Alat Peraga Fisika Fasilitas, Sarana, dan Prasarana a. Signage

54 Timbangan raksasa atau pengungit adalah salah satu pesawat sederhana yang digunakan untuk mengubah efek atau hasil dari suatu gaya. Hal ini dimungkinkan terjadi dengan adanya sebuah batang ungkit dengan titik tumpu fulcrum, titik gaya force¸dan titik beban load¸ yang divariasikan letaknya Gambar 45. Pengungkit sudah ada sejak abad ke-3 SM dan dicetuskan oleh Archimedes. Di zaman Mesir Kuno, para tukang bangunan menggunakan tuas untuk memindahkan dan mengangkat obelisk-obelisk. Cara kerja alat ini adalah duduk di tempat yang disediakan, lalu cobalah mengangkatnya dengan menarik tali yang terhubung dengan tempat duduk. Cobalah di berbagai posisi sehingga dapat diketahui pada posisi mana beban terangkat dengan lebih ringan. Gambar 45 Alat peraga fisika timbangan raksasa di Eco-Art Park Sentul City Human gyroscope atau giroskop manusia adalah suatu peralatan hiburan yang dikembangkan untuk melatih para pilot. Bentuk alat ini terdiri dari tiga buah ring pipa yang dihubungkan oleh suatu poros yang dapat berotasi 360 derajat yang diputar dengan kecepatan cepat atau lambat Gambar 46. Dalam permainan ini pengunjung dapat merasakan rotasi tiga dimensi bebas dengan perasaan khusus yang memacu adrenalin yang menyenangkan. Cara kerja alat ini adalah dengan naik ke atas kursi pada giroskop, kemudian pasang sabuk pengaman. Putar poros giroskop dengan bantuan operator atau keluarga sehingga rotasi tiga dimensi seperti yang dirasakan oleh pilot ketika pesawat bermanuver akan dirasakan oleh pengunjung. 55 Gambar 46 Alat peraga fisika human gyroscope di Eco-Art Park Sentul City Sepeda gantung adalah sepeda yang dijalankan dengan digantung pada sebuah tali di bagian atas sepeda Gambar 47. Dengan demikian, pengunjung dapat menaiki sebuah sepeda yang berjalan di atas tali tanpa jatuh. Terdapat bandul besi dan tali yang direntangkan dengan jarak tertentu yang dipasang di atas sepeda yang menciptakan keseimbangan sepeda dengan pengendara sehingga sepeda dapat dikayuh dengan seimbang tanpa khawatir pengendara akan jatuh. Namun, dengan alasan keselamatan, sepeda gantung ini belum dapat dioperasikan. Gambar 47 Alat peraga fisika sepeda gantung di Eco-Art Park Sentul City Pengelolaan Pengunjung Eco-Art Park Sentul City Karakteristik Pengunjung Untuk mengetahui karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City, dilakukan penyebaran kuesioner secara acak. Responden berjumlah 50 orang yang terdiri atas 26 orang perempuan dan 24 orang laki-laki. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung Eco-Art Park Sentul City adalah pengunjung berusia 56 25-55 tahun 46, sebanyak 44 pengguna berusia 15-25 tahun, 6 pengguna berusia lebih dari 55 tahun, dan 4 pengunjung berusia kurang dari 14 tahun Gambar 48. Hal ini menunjukkan bahwa responden Eco-Art Park Sentul City berada dalam usia produktif, yang sebagian besar 4650 mengunjungi Eco-Art Park Sentul City bersama keluarganya dalam jumlah 2 hingga 7 orang yang di dalamnya termasuk bayi, balita, dan anak-anak, maupun orang tua. Sebanyak 4 dari 50 responden datang bersama rombongan berjumlah 10-60 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar pengunjung yang datang sangat dipengaruhi oleh adanya objek rekreasi berupa alat peraga fisika yang memberikan nilai pendidikan bagi anak-anak, kealamian tapak yang dapat menjadi terapi bagi manula, dan suasana Eco-Art Park yang memberikan kenyamanan sehingga lebih menarik minat pengunjung usia produktif dengan membawa keluarganya, rombongan keluarga dalam jumlah besar, dan rombongan pelajar untuk berkunjung. Gambar 48 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan usia Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 44 responden merupakan lulusan S1, lulusan SMA sebanyak 34, lulusan D3 dan SMP masing-masing sebanyak 8, lulusan SD sebanyak 4, dan lulusan S2 sebanyak 2 Gambar 49. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Eco-Art Park Sentul City merupakan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu Sekolah Menengah Atas, Diploma, dan Sarjana. Dengan tingginya tingkat pendidikan pengunjung, diharapkan pengunjung dapat lebih menjaga perilakunya di dalam area ini dan turut menjaga kelestarian taman. Selain itu, diharapkan dengan tingkat pendidikan tersebut pengunjung dapat menjaga sikap dan tindakannya yang akan memberikan kenyamanan bagi pengunjung lain di area Eco-Art Park Sentul City. Berdasarkan jenis pekerjaan, mahasiswa merupakan persentase jenis pekerjaan responden yang paling besar 30. Ibu rumah tangga juga merupakan jenis pekerjaan yang banyak ditemukan pada responden 18. Pegawai swasta juga merupakan jenis pekerjaan yang banyak ditemui pada responden 16, setara dengan PNS 16. Kemudian diikuti dengan pelajar sebanyak 10, wirausahawan sebanyak 6, dan lainnya pensiun atau pengangguran sebanyak 4 Gambar 50. 57 Gambar 49 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan tingkat pendidikan Terlihat bahwa sebagian besar pengunjung Eco-Art Park Sentul City adalah pegawai, mahasiswa, dan ibu rumah tangga. Hal ini menjadi faktor ramainya Eco- Art Park Sentul City oleh orang tua maupun ibu rumah tangga yang membawa anak-anaknya untuk bermain di taman ini. Hal ini juga menjadi faktor yang menyebabkan kepadatan pengunjung Eco-Art Park Sentul City sangat meningkat pada akhir pekan maupun hari libur nasional. Dengan demikian, sangat diperlukan adanya pelayanan dari pihak pengelola pada taman ini, terutama pada hari-hari dengan kepadatan pengunjung yang tinggi. Selain itu, daya dukung kawasan Eco- Art Park Sentul City ini juga perlu untuk diperhitungkan agar kelestarian dan keberlanjutan kawasan ini dapat tetap terjaga. Gambar 50 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan jenis pekerjaan Didapatkan hasil bahwa sebanyak 44 responden tidak berpendapatan, 28 berpendapatan Rp2 000 000-Rp5 000 000, 12 berpendapatan Rp5 000 000-Rp 10 000 000, 10 berpendapatan kurang dari Rp2 000 000, dan 6 berpendapatan lebih dari Rp10 000 000 Gambar 51. Mayoritas responden yang tidak berpendapatan ini relevan dengan jenis pekerjaan responden yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga, mahasiswa, dan pelajar. Hal ini disebabkan oleh keadaan Eco-Art Park Sentul City yang tidak memungut biaya, baik biaya tiket masuk maupun biaya objek wisata sehingga pengunjung dapat masuk ke dalam area Eco-Art Park Sentul City tanpa perlu mengeluarkan biaya besar. 58 Gambar 51 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan tingkat pendapatan Sebanyak 98 responden berasal dari Jabodetabek, yaitu 60 responden berasal dari Bogor, 20 berasal dari Jakarta, 14 berasal dari Depok, dan 4 dari Sentul City, sedangkan 2 dari luar Jabodetabek Gambar 52. Hal ini menunjukkan bahwa Eco-Art Park Sentul City diminati oleh penduduk di sekitar Sentul yang memiliki aksesibilitas relatif mudah menuju Eco-Art Park dan mendapatkan informasi cukup mengenai area ini, tetapi kurang untuk pengunjung dari luar Jabodetabek. Sebanyak 19 dari 50 responden menyatakan bahwa perlu adanya peningkatan aksesibilitas dan fasilitas transportasi umum, terutama bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi golongan rendah yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Lebih jauh lagi, sebanyak 31 dari 50 responden menyatakan harapan mereka akan adanya papan informasi dan petunjuk di area Eco-Art Park Sentul City. Gambar 52 Karakteristik pengunjung berdasarkan daerah asal Pada survei kendaraan yang digunakan pengunjung, sebanyak 64 responden mengunjungi Eco-Art Park Sentul City dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil, dan