Kegiatan Perikanan terhadap Perekonomian Masyarakat

47 d. Pengawasan dan penerapan sanksi merupakan faktor utama yang memengaruhi keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan Kabupaten Berau karena luasnya wilayah pengelolaan dan keterbatasan pengawasan di tiap wilayah. e. Harga komoditas perikanan berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan karena tingginya harga ikan karang diataranya ikan kerapu menyebabkan nelayan mengeksploitasi ikan karang secara besar-besaran, namun untuk ikan kerapu permintaan pasar yang tinggi terjadi untuk ikan dengan ukuran yang telah cukup besar 600 gram dimana hal ini dalam rangka mendukung program konservasi. Dari hasil analisis dapat dirumuskan skenario pengelolaan dengan mengembangkan lima faktor kunci tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Skenario Lima Faktor Terpilih dalam Kegiatan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Berau Faktor Kondisi 1A 1B Kualitas SDM Meningkat, pendidikan tinggi Tetap, pendidikan kondisi saat ini 2A 2B 2C Produksi Perikanan Meningkat, hasil tangkapan naik Tetap, hasil tangkapan tetap Menurun, hasil tangkapan menurun 3A 3B 3C Lokasi Konservasi Meningkat, luas bertambah Tetap, luas saat ini Menurun, luas berkurang 4A 4B Pengawasan dan Penerapan Sanksi Meningkat, pengawasan tinggi Rendah atau tidak ada pengawasan 5A 5B 5C Harga Komoditas Perikanan Meningkat, harga tinggi Tetap, harga tetap saat ini Menurun, harga rendah Hasil pendugaan oleh narasumber antar berbagai faktor dimasa depan menghasilkan kombinasi yang dijadikan skenario bagi pengelolaan kawasan konservasi perairan Kabupaten Berau. Skenario tersebut yaitu : 1 Skenario sangat optimis, 2 Optimis, 3 Moderat, dan 4 Pesimis. Prospektif skenario pengelolaan kawasan konservasi perairan dimasa datang disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Prospektif Skenario Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan No Skenario Faktor Persentase 1 Sangat Optimis 1A,2A,3A,4A,5A 25,3333 2 Optimis 1A,2A,3A,4A,5B 23,3333 3 Moderat 1B,2B,3B,4A,5A 31,3333 4 Pesimis 1B,2B,3C,4B,5B 20 100 1. Skenario pesimis terbangun dimana kondisi kawasan konservasi perairan berdasarkan faktor kunci mengalami perubahan ke arah negatif yaitu : a 48 kualitas sumber daya manusia yang tetap seperti saat ini pendidikan baik formal maupun non formal tidak ditingkatkan, b produksi perikanan tetap artinya tidak ada upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan terhadap sumberdaya ikan karang atau kerapu, c luas kawasan konservasi menurun seiring penambahan luas wilayah bagi peruntukkan lain, d pengawasan dan penerapan sanksi yang rendah sehingga menimbulkan tingginya perusakan kawasan akibat penangkapan tidak ramah lingkungan serta dominansi nelayan luar yang menangkap di kawasan konservasi perairan Kabupaten Berau, dan e harga komoditas perikanan yang tetap dari waktu ke waktu tidak seimbang dengan peningkatan modal atau upaya dalam melakukan kegiatan penangkapan dan pengelolaan. 2. Moderat terbangun dimana kawasan konservasi perairan mengalami perubahan faktor-faktor kunci yang lambat dan kecil sehingga berdampak kecil terhadap pengelolaan, a kualitas sumber daya manusia yang tetap atau tidak ditingkatkan dari segi pendidikan formal atau non formal, b tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produksi perikanan dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi, c luas konservasi tidak ditingkatkan dengan asumsi kondisi saat ini sudah mencukupi bagi pengelolaan kawasan yang baik, d pengawasan dan penerapan sanksi ditingkatkan untuk mencegah turunnya fungsi dan kualitas berbagai faktor kunci, e harga komoditas perikanan meningkat seiring permintaan konsumen terhadap sumber daya ikan yang dihasilkan. 3. Kondisi optimis terbangun dimana semua faktor kunci ditingkatkan walaupun dengan asumsi kondisi harga komoditas tetap. Harga dapat dipengaruhi oleh produksi perikanan yang dihasilkan sehingga nelayan diharapkan dapat terus meningkatkan hasil tangkapannya untuk meningkatkan produksi perikanan. 4. Sangat optimis terbangun dimana kondisi faktor kunci yang penting dan berpengaruh tinggi terhadap pengelolaan terus ditingkatkan untuk memaksimalkan kegiatan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Hal ini diperlukan kerjasama dengan komitmen tinggi dan konsisten antar pemangku kepentingan sehingga dapat terlaksana.

