanah, Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga secara umum berupa daratan dan persawahan yang berada pada ketinggian antara 193 mdpl dengan suhu rata-rata berkisar 25 C sampai 30 C. Jarak dari pusat pemerintahan desa ke pusat pemerintahan kecamatan sejauh 5 km, jarak ke pusat pemerintahan administrasi kota sejauh 45 kmsedangkan jarak ke ibu kota kabupatenkotamadya daerah tingkat II sejauh 40 km. Kondisi transportasi dari dan ke Desa Cikarawang sudah cukup baik yaitu adanya fasilitas jalan yang beraspal dengan lebar empat meter sehingga bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Desa Cikarawang dibagi menjadi tiga dusun, 7 RW dan 32 RT. Jumlah total penduduk di desa ini 8.214 jiwa yang terdiri atas 4.195 jiwa laki-laki dan 4.019 jiwa perempuan, serta jumlah kepala keluarga sebanyak 2.020 kepala keluarga.

5.2.2 Kondisi Demografi Desa Cikarawang

Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk di Desa Cikarawang hingga bulan Desember 2012 adalah 8.245 jiwa yang terdiri dari 4.205 laki-laki dan 4.040 perempuan Gambar 4. Sebesar 62 persen dari total penduduk tersebut berada dalam kategori berusia produktif 16-60 tahun, sedangkan sisanya sebesar 38 persen adalah non- produktif ≤15 tahun dan 60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa beban tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber: Desa Cikarawang 2012 Gambar 5 Jumlah Penduduk Desa Cikarawang

5.2.3 Kondisi Ekonomi Desa Cikarawang

Sumber penghasilan utama yang terbesar penduduk Desa Cikarawang ada wirausaha yaitu sebesar 27 persen dan penghasilan utamanya yang paling sedikit yaitu TNIPolri sebesar 1 persen. Penduduk yang penghasilan utamanya dari petani sebesar 13 persen. Lebih jelas data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Sumber: Cikarawang 2012 Gambar 6 Penduduk Desa Cikarawang Menurut Mata Pencaharian 31 28 21 13 7 500 1000 1500 2000 2500 3000 ≤ 15 16-30 31-45 46-60 60 Ju m lah P e n d u d u k Usia 13 10 20 8 1 21 27 100 200 300 400 500 600 700 Petani Buruh Tani Pedagang PNS TNIPolri Karyawan Swasta Wirausaha Lainnya Ju m lah P e n d u d u k Mata Pencaharian

5.2.4 Kondisi Pertanian Desa Cikarawang

Lahan pertanian di Desa Cikarawang terutama digunakan untuk sawah dan ladang, yaitu seluas 194,572 hektar. Sebagian besar tanah pertanian yang dikelola warga merupakan milik sendiri. Dari hasil sawah dan ladang inilah masyarakat desa dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan sistem bergilir antara padi dan palawija. Potensi pertanian yang sangat dominan di Desa Cikarawang ini maka terdapat kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor Kecamatan Dramaga. Jumlah kelompok yang terdapat di Desa Cikarawang ada empat kelompok tani, yaiyu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia dan Subur Jaya. Kelompok Tani Hurip merupakan kelompok tani yang berdiri paling awal dibandingkan kelompok tani lainnya. Kelompok Tani Hurip KTH telah diakui keberadaannya dan telah terdaftar di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Kelompok ini merupakan satu kelompok tani yang berada di Desa Cikarawang dan telah berdiri sejak tahun 1.974. Jumlah anggota kelompok tani sekarang mencapai 60 orang.

