Kondisi Demografi Desa Cikarawang

yaitu dari usia 30 tahun hingga 90 tahun. Usia responden sebagian besar pada kisaran 41-60 tahun sebanyak 47 persen yang merupakan usia tidak-produktif. Penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan lahan juga bisa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Responden pada penelitian ini sebagian besar telah menganyam pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Akhir SMA,namun masih ada beberapa masyarakat yang tidak memiliki pendidikan formal. Pendidikan petani yang semakin tinggi maka akan berpengaruh dengan hasil pertanian. Pendidikan ini berpengaruh dariinformasi-informasi seputar pertanian yang di dapat dan penggunaan teknologi pertanian yang terbaru. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu karakteristik responden yang ditentukan dari jumlah anggota yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama dalam satu rumah. Berdasarkan data hasil penelitian, responden memiliki jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-15 orang, Responden memiliki jumlah tanggungan 1-3 orang sebanyak 50 persen responden dan sisanya sebanyak tiga persen responden memiliki tanggungan keluarga lebih dari 10 yaitu sebanyak tiga persen. Berdasarkan survei dan wawancara terhadap responden sebanyak 100 persen, dimana lahan yang mereka miliki merupakan milik sendiri. Kepemilikan lahan ini berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan untuk lahan pertanian dalam jangka panjang. Dalam hal ini petani tidak mengeluarkan biaya sewa lahan, karena lahan yang dimiliki merupakan milik sendiri. Lahan pertanian di desa Cikarawang merupakan warisan yang turun temurun yang diberikan ke anaknya. Masyarakat Desa Cikarawang umumnya menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian pokok atau utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Status pekerjaan petani padi di Desa Cikarawang cukup merata. Tabel 7 menyajikan sebaran petani responden berdasarkan status pekerjaan petani padi. Sebanyak 57 persen bermata pencaharian pokok sebagai petani dan sisanya sebesar 43 persen memilih usahatani sebagai mata pencaharian sampingan. Status pekerjaan petani padi memperlihatkan sejauh mana waktu dan perhatian petani terhadap pekerjaannya. Jika petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian pokok, maka seluruh waktu dan perhatiannya akan tertuju pada usahatani tersebut. Sebaliknya, jika petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian sampingan, waktu dan perhatian petani tidak akan tercurah maksimal untuk kegiatan pertanian. Hal ini berpengaruh terhadap fokusnya pengawasan petani terhadap segala kegiatan pertanian, sehingga akan berdampak terhadap produksi padi dan pendapatan yang akan diterima petani Pengalaman usahatani petani Desa Cikarawang cukup beragam, dengan pengalaman paling rendah yaitu 1 tahun dan pengalaman paling lama yaitu 80 tahun. Pengalaman usahatani petani Desa Cikarawang sebagian besar berkisar pada 2-20 tahun yaitu sebanyak 40 persen, sedangkan petani dengan pengalaman usahatani 61-80 tahun merupakan selang pengalaman usahatani terendah yaitu sebanyak tujuh persen. Pengalaman usahatani merupakan salah satu indikator keberhasilah pengelolaan lahan pertanian, dimana dengan semakin lama pengalaman seorang petani dalam mengelola lahan pertanian, maka diharapkan produksi padi dari suatu lahan tersebut akan meningkat. Hal ini dikarenakan petani sangat mengerti dalam pengelolaan lahan agar menjadi lebih baik dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

5.5 Karakteristik Responden Pengunjung Situ Gede

Pengunjung yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dengan persentase 50 persen responden berjenis kelamin laki-laki dan 50 persen berjenis kelamin perempuan, dengan proporsi 55 persen dari responden sudah menikah dan 45 persen belum menikah. Lebih jelasnya dapat dilhat pada Tabel 6.