4.4 Pembahasan

Penelitian mengenai kajian manfaat pengelolaan kawasan konservasi perairan KKP Kabupaten Berau bertujuan untuk melihat keberhasilan penetapan suatu kawasan perairan menjadi kawasan konservasi serta manfaat yang dapat diberikan oleh kawasan tersebut bagi kegiatan perikanan yang berkelanjutan. Dasar penetapan yang digunakan adalah berdasarkan Peraturan Bupati pada tahun 2005 yang menetapkan kawasan perairan laut Berau menjadi Kawasan Konservasi Laut Daerah. Sejak ditetapkannya laut Berau menjadi kawasan konservasi, kegiatan perikanan yang terjadi di sekitar wilayah konservasi yang dilindungi menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyarakat nelayan. Kegiatan perikanan 49 yang berdampak langsung diantaranya yaitu kegiatan penangkapan ikan. Dalam suatu kawasan konservasi diharapkan ekosistem yang dilindungi pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Salah satu ekosistem yang dilindungi di kawasan konservasi perairan Berau yaitu ekosistem terumbu karang yang merupakan habitat dari berbagai jenis biota laut misalnya ikan karang. Kawasan konservasi perairan di Kabupaten Berau sebagian besar merupakan daerah ekosistem terumbu karang. Ikan karang yang menjadi target utama penangkapan diantaranya ikan kerapu. Masyarakat nelayan di kawasan konservasi perairan Berau melakukan kegiatan penangkapan ikan sesuai dengan ikan target dan kondisi habitatnya seperti pada operasi penangkapan ikan kerapu. Nelayan ikan kerapu menggunakan alat tangkap bubu dalam melakukan kegiatan penangkapan. Namun, faktanya masih banyak nelayan yang melakukan penangkapan dengan cara yang tidak ramah lingkungan yaitu menggunakan bom dan potassium sehingga menyebabkan rusaknya lingkungan dan habitat ekosistem terumbu karang. Berdasarkan peraturan Bupati tahun 2005, pembagian zonasi kawasan konservasi perairan belum dijelaskan secara rinci sehingga nelayan tidak melakukan penangkapan di wilayah yang sesuai peruntukkannya. Tingginya kegiatan penangkapan yang tidak ramah lingkungan sepanjang tahun 2003-2011 menyebabkan kondisi karang mengalami kerusakan. Hal tersebut ditunjukkan oleh besarnya tingkat penurunan persentase luas tutupan karang dari sekitar 61 menjadi 25. Ketidakberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan Berau ini akibat belum adanya peraturan pemerintah yang lebih tinggi dalam mengatur kegiatan pengelolaan ini. Masyarakat belum memahami tujuan konservasi dan siapa yang bertanggung jawab dalam keberhasilan program konservasi ini. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan nelayan, tingginya jumlah nelayan pendatang juga menjadi indikasi ketidakberhasilan pengelolaan, karena rata-rata nelayan pendatang tidak melaporkan hasil tangkapan ikannya di Berau melainkan di daerah asal mereka. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas tutupan karang berkorelasi positif terhadap kelimpahan ikan karang. Penetapan kawasan konservasi yang bertujuan untuk melindungi ekosistem terumbu karang diharapkan akan memberikan pengaruh positif yaitu menyediakan stok ikan yang cukup dalam menopang kebutuhan masyarakat akan sumber daya ikan yang selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat nelayan secara berkelanjutan. Manfaat yang dirasakan oleh nelayan dan masyarakat di Kabupaten Berau belum maksimal seperti jumlah ikan yang cenderung tetap dari tahun ke tahun. Hal tersebut karena tidak ada batasan nelayan yang boleh melakukan penangkapan serta kurangnya pengawasan terhadap kegiatan perikanan. Selain itu, belum adanya kegiatan pengelolaan yang terpadu yang melibatkan seluruh sektor yang memberikan pengaruh terhadap ekosistem perairan