5.3 Karakteristik Responden Pemancingan di Situ Gede

Hasil survei dan wawancara kepada 30 orang responden yang melakukan kegiatan memancing semuanya adalah berjenis kelamin laki-laki. Perempuan jarang melakukan kegiatan memancing sehingga dalam penelitian ini tidak ditemukan pemancing perempuan. Dominasi kaum laki-laki yang melakukan pemancingan merupakan suatu hal yang umum dikarenakan kegiatan ini lebih dulu dikenal sebagai aktifitas kaum laki-laki. Dalam sejarah memancing, kegiatan ini pada awalnya adalah kegiatan untuk mencari bahan makanan sehari-hari yang umumnya dilakukan oleh laki-laki. Sebaran usia yang melakukan kegiatan memancing paling banyak pada selang usia 29-36 tahun sebanyak 27 persen danselang usia yang sedikit melakukan kegiatan memancing pada selang usia 60-66 tahun sebanyak 7 persen. Berdasarkan hasil wawancara, responden berpendapat bahwa pada umumnya umur tidak berpengaruh pada kegiatan memancing, kegiatan memancing ini dapat dilakukan oleh setiap orang baik tua maupun muda. Pertambahan umur tidak akan mengurangi minat terhadap kegiatan memancing. Menurut status pernikahan didapatkan bahwa sebagian besar responden yang melakukan kegiatan memancing di Situ Gede adalah sudah menikah. Sebaran status pernikahan responden terdiri atas sudah menikah sebanyak 77 persen dan sisanya belum menikah sebanyak 23 persen. Sesuai dengan tingkat usia mayoritas pemancing pada umur 29-55 tahun. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden yang melakukan kegiatan memancing yang paling banyak yaitu 1-2 orang sebanyak 30 persen dan lebih dari lima orang sebanyak 17 persen. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan seorang dalam melakukan kegiatan memancing. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pertimbangan yang dilakukan oleh seorang individu dalam melakukan kegiatan memancing. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik Responden Kegiatan Memancing di Situ Gede No. Karakteristik Skala Jumlah orang Persentase 1 Umur 21-28 4 13 29-36 8 27 37-44 6 20 44-51 7 23 52-59 3 10 60-66 2 7 2 Jenis Kelamin Laki-laki 30 100 Perempuan 3 Pendidikan Tidak Sekolah 2 7 SD 6 20 SMPTsanawiyah 9 30 SMASMKAliyah 13 43 4 Status Pernikahan Belum Menikah 7 23 Menikah 23 77 5 Jumlah Tanggungan 6 20 1-2 9 30 3-4 10 33 5 5 17 6 Jarak ke Lokasi Pemancingan 1000m 13 43 1000m – 5000m 12 40 5000m – 10.000m 5 17 7 Pekerjaan Pegawai Negri Sipil 4 13 Pegawai swasta 5 17 Wiraswasta 8 27 Buruh 7 23 Mahasiswa 1 3 Lainnya 5 17 8 Pendapatan ≤ Rp 500.000 1 3 Rp 500.001-1.000.000 3 10 Rp 1.000.001 –2.000.000 15 50 Rp 2.000.001-3.000.000 9 30 ≥ 3.000.000 2 7 Jumlah 30 100 Pendidikan responden yang melakukan kegiatan memancing di situ terdiri dari 43 persen SMASMKAliyah dan tidak ada responden yang berpendidikan perguruan tinggi. Responden yang melakukan kegiatan memancing umumnya memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMASMKAliyah. Pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan memiliki peran sebagi penentu ketersediaan waktu dan uang karena setiap tipe pekerjaan tentu menghabiskan waktu dan menghasilkan uang yang berbeda-beda. Sebaran pekerjaan responden yang melakukan kegiatan memancing di Situ Gedeterdiri atas wiraswasta sebanyak 27 persen dan mahasiswa sebanyak 3 persen. Umumnya mereka melakukan kegiatan memancing setelah pulang bekerja. Responden yang melakukan kegiatan memancing memiliki sebaran tingkat pendapatan yang cukup merata. Pendapatan responden paling besar yaitu antaraselang Rp 1.000.001 – 2.000.000 sebanyak 50 persen dan lebih dari Rp 3.000.000 sebanyak 7 persen Sebaran jarak rumah ke lokasi pemancingan terdiri atas jarak ≤ 1.000 meter sebanyak 43 persendan jarak 5.001 -10.000 meter sebanyak 17 peren. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.Jarak lokasi tempat tinggal mempengaruhi motivasi responden dalam melakukan kegiatan memancing. Pada umumnya semakin dekat jarak lokasi dari tempat tinggal semakin tinggi motivasi responden. Responden tersebut umumnya datang pada hari Sabtu, Minggu dan pada hari libur lainnya.