sebanyak 24 menggunakan motor. Kendaraan umum Transpakuan dengan pemberhentian di shelter Bellanova digunakan oleh 8 dari responden, sedangkan 4 lainnya menggunakan bus rombongan Gambar 53. Tidak ada responden yang menggunakan sepeda, mobil sewaan, maupun berjalan kaki untuk berkunjung ke Eco-Art Park Sentul City. Sementara Eco-Art Park Sentul City menyediakan area pelayanan berupa area parkir sepeda yang dapat menampung 150 sepeda, pengunjung Eco-Art Park Sentul City justru tidak menggunakan sepeda sebagai moda transportasi. Hal ini 59 mengakibatkan area parkir sepeda tidak optimal dalam penggunaannya oleh pengunjung. Gambar 53 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan moda transportasi Berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi mengenai Eco-Art Park Sentul City dari teman 54. Sebanyak 27 responden mengetahuinya dari keluarga, sedangkan 9 responden mengetahuinya sendiri. Sementara media televisi merupakan sumber informasi bagi 8 responden, media koran merupakan sumber informasi hanya bagi sebagian kecil responden 2 Gambar 54. Sebagian besar pengunjung menyatakan bahwa diperlukan adanya penyebaran informasi mengenai Eco-Art Park yang bertujuan agar masyarakat luas mengetahui keberadaan Eco-Art Park, misalnya dengan melalui media televisi, radio, majalah, koran, maupun pamflet. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi bagian manajemen pemasaran untuk melakukan promosi yang lebih giat mengenai Eco-Art Park Sentul City. Gambar 54 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan sumber informasi Berdasarkan hasil survei tujuan berkunjung, didapatkan hasil bahwa sebanyak 41 dari 50 responden datang ke Eco-Art Park Sentul City dengan tujuan berekreasi. Sebanyak 29 responden bertujuan wisata kuliner dan 26 responden bertujuan mengisi waktu luang. Sementara responden yang bertujuan mencari inspirasi dan mendapatkan pengalaman baru sebanyak 9 responden, bertujuan 60 bersosialisasi dan menyalurkan hobi sebanyak 7 responden, responden yang bertujuan outdoor learning mengenai tanaman dan seni budaya hanya sebanyak 3 responden Gambar 55. Gambar 55 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan tujuan berkunjung Sebagian besar responden 68 berkunjung ke Eco-Art Park Sentul City selama 1-2 jam dalam sehari, sebanyak 26 responden selama 2-4 jam, sebesar 4 yang berkunjung selama kurang dari 1 jam, hanya sebesar 2 responden yang berkunjung selama 4-6 jam, dan tidak ada responden yang berkunjung selama 6-8 jam dalam sehari Gambar 56. Lamanya kunjungan pengunjung ke Eco-Art Park Sentul City ini kemungkinan besar disebabkan oleh tidak adanya tarif atau tiket masuk area ini sehingga pengunjung tidak berusaha mengoptimalkan kunjungannya untuk menikmati area ini. Selain itu, area seluas 1.57 ha dengan beberapa objek wisata ini membuat pengunjung dapat menikmati lanskap ini hanya dengan menghabiskan waktu sekitar 1-2 jam. Lamanya waktu berkunjung dapat menjadi salah satu indikator kenyamanan yang dirasakan pengunjung di area Eco-Art Park Sentul City. Gambar 56 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan lama kunjungan 61 Menurut hasil survei, pendamping pengunjung ketika berkunjung ke Eco- Art Park Sentul City adalah teman 46 responden, diikuti dengan keluarga 32, sebanyak 10 datang bersama teman dan keluarga, sebanyak 6 bersama rombongan, sebanyak 4 berkunjung sendiri, dan sebanyak 2 bersama rekan kerja Gambar 57. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung datang ke Eco-Art Park Sentul City beramai-ramai bersama teman danatau keluarganya. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan yang dapat menawarkan program pendidikan ekosistem maupun rekreasi yang dapat dilakukan secara beramai-ramai agar interaksi antara manusia dengan lingkungan serta interaksi antar keluarga dan teman dapat ditingkatkan, atau hanya sekedar tempat berkumpul bagi pengunjung dengan jumlah rombongan besar. Gambar 57 Karakteristik pengunjung Eco-Art Park Sentul City berdasarkan pendamping saat berkunjung Persepsi dan Minat Pengunjung Pada survei pengunjung terhadap pengetahuan pengunjung mengenai pengertian suatu “ ecopark”, didapatkan hasil bahwa sebanyak 16 responden 32 mengetahui pengertian “ecopark”, sedangkan sebanyak 34 responden 68 tidak mengetahuinya Gambar 58. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pengunjung yang tidak memahami pengertian “ecopark”. Ketidaktahuan pengunjung ini dapat diatasi dengan adanya sosialisasi dari pihak pengelola kepada seluruh pengunjung Eco-Art Park Sentul City. Gambar 58 Persepsi pengunjung Eco-Art Park Sentul City terhadap pengertian “ecopark” 62 Responden yang pernah mengunjungi kawasan sejenis ecopark pun hanya sebesar 22 11 dari 50 responden, sementara sebesar 78 lainnya 39 responden menyatakan belum pernah mengunjungi kawasan sejenis ecopark sebelumnya Gambar 59. Dengan demikian, Eco-Art Park Sentul City diharapkan dapat memberikan pengalaman pengetahuan ekosistem dan rekreasi yang berbeda bagi pengunjung. Diharapkan dengan demikian akan tercipta suatu pemahaman yang baik mengenai ecopark bagi masyarakat yang kemudian akan meningkatkan demand terhadap ecopark. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat mendukung peningkatan kawasan ruang terbuka hijau RTH perkotaan. Gambar 59 Persepsi pengunjung Eco-Art Park Sentul City terhadap kunjungan ke kawasan ecopark lainnya Hasil wawancara terhadap pengetahuan pengunjung mengenai hal-hal terkait ecopark menunjukkan bahwa sebanyak 45 dari 50 responden memiliki persepsi ecopark sebagai pusat rekreasi, dan sebanyak 31 responden berpersepsi sebagai pusat pendidikan, 27 responden berpersepsi sebagai pusat keanekaragaman hayati, dan 23 berpersepsi sebagai ruang terbuka hijau RTH, sedangkan kurang dari 20 responden yang berpersepsi bahwa ecopark terkait dengan lingkungan, koleksi flora fauna, lingkungan, konservasi eksitu, dan energi Gambar 60. Hal ini menunjukkan bahwa para pengunjung mayoritas memiliki persepsi taman ekologis sebagai area rekreasi dibandingkan dengan taman ekologis sebagai area ekologis atau konservasi. Gambar 60 Persepsi pengunjung Eco-Art Park Sentul City terhadap hal-hal yang terkait dengan “ecopark” 63 Sebanyak 10 dari 50 responden menyatakan bahwa diperlukan adanya penyampaian informasi dari pihak pengelola mengenai konsep dasar taman ini agar pengunjung memahami tujuan dan fungsi lanskap Eco-Art Park Sentul City. Penyampaian informasi ini dapat dilakukan dengan adanya papan informasi berisi peta lokasi dan deskripsi singkat konsep dasar lanskap di bagian pintu masuk sehingga pengunjung dapat mengetahui area Eco-Art Park Sentul City. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman pengunjung mengenai pengertian dan pentingnya ecopark bagi lingkungan dan manusia, hal ini dapat meningkatkan minat pengunjung untuk berkunjung ke Eco-Art Park Sentul City. Persepsi pengunjung mengenai kesesuaian desain alat peraga fisika, jembatan, dan bangku taman yang terdapat di Eco-Art Park Sentul City didapatkan dari penilaian pengunjung dalam skala -1 tidak sesuai hingga 1 sesuai, sedangkan persepsi pengunjung mengenai keindahan desain alat peraga fisika, jembatan, dan bangku taman didapatkan dari penilaian dalam skala -2 tidak indah hingga 2 sangat indah. Dengan total nilai minimum untuk kesesuaian desain adalah -50 dan nilai maksimum adalah 50, jembatan pedestrian mendapatkan nilai tertinggi 36, dan diikuti oleh alat peraga fisika human gyroscope 34, pipa suara 33, parabola suara 32, ayunan pendulum, sepeda gantung, dan patung transformer 31, sedangkan yang lainnya