seperti kegiatan pertambangan dan perkebunan kelapa sawit yang membuang limbah ke kawasan perairan laut Berau. Analisis prospektif juga menunjukkan faktor yang menjadi kunci keberhasilan pengelolaan yaitu kualitas SDM, produksi perikanan, lokasi konservasi, pengawasan dan penerapan sanksi, serta harga komoditas perikanan. Lima faktor tersebut menjadi penting karena pembagian zonasi yang masih belum ditetapkan dengan jelas, produksi perikanan yang harus meningkat setiap tahun 50 sehingga nelayan mengeksploitasi maksimal, tidak adanya pengawasan dan penerapan sanksi yang tegas sehingga banyak nelayan pendatang baik nelayan domestik maupun asing yang menangkap secara tidak bertanggung jawab serta harga komoditas ikan karang yang mayoritas ikan untuk ekspor sehingga ikan karang banyak dijadikan target penangkapan. Rekomendasi bagi pengelolaan kawasan konservasi perairan Berau yaitu lima faktor yang menjadi kunci keberhasilan harus diperbaiki serta ditingkatkan, sektor stakeholder lain harus mendukung dengan cara meminimalisir hal-hal yang memberikan dampak negatif bagi ekosistem dan penetapan kawasan konservasi perairan Berau disosialisasikan dengan lebih baik, serta pendampingan dalam kegiatan pengelolaan oleh pemerintah. 51 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan analisis data serta pembahasan yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi ekosistem terumbu karang selama kurun waktu 8 tahun 2003- 2011 terakhir mengalami penurunan sebesar 36 atau setara dengan 4,5 per tahun kondisi ekosistem terumbu karang mengalami kerusakan. 2. Tren penangkapan ikan kerapu selama penelitian mengalami penurunan setiap harinya karena lokasi penangkapan yang tidak berubah rata-rata 2 ekor. Selain itu, pada umumnya nelayan menangkap di sekitar wilayah yang dicadangkan sebagai wilayah konservasi. 3. Aktivitas penangkapan ikan kerapu oleh nelayan di Kabupaten Berau sudah terspesifikasi dengan baik yaitu menggunakan alat tangkap bubu perangkap yang diperuntukkkan bagi daerah karang, namun masih terdapat nelayan yang tidak bertanggung jawab yang melakukan kegiatan penangkapan dengan bom dan potassium. 4. Analisis menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang sangat memberikan pengaruh terhadap kelimpahan ikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya jumlah ikan yang terdapat di karang dengan persen tutupan karang hidup yang besar. Selain itu, dari analisis yang sama dapat disimpulkan bahwa jika KKP Berau dikelola dengan baik dan persentase tutupan karang hidup dapat ditingkatkan, maka jumlah individu ikan yang akan naik sebesar 5 individu per persen tutupan karang hidup. 5. Penurunan kelimpahan ikan di alam mengakibatkan turunnya kemampuan alat tangkap dalam menghasilkan tangkapan ikan kerapu, sehingga nilai pendapatan yang diperoleh nelayan dari kerapu juga menurun menjadi Rp. 241.472,8014 per kg. 6. Manfaat KKP Berau bagi perikanan belum dapat dirasakan secara nyata karena peraturan mengenai KKP Berau belum ditetapkan secara legal, belum adanya sistem zonasi, dan belum dilaksanakannya kegiatan pengelolaan terhadap KKP Berau, sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi terhadap pengelolaan KKP Berau pun belum bisa diselesaikan. 7. Kunci keberhasilan dalam kegiatan pengelolaan KKP Kabupaten Berau yaitu dengan meningkatkan kualitas dari lima faktor yang menjadi kunci keberhasilan yaitu kualitas SDM, produksi perikanan, harga komoditas perikanan, lokasi konservasi, serta pengawasan dan penerapan sanksi. Berdasarkan analisis prospektif, maka skenario yang paling memungkinkan untuk pengelolaan KKP Berau saat ini yaitu skenario moderat.