5.4 Karakteristik Responden Petani di Desa Cikarawang

Karakteristik responden di Desa Cikarawang diperoleh secara purpossive sampling. Identifikasi karakteristik petani padi dilakukan terhadap 30 responden yang melakukan kegiatan bertani di kawasan tersebut. Karakteristik responden ini dilihat dari variabel yang meliputi jenis kelamin dan usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, status pekerjaan petani padi, pengalaman usaha tani, dan status kepemilikan lahan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik Responden Kegiatan Pertanian di Desa Cikarawang No. Karakteristik Skala Jumlah orang Persentase 1 Umur 31 – 40 5 17 41 – 50 8 27 51 – 60 6 20 61 – 70 6 20 71 – 80 4 13 81 – 90 1 3 2 Jenis Kelamin Laki-laki 13 57 Perempuan 17 43 3 Pendidikan Tidak Sekolah 8 27 Sekolah Dasar 7 23 SMPTsanawiyah 3 10 SMASMKAliyah 12 40 4 Status Pernikahan Belum Menikah 7 23 Menikah 23 77 5 Jumlah Tanggungan 5 17 1-3 15 50 4-6 7 23 7-9 1 3 ≥10 2 7 6 Status Kepemilikan Lahan Milik Sendiri 30 100 Sewa 7 Pengalaman Berusahatani 01 – 20 12 40 21 – 40 9 30 41 – 60 7 23 61 – 80 2 7 Jumlah 30 100 Tingkatan usia petani padi Desa Cikarawang, usia responden cukup bervariasi dengan persentase terbesar berada pada selang usia 41 – 50 tahun yaitu 27 persen, sedangkan persentase terendah berada padaselang usia 81-90 tahun dengan nilai persentase 3 persen. Hal ini dikarenakan beberapa warga Desa Ciakrawang menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian pokok. Mata pencaharian ini sudah menjadi kegiatan turun temurun dari orangtua tua responden. Selain itu Desa Cikarawang juga memiliki lahan pertanian yang masih luas, sehingga beberapa masyarakat desa yang ketika memasuki masa dewasa lebih memilih bekerja sebagai seorang petani Responden petani di Desa Cikarawang cukup merata yaitu petani yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 57 persen dan petani yang berjenis laki- laki sebanyak 43 persen. Aspek usia mempengaruhi responden pada kondisi fisik petani. Usia petani yang masih muda memiliki kondisi fisik yang sangat baik untuk menjalankan usahatani. Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari usia 30 tahun hingga 90 tahun. Usia responden sebagian besar pada kisaran 41-60 tahun sebanyak 47 persen yang merupakan usia tidak-produktif. Penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan lahan juga bisa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Responden pada penelitian ini sebagian besar telah menganyam pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Akhir SMA,namun masih ada beberapa masyarakat yang tidak memiliki pendidikan formal. Pendidikan petani yang semakin tinggi maka akan berpengaruh dengan hasil pertanian. Pendidikan ini berpengaruh dariinformasi-informasi seputar pertanian yang di dapat dan penggunaan teknologi pertanian yang terbaru. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu karakteristik responden yang ditentukan dari jumlah anggota yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama dalam satu rumah. Berdasarkan data hasil penelitian, responden memiliki jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-15 orang, Responden memiliki jumlah tanggungan 1-3 orang sebanyak 50 persen responden dan sisanya sebanyak tiga persen responden memiliki tanggungan keluarga lebih dari 10 yaitu sebanyak tiga persen. Berdasarkan survei dan wawancara terhadap responden sebanyak 100 persen, dimana lahan yang mereka miliki merupakan milik sendiri. Kepemilikan lahan ini berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan untuk lahan pertanian dalam jangka panjang. Dalam hal ini petani tidak mengeluarkan biaya sewa lahan, karena lahan yang dimiliki merupakan milik sendiri. Lahan pertanian di desa Cikarawang merupakan warisan yang turun temurun yang diberikan ke anaknya. Masyarakat Desa Cikarawang umumnya menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian pokok atau utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Status pekerjaan petani padi di Desa Cikarawang cukup merata. Tabel 7 menyajikan sebaran petani responden berdasarkan status pekerjaan petani padi. Sebanyak 57 persen bermata pencaharian pokok sebagai petani dan sisanya sebesar 43 persen memilih usahatani sebagai mata pencaharian sampingan. Status pekerjaan petani padi memperlihatkan sejauh mana waktu dan perhatian petani terhadap pekerjaannya. Jika petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian pokok, maka seluruh waktu dan perhatiannya akan tertuju pada usahatani tersebut. Sebaliknya, jika petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian sampingan, waktu dan perhatian petani tidak akan tercurah maksimal untuk kegiatan pertanian. Hal ini berpengaruh terhadap fokusnya pengawasan petani terhadap segala kegiatan pertanian, sehingga akan berdampak terhadap produksi padi dan pendapatan yang akan diterima petani Pengalaman usahatani petani Desa Cikarawang cukup beragam, dengan pengalaman paling rendah yaitu 1 tahun dan pengalaman paling lama yaitu 80 tahun. Pengalaman usahatani petani Desa Cikarawang sebagian besar berkisar pada 2-20 tahun yaitu sebanyak 40 persen, sedangkan petani dengan pengalaman usahatani 61-80 tahun merupakan selang pengalaman usahatani terendah yaitu sebanyak tujuh persen. Pengalaman usahatani merupakan salah satu indikator keberhasilah pengelolaan lahan pertanian, dimana dengan semakin lama pengalaman seorang petani dalam mengelola lahan pertanian, maka diharapkan produksi padi dari suatu lahan tersebut akan meningkat. Hal ini dikarenakan petani sangat mengerti dalam pengelolaan lahan agar menjadi lebih baik dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