mendapat nilai di bawah 30. Responden menilai alat peraga dan karya seni patung transformer sesuai dengan konsep taman. Sebaliknya, responden menilai karya seni patung manusia serta patung lelaki dan binatang sebagai karya seni yang tidak sesuai ataupun kurang sesuai terutama karena keberadaannya di taman yang banyak dikunjungi oleh anak-anak kecil sehingga untuk kesesuaian desain kedua patung ini mendapatkan nilai negatif yaitu sebesar -19 untuk patung manusia dan -17 untuk patung lelaki dan binatang Gambar 61. Gambar 61 Penilaian pengunjung terhadap kesesuaian dan keindahan desain alat peraga fisika, jembatan, dan bangku taman Eco-Art Park Sentul City Dengan total nilai minimum untuk keindahan desain adalah -100 dan nilai maksimum adalah 100, jembatan pedestrian mendapatkan nilai tertinggi 51, dan diikuti oleh patung transformer 37, pipa suara 34, parabola suara 34, human gyroscope 33, dan jembatan kuning 33, sedangkan yang lainnya mendapat 64 nilai di bawah 30. Responden menilai jembatan pedestrian, jembatan kuning, dan patung transformer sebagai sesuatu yang sangat unik dan memiliki desain menarik; alat peraga pipa suara, parabola suara, dan human gyroscope sebagai alat peraga yang menarik perhatian baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Sebaliknya, responden menilai karya seni patung manusia serta patung lelaki dan binatang sebagai karya seni yang tidak indah ataupun kurang indah karena dirasa vulgar sehingga mendapatkan nilai -5 untuk patung manusia dan -6 untuk patung lelaki dan binatang Gambar 61. Responden ditanya mengenai seberapa besar mereka menilai indikator pada beberapa area dengan memberi nilai pada indikator tersebut dalam skala -2 sangat kurang hingga 2 sangat baik sehingga didapatkan total nilai minimum untuk masing-masing indikator -100 dan nilai maksimum 100 dari 50 responden. Didapatkan hasil bahwa area jembatan pedestrian dan coverage walkway mendapatkan nilai 60 dengan indikator menarik dan menaungi; diikuti dengan area exotic plant farm yang mendapatkan total nilai 56 untuk indikator indah; dan bamboo forest dan amphitheater mendapatkan total nilai 33 dengan indikator alami dan daya dukung mencukupi. Area entrance hall mendapatkan total nilai 31 untuk indikator menarik; solid wood gallery, art antique gallery dinilai 28 untuk indikator informatif, setara dengan kolam untuk indikator bersih; serta area parkir sepeda dinilai 23 untuk indikator daya dukung, setara dengan herbal farm, dan green house untuk indikator informatif Gambar 62. Sementara penilaian pengunjung terhadap area ini bernilai positif, hanya area parkir mobil dan motor yang mendapatkan total nilai -13 untuk indikator kapasitas Gambar 62. Hal ini menunjukkan bahwa area di Eco-Art Park Sentul City sudah cukup menarik dan indah bagi pengunjung walaupun masih kurang informatif. Hal ini juga memperkuat persepsi pengunjung mengenai kurangnya daya dukung area parkir mobil dan motor terutama dalam menampung kendaraan yang jumlahnya meningkat di akhir pekan. Gambar 62 Penilaian pengunjung terhadap desain area di Eco-Art Park Sentul City Sebanyak 39 dari 50 responden memiliki minat untuk melakukan aktivitas kontemplasi di Eco-Art Park Sentul City, yaitu relaksasi dan refreshing; sebanyak 65 27 responden melakukan kegiatan sosial, yaitu piknik, wisata kuliner, dan gathering; sebanyak 11 responden melakukan aktivitas kreatif seperti photo hunting dan photo session; sedangkan hanya sebanyak 8 responden yang melakukan aktivitas alam berinteraksi dengan tanaman, aktivitas edukatif outdoor learning, pengenalan pengetahuan ekosistem dan budaya, dan aktivitas fisik bermain Gambar 63. Dari data ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden 2750 bertujuan wisata kuliner di Pasar Apung dan kemudian mengunjungi Eco-Art Park Sentul City. Hal