Daerah Tangkapan Nelayan Kajian Manfaat Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Bagi Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus Perairan Laut Berau, Kalimantan Timur)

44 Pendugaan nilai ekonomi sumber daya adalah suatu upaya untuk menilai manfaat dan biaya dari ekosistem karang yang ada di KKP Berau. Valuasi ekonomi sumber daya ikan kerapu bertujuan untuk melihat pemanfaatan ikan kerapu yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Gambar kurva permintaan diatas menunjukkan nilai P yang menyatakan harga rata-rata harian ikan kerapu, sedangkan Q menyatakan jumlah tangkapan rata-rata harian dari ikan kerapu yang terdapat di Kabupaten Berau Lampiran 20. Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan perangkat lunak, rata-rata harga ikan kerapu per kg Rp. 241.472,8014 dengan rata-rata harga yang dibayarkan sebesar Rp. 986.826,8975 per nelayan untuk hasil tangkapan rata-rata yang diperoleh dan dugaan nilai surplus konsumen sebesar Rp. 4.150.000.

4.4 Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

4.3.1 Kegiatan Perikanan dan Pengelolaan Kawasan

Kegiatan perikanan di zonasi pencadangan kawasan konservasi perairan Kabupaten Berau ini dilakukan secara tradisional berdasarkan pengalaman nelayan, baik dari penggunaan alat tangkap ataupun penentuan lokasi atau daerah tangkapan. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya terhadap wilayah sebaran tangkapan nelayan, maka dapat dihubungkan seperti pada Gambar 19. Gambar 19. Tumpang Tindih Kegiatan Perikanan dan Pengelolaan KKP Gambar diatas menunjukkan adanya tumpang tindih pemanfaatan wilayah yaitu sebagai daerah tangkapan nelayan dan zona pencadangan kawasan konservasi. Atas dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa mekanisme pelaksanaan 45 pengelolaan terhadap kawasan konservasi ini belum dilaksanakan dengan baik. hal ini dapat disebabkan oleh beragam macam faktor dalam pengelolaan. 4.3.2 Strategi Keberhasilan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pengelolaan sumber daya pesisir dan laut harus dilakukkan secara terintegrasi dan berkelanjutan dengan memperhatikan faktor ekologi dan ekonomi. Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau salah satunya bertujuan untuk melindungi sumber daya yang ada di ekosistem terumbu karang. Analisis prospektif digunakan dalam mengkaji kemungkinan yang terjadi di masa depan. Analisis ini menghubungkan antara persiapan dan tindakan yang sesuai untuk melihat perubahan yang lebih baik bagi masa mendatang. Analisis prospektif dilakukan dengan menetapkan parameter atau faktor kunci dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan tersebut. Dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau terdapat 14 faktor penting yang dianalisis. Faktor tersebut terdiri dari faktor ekologi, faktor sosial-budaya, faktor ekonomi, faktor infrastruktur dan faktor hukum dan kelembagaan. Indikator setiap faktor penting tersebut dianalisis untuk mengetahui faktor kunci keberhasilan dalam pengelolaan KKP. Indikator setiap faktor tersebut bisa dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Indikator dari Faktor Penting dalam Pengelolaan Faktor Penting Indikator Ekologi a lokasi konservasi, b keanekaragaman karang, c data perikanan, dan d kelimpahan ikan. Sosial-budaya a kualitas SDM, b sosialisasi kebijakan KKP, c kesadaran masyarakat. Ekonomi a penghasilan nelayan, b harga komoditas perikanan, c produksi perikanan. Infrastruktur a minimnya sarana dan prasarana. Hukum dan kelembagaan a pengawasan dan penerapan sanksi, b kerjasama antar stakeholder, dan c peraturan pemerintah. Hasil analisis prospektif terhadap 14 faktor tersebut terbagi dalam 4 kuadran yang masing-masing memiliki tingkat kepentingan serta tingkat ketergantungan yang berbeda. Faktor yang paling mempengaruhi atau menjadi kunci keberhasilan yaitu faktor-faktor yang memiliki tingkat kepentingan dan tingkat ketergantungan yang tinggi yang disajikan pada kuadran 2. Hasil analisis tersebut dapat dilihat dalam Gambar 20. 46 --------- Tidak ada sosialisasi peraturan sosialisasi Minimnya sosialisasi kebijakan Minimnya sarana prasarana Konflik kepentingan Permodalan rendah Pendaratan ikan masih tradisional Sosialisasi Kebijakan KKP Kerjasama antar stakeholder Harga Komoditas Perikanan Lokasi Konservasi Pengawasan dan Penerapan Sanksi Kualitas SDM Produksi Perikanan - 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 Ketergantungan P e n g a ru h Gambar 20. Tingkat Kepentingan Berbagai Faktor dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Bagi Perikanan Kuadran pertama merupakan parameter atau faktor yang memiliki pengaruh tinggi dengan ketergantungan yang rendah terhadap faktor lainnya. Kuadran kedua merupakan parameter yang memiliki pengaruh serta ketergantungan yang tinggi dalam hubungannya dengan faktor lainnya, kuadran ini terdiri dari kualitas SDM, produksi perikanan, lokasi konservasi, pengawasan dan penerapan sanksi, serta harga komoditas perikanan. Kuadran tiga merupakan faktor yang memiliki pengaruh rendah namun ketergantungan tinggi dalam interaksinya dengan faktor lainnya. Faktor yang berada di kuadran 3 diantaranya penghasilan nelayan, kelimpahan ikan, minimnya sarana prasarana, kesadaran masyarakat dan kerjasama antar stakeholder. Kuadran empat merupakan parameter yang memiliki pengaruh serta ketergantungan yang rendah. Anggota dari kuadran 4 yaitu sosialisasi kebijakan KKP, data perikanan, peraturan pemerintah dan keanekaragaman karang. Berdasarkan pendugaan pengaruh langsung dari 14 faktor kunci, maka yang memiliki dampak yang penting bagi pengelolaan kawasan konservasi perairan ini terdapat di kuadran 2. Penjelasan mengenai pengaruh langsung antar faktor yang terjadi yaitu : a. Kualitas SDM dimana tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat dalam memahami program konservasi menjadi modal awal yang penting bagi keberhasilan pengelolaan. b. Produksi perikanan penting dalam pengelolaan karena peningkatan produksi perikanan daerah dapat berpengaruh terhadap penghasilan nelayan sehingga menjadi motivasi bagi nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan terutama ikan karang. c. Lokasi konservasi menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan pengelolaan, karena terkait dengan pengawasan dan wilayah penangkapan ikan.