5.5 Karakteristik Responden Pengunjung Situ Gede

Pengunjung yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dengan persentase 50 persen responden berjenis kelamin laki-laki dan 50 persen berjenis kelamin perempuan, dengan proporsi 55 persen dari responden sudah menikah dan 45 persen belum menikah. Lebih jelasnya dapat dilhat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Situ Gede No. Karakteristik Skala Jumlah orang Persentase 1 Jenis Kelamin Perempuan 30 50 Laki-laki 30 50 2 Umur 17-25 28 47 26-34 15 25 35-43 14 23 44-52 3 5 3 Pendidikan Tidak Sekolah 1 2 SD 7 12 SMPTsanawiyah 10 16 SMASMKAliyah 33 55 Perguruan Tinggi 9 15 4 Jenis Kelamin Laki-laki 30 50 Perempuan 30 50 5 Pekerjaan Pegawai NegriSipilBUMN 4 7 Pegawai Swasta 11 18 PengusahaWiraswasta 16 26 Ibu Rumah Tangga 11 18 PelajarMahasiswa 10 17 Buruh 4 7 Lainnya 4 7 6 Tingkat Pendapatan ≤ Rp 500.000 2 3 Rp 500.001 – 1.500.000 14 24 Rp 1.500.001 –2.500.000 24 40 Rp 2.500.001 –. 3.500.000 12 20 Rp 3.500.001 –4.500.000 2 3 ≥ Rp 4.500.001 6 10 7 Status Pernikahan Belum Menikah 27 45 Menikah 33 55 Jumlah 60 100 Berdasarkan hasil survei dilapangan diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 9 bahwa usia responden berkisar antara 17 tahun hingga 52 tahun. Umur responden paling banyak berada di usia 17-25 tahun sebanyak 47 persen, dan pengunjung dengan usia 44-52 tahun sebanyak lima persen. Hal ini dapat melihat bahwa wisata Situ Gede merupakan tempat wisata yang sangat diminati oleh masyarakat kelompok umur remaja. Sebagian besar responden merupakan lulusan SMASMKAliyah yaitu sebanyak 55 persen. dan responden yang tidak sekolah sebanyak 2 persen. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan pengunjung cukup tinggi dan umumnya memiliki pekerjaan yang tetap atau memiliki usaha sendiri wiraswasta dengan penghasilan Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 per bulan. Berdasarakan kategori pekerjaan, responden pengunjung Situ Gede didominasi oleh perngusahawiraswasta sebanyak 27 persen, dan yang paling rendah pegawai negeri sipilBUMN sebanyak 7 persen. Tingkat pendapatan pengunjung situ gede sebanyak 40 persen memiliki tingkat pendapatan kisaran RP 1.500.000 – 2.500.000 per bulan, sebanyak 2 persen pengunjung memiliki pendapatan perbulan kurang atau sama dengan Rp 500.000.Sebagian besar pengunjung Situ Gede merupakan pengunjung lokal yang berada disekitar kawasan dengan jarak tempuh relatif dekat. Keberadaan lokasi wisata ini kurang diketahui pengunjung dari luar daerah, karena kurangnya promosi dan informasi. Hal ini mengakibatkan sedikitnya pengunjung dari luar daerah datang ke lokasi Situ Gede.