ini sesuai dengan keterangan dari pihak pengelola Eco-Art Park Sentul City yang menyatakan bahwa sebanyak 20 pengunjung yang berwisata kuliner di Pasar Apung Sentul City memilih jalan masuk dan jalan keluar melalui Eco-Art Park Sentul City yang bersebelahan dengan Pasar Apung sekaligus untuk berekreasi sejenak. Objek wisata di Eco-Art Park Sentul City yang paling disukai oleh responden 18 dari 50 adalah patung transformer. Selanjutnya diikuti oleh parabola suara disukai oleh 13 responden. Pipa suara, ayunan pendulum, dan art antique gallery masing-masing disukai oleh 11 responden, sedangkan alat peraga fisika dan galeri lainnya disukai oleh kurang dari 10 responden Gambar 64. Responden menyatakan bahwa mereka menyukai patung transformer karena unik dan terbuat dari daur ulang bahan-bahan otomotif, sedangkan yang lainnya menyatakan bahwa mereka menyukai alat peraga fisika karena memberikan ilmu dan pengetahuan bagi pengunjung, serta penggunaan beraneka ragam warna menjadikan alat peraga fisika lebih menarik dan ceria. Dari semua area yang ada di Eco-Art Park Sentul City, sebanyak 19 responden menyatakan bahwa area exotic plant farm adalah area yang paling mereka sukai karena indah dan sejuk, diikuti dengan jembatan pedestrian yang disukai oleh 13 responden karena desainnya yang menarik, indah, dan menciptakan suasana berbeda dengan pemandangan yang menarik, sedangkan area lainnya hanya mendapatkan nilai yang kecil dari responden Gambar 65. Gambar 63 Aktivitas yang dilakukan pengunjung Eco-Art Park Sentul City 66 Gambar 64 Objek wisata yang disukai pengunjung Eco-Art Park Sentul City Gambar 65 Minat pengunjung terhadap area yang paling disukai di Eco-Art Park Sentul City Daya Dukung Kawasan Dalam pengelolaan pengunjung area Eco-Art Park Sentul City, perlu dilakukan pembatasan jumlah pengunjung agar daya dukung ekologis kawasan tidak terlampaui. Perhitungan untuk mencari daya dukung untuk wisata berdasarkan standar rata-rata individu dalam m2orang menurut WTO dan UNEP 1992 dalam Nurisjah et al. 2003 adalah sebagai berikut: DD = A T = DD x K K = N S R 67 Keterangan: DD = Daya dukung A = Area yang digunakan wisatawan S = Standar rata-rata individu T = Total hari kunjungan yang diperkenankan K = Koefisien rotasi N = Jam kunjungan per hari area yang diijinkan R = Rata-rata waktu kunjungan Berdasarkan perhitungan daya dukung terhadap are Eco-Art Park Sentul City, didapatkan hasil bahwa total daya dukung adalah 20 566 orang per hari Tabel 20. Tabel 20 Penghitungan daya dukung optimum area Eco-Art Park Sentul City No Area Luas Area m 2 Standar Kebutuhan m 2 orang 1 Daya Dukung orang Koefisien Rotasi 2 Daya Dukung oranghari 1 Area penerimaan 1 486 2 743 4 2972 2 Parkir sepeda 272 2 136 4 544 3 Parkir motor 184 2 92 4 368 4 Parkir mobil 550 2 275 4 1 100 5 Bangunan green house 1 230 2 615 4 2 460 6 Jalur sirkulasi 1 145 2 572.5 8 4 580 7 Area ekologis 2 693 2 1 346.5 4 5 386 8 Area alat peraga fisika 462 2 231 8 1 848 9 Area seni 410 2 205 4 820 10 Area terbuka serba guna 244 2 122 4 488 TOTAL 20 566 1 BNSP 2011 2 Diasumsikan lama waktu berada pada area taman ekologis adalah 2 jamorang dengan waktu aktif 14 jamhari berdasarkan hasil kuesioner terhadap pengunjung Analytical Hierarchy Process Komponen prioritas pembentuk ecological art park dapat diketahui berdasarkan pengolahan kuesioner Analytical Hierarchy Process AHP dengan menggunakan software Expert Choice v.11. Komponen penyusun ecological art park ditentukan berdasarkan studi literatur. Komponen tersebut terdiri atas 8 komponen, 23 kriteria, dan berfokus pada 3 alternatif kebijakan Gambar 66. Pemberian bobot pada elemen di setiap level hierarki dilakukan oleh responden pakar yang terdiri atas pakar ekologi, birokrat, dan praktisi. Hasil pengolahan data ditunjukkan dalam berbagai bentuk, yaitu sintesis prioritas alternatif, sintesis prioritas komponen, diagram pohon tree view, dan grafik sensitivitas sensitivity graph. 