Tujuan Penelitian Kajian Manfaat Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Bagi Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus Perairan Laut Berau, Kalimantan Timur)

10

2.2.3 Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Penilaian Evaluasi Efektifitas Pengelolaan PEEP dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan perubahan yang terjadi dengan adanya pengelolaan di kawasan konservasi perairan. Kegiatan evaluasi terhadap efektifitas pengelolaan dapat ditinjau dari aspek biofisik, sosial-ekonomi dan kelembagaannya. Pelletier et al. 2005 menjelaskan bahwa kinerja keberhasilan suatu kawasan konservasi laut dapat diukur dari 3 aspek penting yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Beberapa variabel ekologi yang dapat diukur diantaranya : a kekayaan spesies dan indeks keanekaragaman, b kelimpahan invertebrata, c penutupan karang, d distribusi spasial spesies, e komposisi spesies dan kepadatan relatif. Variabel ekonomi yang dapat diukur antara lain : a biaya pengelolaan, b jumlah kunjungan dan pengeluaran kasar secara langsung terkait dengan kawasan konservasi, c perubahan dalam upaya penangkapan ikan. Kemudian, untuk variabel sosial yang dapat diukur diantaranya : a persepsi masyarakat, b frekuensi pertemuan antara masyarakat dan pengelola kawasan konservasi laut. Menurut Hockings et. al. 2000 dan Hockings et. al. 2006, dalam melakukan evaluasi efektifitas pengelolaan KKP diperlukan evaluasi terhadap enam elemen yang merupakan refleksi dari setiap tahapan dalam proses pengelolaan yang baik. Keenam elemen tersebut adalah: • Identifikasi status dari kondisi kawasan konservasi pada saat ini context latar belakang; • Identifikasi terhadap tujuan dan perencanaan kawasan planning perencanaan; • Identifikasi terhadap kebutuhan sumber daya dalam pengelolaan input kebutuhan; • Identifikasi terhadap pelaksanaan program pengelolaan prosespelaksanaan; • Identifikasi terhadap hasil pelaksanaan program pengelolaan, produk dan layanan outputkeluaran; dan • Identifikasi terhadap pencapaian pengelolaan outcomehasil. Alur siklus evaluasi efektifitas dalam sebuah kawasan konservasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Siklus Evaluasi Efektifitas Sumber : Hockings et al. 2000 dan Hockings et al. 2006 11

2.3 Pembagian Zonasi di Kawasan Konservasi Perairan

Rencana zonasi KKP mengacu pada Undang-Undang No. 452009 tentang perikanan dan Peraturan Pemerintah No. 602008 tentang konservasi sumber daya ikan. Dalam peraturan perundangan tersebut, zonasi KKP terdiri dari zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya. Susanto 2011 juga menjelaskan untuk kasus-kasus yang spesifik, maka akan ada pembagian sub-sub zona sebagai bagian dari keempat zona utama yang penentuannya disesuaikan dengan potensi, karakteristik, dan pertimbangan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Pembagian zonasi KKP di Indonesia yaitu : - Zona inti diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, penelitian dan pendidikan dengan tetap mempertahankan perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Kriteria penentuan zona inti meliputi : daerah yang merupakan tempat pemijahan, pengasuhan atau alur migrasi ikan; daerah yang merupakan habitat biota perairan tertentu; mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya; mempunyai ciri khas ekosistem alami dan mewakili biota tertentu yang masih asli; mempunyai kondisi perairan yang relatif masih asli dan tidak atau belum terganggu manusia; mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis ikan tertentu untuk menunjang pengelolaan perikanan yang efektif dan menjamin berlangsungnya bio-ekologis secara alami; serta mempunyai ciri khas sebagai sumber plasma nutfah bagi KKP. - Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, budidaya ramah lingkungan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Penentuan zona perikanan berkelanjutan yaitu daerah yang memiliki nilai konservasi namun masih memiliki toleransi terhadap pemanfaatan budidaya ramah lingkungan dan penangkapan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan. Selain itu, mempunyai karakteristik ekosistem yang memungkinkan untuk berbagai pemanfaatan ramah lingkungan dan mendukung perikanan berkelanjutan, memiliki keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya, mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk mendukung kegiatan multifungsi dengan tidak merusak ekosistem aslinya, dan mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin pengelolaan budidaya ramah lingkungan, perikanan berkelanjutan, dan kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta mempunyai karakteristik potensi dan keterwakilan biota perairan bernilai ekonomi. - Zona pemanfaatan yaitu bagian KKP yang diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan. Kriteria penentuan zona pemanfaatan ini diantaranya mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang indah dan unik, mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi, dan mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi, serta mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan pemanfaatan dengan tidak merusak ekosistem aslinya.