86 relawan, atau karyawan. Para pemuda setempat dilatih untuk mengoperasikan
program relawan dalam taman dan membantu pemeliharaan taman Cranz dan Boland 2003. Dalam upaya mewujudkan kebijakan taman ekologis untuk
pemberdayaan masyarakat, para tenaga kerja pemelihara taman yang direkrut merupakan masyarakat sekitar kawasan Sentul City. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan taman ini merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat dan penyediaan lowongan pekerjaan bagi masyarakat sehingga dapat memberikan
manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat.
Energi
Komponen energi menjadi prioritas alternatif ketujuh dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 5.5. Bobot ini menunjukkan bahwa komponen
energi memiliki pengaruh terhadap pengembangan dan pengelolaan taman ekologis. Kebijakan mengenai aliran energi dan efisiensi energi merupakan
alternatif kebijakan terkait energi pada lanskap taman ekologis.
1. Aliran Energi
Aliran energi adalah perpindahan energi dari satu tingkat tropik ke tingkat tropik yang lain. Aliran energi dalam ekosistem hanya sekitar 10 energi yang
lolos dari tiap tingkatan tropik. Aliran energi dalam ekosistem digambarkan dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring makanan atau piramida ekologi.
2. Efisiensi Energi
Efisiensi energi merupakan penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau
output berguna yang sama, yang merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi energi. Konservasi energi adalah
upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya Peraturan Pemerintah
Nomor 70 Tahun 2009. Pada bangunan, penggunaan material lokal lebih disarankan agar energi yang digunakan untuk pengangkutan transportasi rendah.
Bahan bangunan yang secara kesehatan tidak direkomendasikan sebaiknya dihindari untuk digunakan. Material seperti kayu dan bambu sesungguhnya
merupakan pilihan yang baik ditinjau dari sisi keberlanjutan Karyono 2010. Material bersifat
reuseable dapat digunakan kembali jika bangunan diruntuhkan sehingga lebih disarankan untuk digunakan sebagai upaya efisiensi energi.
Bangunan yang terdapat pada taman ekologis dengan pertimbangan yang matang diletakkan di tempat yang dekat dengan angkutan massal dan rute
bersepeda. Bangunan tersebut dibangun dengan material daur ulang atau less
energi-intensive, menggunakan pemanasan dari matahari, pendinginan alami, dan terdapat ventilasi. Bangunan ini juga bergantung pada pencahayaan siang hari
yang alami di dalam bangunan Cranz dan Boland 2003. Penggunaan material lokal lebih disarankan agar energi yang digunakan untuk pengangkutan
transportas rendah Karyono 2010.
Pada Eco-Art Park Sentul City, terdapat beberapa jenis bangunan, dengan
bangunan utama berupa green house. Green house terletak dekat dengan rute
bersepeda, dibangun dengan material batu bata dan beton. Pada bangunan ini digunakan pemanasan dari matahari, pendinginan alami, dan ventilasi. Namun,
kantor pengelola pada green house masih menggunakan air conditioning
87 dibandingkan dengan pendinginan alami. Bangunan lainnya pada area ini adalah
rumah bambu, rumah batu, dan rumah kayu. Ketiganya dekat dengan rute bersepeda maupun berjalan, menggunakan material lokal yang
reuseable, dan menggunakan pendingindan alami serta pemanasan dari matahari.
Teknologi
Komponen teknologi menjadi prioritas alternatif terakhir dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 4.2. Bobot ini menunjukkan bahwa
komponen teknologi merupakan komponen terakhir yang dipertimbangkan dalam pengembangan dan pengelolaan taman ekologis. Kebijakan pengelolaan daur
ulang material merupakan alternatif kebijakan terkait teknologi pada lanskap taman ekologis.
1. Pengelolaan Daur Ulang Material
Tidak seluruh material dapat didaur ulang. Material daur ulang banyak digunakan untuk keperluan bahan bangunan yang bersifat struktural atau
menopang beban-beban. Penggunaan material yang didaur ulang merupakan tindakan penghematan energi dalam proses produksi. Pengelolaan daur ulang
material beton yang dihancurkan dapat digunakan kembali sebagai agregat beton untuk dinding pengisi maupun untuk memadatkan muka tanah di dalam atau di
luar bangunan Karyono 2010.
Menurut Cranz dan Boland 2003, kompos adalah bagian yang penting dari taman ekologis. Hal ini dapat meningkatkan estetika taman, dengan adanya kerja
sama antara seniman lingkungan dengan departemen pemeliharaan dari pihak pengelola utuk mengembangkan pola-pola menarik dalam mengelola tumpukan
bahan organik yang berasal dari daun dan ranting tanaman. Hal ini pada akhirnya dapat menjadi subjek foto bagi fotografer seni rupa. Pada
Eco-Art Park Sentul City, bahan organik dari daun dan ranting tanaman tidak dikumpulkan dan
dikelola untuk meningkatkan keindahan taman, tetapi dikumpulkan dan langsung dibuang untuk menjaga kebersihan taman. Hal ini terkait dengan prinsip pihak
pemelihara bahwa sampah yang berada pada taman tidak boleh dibiarkan berada pada taman lebih dari satu malam. Pada akhirnya, pengelolaan ini meningkatkan
kebersihan taman tetapi tidak memberikan kesempatan bagi seniman lingkungan untuk berkreasi dengan bahan organik demi meningkatkan estetika taman. Hal
yang menjadi objek seni rupa bagi fotografer pada taman ini adalah keindahan permainan warna, tekstur, dan bentuk tanaman, keunikan desain jembatan
pedestrian, keunikan alat peraga fisika, dan keindahan karya seni patung dalam galeri ruang terbuka taman.
Kompos pada taman juga digunakan untuk memperbaiki tanah perkotaan yang kekurangan unsur hara di taman dan dalam lahan pertanian kecil yang
didesain untuk mempekerjakan masyarakat dari kelas menengah ke bawah Cranz dan Boland 2003. Dalam implementasinya, pihak pemelihara tidak menggunakan
kompos, tetapi menggunakan pupuk kandang dan pupuk urea. Pupuk ini kurang sesuai karena dapat mengakibatkan pertumbuhan gulma bersaing dengan
pertumbuhan rumput dan tanaman lainnya. Oleh karena itu, adanya upaya pengelolaan bahan organik taman menjadi pupuk kompos dapat mengurangi
pertumbuhan gulma maupun anggaran biaya pemeliharaan lanskap.