8
2.1 Kawasan Konservasi Perairan KKP
2.2.1 Pengertian Kawasan Konservasi Perairan
Menurut IUCN 1994 in Kelleher 1999 pengertian kawasan konservasi perairan yaitu perairan pasang surut dan wilayah perairan di sekitarnya termasuk
flora, fauna, serta penampakkan sejarah dan budaya yang dilindungi oleh hukum atau cara lain yang efektif untuk melindungi sebagian atau seluruh lingkungan
yang ada di sekitarnya. Menurut FAO 2011, terdapat beberapa perbedaan KKP di beberapa negara. Filipina menjelaskan bahwa kawasan konservasi merupakan
daerah laut yang spesifik yang dilindungi hukum dan cara efektif lainnya serta pelaksanannya dipandu dengan aturan spesifik atau panduan untuk mengelola
aktivitas dan melindungi sebagian dari seluruh wilayah pesisir dan lingkungan laut. Brazil mengategorikan KKP kedalam dua daerah yaitu daerah tanpa
penangkapan inti no-take zone dan daerah untuk pemanfaatan berkelanjutan, sedangkan di Senegal, KKP merupakan kawasan perlindungan dengan dasar
keilmuan untuk generasi sekarang dan akan datang, dari sumber daya alami dan budaya serta ekosistem yang menunjukkan lingkungan laut.
Dalam pengelolaannya, Salm et.al. 2000 menjelaskan enam kategori manajemen kawasan konservasi yang dapat dikembangkan yaitu :
1. Kategori I adalah Kawasan Suaka Alam untuk pengelolaan kehidupan liar kategori 1 b, sedangkan Cagar Alam untuk kepentingan ilmu
pengetahuan kategori 1 a. 2. Kategori II : Taman Nasional yaitu kawasan lindung yang diperuntukkan
bagi perlindungan ekosistem dan rekreasi. 3. Kategori III : Monumen Alam untuk melindungi daerah yang memiliki
keadaan alam khusus. 4. Kategori IV : Pengelolaan Daerah Habitat Suatu Jenis tertentu dikelola
untuk perlindungan ekosistem atau rekreasi. 5. Kategori V : Perlindungan Landsekap Darat dan Perairan dengan
pengelolaan daerah perlindungan terutama untuk kegiatan konservasi maupun wisata.
6. Kategori VI : Pengelolaan Daerah Sumber daya yang dilindungi untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Dari enam kategori manajemen kawasan konservasi tersebut, Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 menjelaskan bahwa kawasan konservasi perairan
KKP adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara
berkelanjutan. KKP terdiri atas Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, Suaka Alam Perairan, dan Suaka Perikanan.
Berdasarkan Permen KKP No 2 2009 in Soedharma 2011 dalam ketentuan umum menyatakan bahwa:
1. Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya
ikan dan lingkungan secara berkelanjutan.
9 2. Taman Nasional Perairan adalah kawasan konservasi perairan yang
mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan kegiatan yang menunjang perikanan yang
berkelanjutan, wisata perairan dan rekreasi.
3. Suaka alam Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan
ekosistemnya. 4. Taman Wisata Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan tujuan
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. 5. Suaka perikanan adalah kawasan perairan tertentu baik air tawar, payau,
maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu sebagai daerah perlindungan.
2.2.2 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Salah satu alat pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang dinilai efektif adalah
dengan mengembangkan
kawasan konservasi
perairan yaitu
mengalokasikan sebagian wilayah pesisir dan laut sebagai tempat perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan
baik. Dengan mengalokasikan sebagian wilayah pesisir dan laut yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, ekosistem terumbu karang yang sehat, dan
menyediakan tempat perlindungan bagi sumber daya ikan, maka pada akhirnya akan mendukung kegiatan perikanan dan pariwisata berkelanjutan.
Claudet et al. 2006 mengGambarkan manfaat KKP dengan sangat jelas, yaitu perbedaan kelimpahan ikan karang dan jenisnya pada suatu kawasan
sebelum ditetapkannya daerah tersebut sebagai KKP dan setelah ditetapkan sebagai KKP. Pembentukan KKP memberikan dampak positif setelah tiga tahun
berjalan yaitu kelimpahan ikan meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelum penetapan KKP, jenis biodiversity ikan-ikan karang meningkat dan ukuran ikan
juga menjadi beragam.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Syms dan Jones 2001 yang menjelaskan bahwa terumbu karang sebagai habitat dari berbagai ikan karang
memiliki korelasi positif terhadap kelimpahan ikan karang. Jika terjadi gangguan terhadap habitat ekosistem terumbu karang maka populasi ikan akan bergerak
untuk berpindah ke lokasi yang lebih nyaman. Selain manfaat terhadap ekosistem, KKP juga bermanfaat terhadap kegiatan ekowisata. Kegiatan
ekowisata yang biasa dilakukan di kawasan terumbu karang yaitu menyelam. Gao dan Hailu 2011 mengemukakan bahwa kondisi ekosistem karang yang baik akan
meningkatkan kekayaan ikan yang selanjutnya akan meningkatkan kegiatan wisata sport fishing. Manfaat kawasan konservasi terhadap perikanan ini
selanjutnya akan memberikan dampak terhadap ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
10
2.2.3 Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Penilaian Evaluasi Efektifitas Pengelolaan PEEP dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan perubahan yang terjadi dengan adanya pengelolaan di
kawasan konservasi perairan. Kegiatan evaluasi terhadap efektifitas pengelolaan dapat ditinjau dari aspek biofisik, sosial-ekonomi dan kelembagaannya. Pelletier
et al.
2005 menjelaskan bahwa kinerja keberhasilan suatu kawasan konservasi laut dapat diukur dari 3 aspek penting yaitu ekologi, ekonomi dan sosial.
Beberapa variabel ekologi yang dapat diukur diantaranya : a kekayaan spesies dan indeks keanekaragaman, b kelimpahan invertebrata, c penutupan karang,
d distribusi spasial spesies, e komposisi spesies dan kepadatan relatif. Variabel ekonomi yang dapat diukur antara lain : a biaya pengelolaan, b jumlah
kunjungan dan pengeluaran kasar secara langsung terkait dengan kawasan konservasi, c perubahan dalam upaya penangkapan ikan. Kemudian, untuk
variabel sosial yang dapat diukur diantaranya : a persepsi masyarakat, b frekuensi pertemuan antara masyarakat dan pengelola kawasan konservasi laut.
Menurut Hockings et. al. 2000 dan Hockings et. al. 2006, dalam melakukan evaluasi efektifitas pengelolaan KKP diperlukan evaluasi terhadap
enam elemen yang merupakan refleksi dari setiap tahapan dalam proses pengelolaan yang baik. Keenam elemen tersebut adalah:
• Identifikasi status dari kondisi kawasan konservasi pada saat ini context latar belakang;
• Identifikasi terhadap tujuan dan perencanaan kawasan planning perencanaan;
• Identifikasi terhadap kebutuhan sumber daya dalam pengelolaan input kebutuhan;
• Identifikasi terhadap pelaksanaan program pengelolaan prosespelaksanaan; • Identifikasi terhadap hasil pelaksanaan program pengelolaan, produk dan
layanan outputkeluaran; dan • Identifikasi terhadap pencapaian pengelolaan outcomehasil.
Alur siklus evaluasi efektifitas dalam sebuah kawasan konservasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Siklus Evaluasi Efektifitas Sumber : Hockings et al. 2000 dan Hockings et al. 2006