Sumber Daya Terumbu Karang
41
y = 298,57x - 24670 R
2
= 0,9002 100.000,0000
110.000,0000 120.000,0000
130.000,0000 140.000,0000
150.000,0000 160.000,0000
170.000,0000 180.000,0000
190.000,0000
450,0000 500,0000
550,0000 600,0000
650,0000 700,0000
750,0000
CPUE Harian grbubu
R P
U E H
ar ian
R p
gr b
u b
u
y = -798,85x + 205972 R
2
= 0,6565
50000 70000
90000 110000
130000 150000
170000 190000
210000
30 40
50 60
70 80
90 100
110
Perangkap Bubu R
PU E
R p
b u
b u
h r
Berdasarkan gambar 15 tersebut, dapat disimpulkan bahwa selama waktu penelitian terjadi penurunan terhadap kemampuan bubu dalam menghasilkan
tangkapan kerapu. Pada selang kepercayaan 95 dapat dijelaskan sebesar 77,35 bahwa peningkatan jumlah bubu harian yang digunakan untuk
menangkap ikan kerapu mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan harian per bubu, hal tersebut terjadi karena ikan kerapu menyebar pada bubu yang tersedia.
Dengan mengetahui kemampuan alat tangkap bubu dalam menghasilkan ikan kerapu dan harga ikan kerapu di Kabupaten Berau setiap hari selama penelitian,
maka dapat diduga nilai revenue per unit of effort RPUE yang berguna dalam menduga pendapatan atau keuntungan yang dapat diperoleh. Manfaat ini dapat
dilihat dari nilai pasar terhadap sumber daya ikan atau jumlah produksi. Nilai pendapatan per satuan upaya revenue per unit of effort per hari yang diperoleh
nelayan selama penelitian yang dilakukan di Kabupaten Berau dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Tren Penurunan RPUE Harian Analisis nilai per satuan upaya RPUE dapat digunakan untuk melihat
dinamika peramalan keuntungan bagi nelayan. Berdasarkan hasil analisis regresi linear, dapat dijelaskan bahwa peningkatan jumlah bubu mengakibatkan nilai
pendapatan harian yang diperoleh nelayan kerapu menurun. Hal ini dibuktikan oleh hubungan yang dihasilkan yaitu sebesar 65,66 Lampiran 17. Penurunan
pendapatan yang diperoleh nelayan dapat terjadi akibat adanya tambahan biaya produksi untuk pemasangan setiap bubu dalam menangkap kerapu. Untuk
melihat lebih jelas mengenai hubungan antara tangkapan kerapu per bubu dengan pendapatan yang diperoleh per gram kerapu per bubu Rpgr bubu dapat dilihat
pada Gambar 16.
Gambar 16. Hubungan CPUE Harian dan RPUE Harian
42
300 350
400 450
500 550
600 650
700
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13
14 15
Hari ke- C
PU E
g r
o r
a n
g t
r ip
50000 70000
90000 110000
130000 150000
170000 190000
210000
R PU
E R
p g
r o
r a
n g
CPUE Harian RPUE Harian
Grafik tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara CPUE dengan RPUE memiliki keeratan yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh besarnya koefisien
determinasi yang diperoleh yaitu 90 , dengan demikian kita percaya bahwa besarnya nilai CPUE dapat mempengaruhi nilai RPUE. Perbandingan antara hasil
tangkapan ikan kerapu per bubu per hari dengan nilai harga ikan kerapu per bubu per hari yang terjadi di Kabupaten Berau mengalami dinamika seperti yang
disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17. Dinamika Nilai CPUE dan RPUE Harian Selain analisis RPUE, dilakukan juga analisis permintaan. Pendugaan fungsi
permintaan untuk menilai manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang dalam menghasilkan ikan kerapu dapat didekati dengan nilai surplus konsumen. Analisis
permintaan dilakukan untuk menduga nilai surplus konsumen yang diperoleh nelayan dari kegiatan penangkapan ikan. Pendugaan surplus konsumen ini dilihat
dari hubungan hasil tangkapan ikan kerapu di Kabupaten Berau yang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu, pengalaman nelayan, jumlah tanggungan, pendidikandan
pendapatan harian nelayan Lampiran 18. Hasil analisis hubungan hasil tangkapan dengan faktor-faktor tersebut yang dianalisis dengan metode regresi
berganda disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Koefisien Regresi Manfaat Sumber Daya Ikan Kerapu di Kabupaten
Berau
Koefisien Standard Error
T Stat P-value
Lower 95
Upper 95
Intersep 0,0001
0,3589 0,0003
0,9998 -0,7093 0,7096
Pengalaman 0,0904
0,0302 2,9900
0,0033 0,0306
0,1502 Jumlah Tanggungan
0,0248 0,0092
2,7083 0,0076
0,0067 0,0420
Pendapatan 0,9202
0,0250 36,8814
0,0000 0,8709
0,9696 Pendidikan
0,1232 0,0332
3,7094 0,0003
0,5758 0,1880
Nilai manfaat dan surplus konsumen untuk total pemanfaatan langsung ikan kerapu dapat diidentifikasi berdasarkan hasil olahan data primer harian yang
diperoleh dari wawancara dan pengisian kuesioner oleh nelayan Lampiran 19. Surplus konsumen merupakan selisih antara harga yang dibayarkan untuk
mendapat barang atau jasa willingness to pay dari rata-rata jumlah sumber daya ikan kerapu dikali dengan harga per unit sumber daya yang dikonsumsi. Hasil
43 penghitungan manfaat karang dalam menghasilkan ikan kerapu di Kabupaten
Berau dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pendugaan Nilai Manfaat dan Surplus Konsumen Ekosistem Karang terhadap Nelayan Kerapu
Q Permintaan Ikan – kghari
Utilitas Rp Surplus Konsumen Rp
Q = 4,0867 U = Float ¥
CS = Float ¥
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai manfaat pemanfaatan ikan kerapu oleh nelayan di Kabupaten Berau bersifat datar float, nilai manfaat atau total
harga yang dibayarkan WTP dari pemanfaatan potensi ikan kerapu di Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau bersifat datar karena ikan kerapu
merupakan komoditas ekspor yang memiliki kisaran harga yang tetap yaitu ± Rp. 300.000,00 per kg, sehingga nilai surplus konsumen terhadap pemanfaatan ikan
kerapu juga bersifat datar. Hasil analisis diperoleh harga rata-rata harian ikan kerapu hasil penelitian sebesar Rp. 222.600,00 per kilogram dengan nilai total
yang dibayarkan Rp. 909.600,00 per rata-rata hasil tangkapan per hari. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Nilai Manfaat Ikan Kerapu
Rata-rata Harga Q Permintaan Ikan-kghr
WTP Rp. 222 600,00
4,0867 Rp. 909 600,00
Hasil analisis nilai manfaat yang diperoleh digunakan untuk menganalisis permintaan konsumen terhadap sumber daya ikan kerapu sebagai produk dari
ekosistem terumbu karang. Kurva permintaan berdasarkan nilai manfaat utilitas konsumen disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18. Kurva Permintaan Konsumen Terhadap Ikan Kerapu P
Q