5.5.1 Cara Kedatangan Pengunjung Ke Situ Gede

Kedatangan pengunjung ke Situ Gede, sebagian besar dilakukan secara berdua baik bersama teman yaitu sebanyak 42 persen. Sebanyak 28 persen pengunjung yang berkunjung ke Situ Gede datang bersama keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa Situ Gede sebagai tempat wisata banyak diminati pengunjung secara berdua untuk berkumpul bersama teman. Adapun sebaran cara kedatangan pengunjung dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Cara Kedatangan Pengunjung Situ Gede No. Cara Kedatangan Jumlah Persentase 1 Berdua 25 42 2 Keluarga 17 28 3 Rombongan 18 30 Jumlah 60 100

5.5.2 Jenis Kendaraan Pengunjung Ke Situ Gede

Pengunjung yang berkunjung ke Situ Gede dengan beberapa cara. Responden yang bertempat tinggal tidak jauh dari Situ Gede datang berkunjung ke Situ dengan berjalan kaki, sedangkan yang bertempat tinggal jauh datang dengan kendaraan pribadi, sewaan, maupun kendaraan umum. Sebaran Jenis kendaraan yang digunakan responden pengunjung menuju lokasi wisata Situ Gede dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jenis Kendaraan Pengunjung Situ Gede No. Jenis Kendaraan Jumlah Persentase 1 Kendaraan Pribadi 50 83 2 Kendaraan Umum 7 12 3 Kendaraan Sewaan 1 2 4 Lainnya 2 3 Jumlah 60 100 Berdasarkan hal itu dapat dilihat bahwa sebanyak 83 persen pengunjung menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju wisata Situ Gede. Penggunaan jenis kendaraan yang paling sedikit digunakan ke Situ Gede yaitu dengan menggunakan kendaraan sewaan yaitu sebanyak 12 persen. Pengunjung dengan mengendarai kendaraan pribadi mendominasi jenis kendaraan yang digunakan saat berwisata. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengunjung yang melakukan perjalanan ke Situ Gede dengan menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan lebih praktis dan menghemat waktu.

5.5.3 Lama Mengetahui Lokasi Wisata

Lama mengetahui keberadaan wisata memiliki pengaruh yang kecil terhadap keinginan pengunjung untuk berkunjung, karena pengunjung untuk berkunjung dapat dipengaruhi juga oleh faktor pendapatan tinggi dan waktu luang untuk berwisata. Sebaran kelompok mengenai lama mengetahui keberadaan wisata Situ Gede dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Lama Mengetahui Lokasi Wisata No. Lama Mengetahui Wisatatahun Jumlah Persentase 1 4 34 57 2 5-9 11 18 3 10-14 6 10 4 15-19 7 12 5 ≥ 20 2 3 Jumlah 60 100 Sebanyak 57 persen pengunjung telah mengetahui keberadaan wisata Situ Gede selama kurang dari 4 tahun, dan 3 persen telah mengetahui keberadaan wisata Situ Gede selama lebih dari 20 tahun. Dari data tersebut dapat diketahui promosi mengenai wisata Situ Gede yang dilakukan oleh pengelola belum optimal.