68 Gambar 66 Rancangan struktur hierarki Sintesis Pakar Ekologi Penilaian pakar ekologi menunjukkan hasil bahwa prioritas alternatif yang menentukan ecological art park adalah ekologi 55,9, yang bermakna aspek ekologi merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mencapai taman yang ekologis. Prioritas alternatif selanjutnya berturut-turut adalah aspek sosial 25,0 dan ekonomi 19,1. Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting dalam ecological art park adalah komponen keanekaragaman hayati 46,2. Jumlah spesies satwa dan tumbuhan, jenis spesies satwa dan tumbuhan, dan sumber bibit dan benih merupakan variabel penyusun komponen keanekaragaman hayati. Komponen prioritas selanjutnya adalah tata guna lahan 17,2, karya seni 13,8, pendidikan 8,0, institusi 4,8, energi 3,7, teknologi 3,4, dan rekreasi 2,9 Gambar 67. Gambar 67 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen pakar ekologi Sintesis Praktisi Penilaian praktisi menunjukkan hasil bahwa prioritas alternatif yang menentukan ecological art park adalah ekologi 50,6, yang bermakna aspek ekologi merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mencapai taman yang ekologis. Prioritas alternatif selanjutnya berturut-turut adalah aspek sosial 33,2 dan ekonomi 16,3 Gambar 68. 70 Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting dalam ecological art park adalah komponen rekreasi 18,9. Wisata ekosistem, wisata ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, dan wisata seni dan budaya merupakan variabel penyusun komponen rekreasi. Komponen prioritas selanjutnya adalah tata guna lahan 17,5, pendidikan 16,5, keanekaragaman hayati 16,4, institusi 10,4, teknologi 9,2 setara dengan karya seni 9,2, dan energi 1,9. Gambar 68 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen praktisi Sintesis Birokrat Penilaian birokrat menunjukkan hasil bahwa prioritas alternatif yang menentukan ecological art park adalah ekologi 51,7, yang bermakna aspek ekologi merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mencapai taman yang ekologis. Prioritas alternatif selanjutnya berturut-turut adalah aspek sosial 24,6 dan ekonomi 23,7 Gambar 69. Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting dalam ecological art park adalah komponen keanekaragaman hayati 37,4. Jumlah spesies satwa dan tumbuhan, jenis spesies satwa dan tumbuhan, dan sumber bibit dan benih merupakan variabel penyusun komponen keanekaragaman hayati. Komponen prioritas selanjutnya adalah tata guna lahan 24,4, energi 71 10,1, rekreasi 9,7, pendidikan 6,3, karya seni 6,2, institusi 3,8, dan teknologi 2,1. Gambar 69 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen birokrat Sintesis Tergabung Combined Synthesis Prioritas berdasarkan masing-masing pakar digabungkan menjadi sintesis tergabung untuk dapat menarik kesimpulan berupa alternatif serta komponen penting pada pengelolaan lanskap taman ekologis. Sintesis tergabung ditunjukkan melalui diagram pohon tree view pada Gambar 70. Berdasarkan hasil sintesis tergabung, diperoleh kesimpulan bahwa aspek ekologi 55,1 merupakan prioritas alternatif dalam menentukan pengelolaan konsep eco-art pada lanskap taman ekologis. Aspek ekologi menjadi hal utama yang harus diprioritaskan untuk mengelola lanskap taman ekologis. Dengan memperhatikan aspek ekologi pada taman, pengelolaan berkelanjutan pada taman ekologis dapat diwujudkan. Prioritas alternatif selanjutnya adalah aspek sosial 25,5. Hal ini menunjukkan bahwa setelah terbentuk lanskap yang ekologis, dibutuhkan keterlibatan aspek sosial untuk menjaga kelestarian taman. Dengan adanya keterlibatan pada pengelolaan taman dan manfaat yang diperoleh dari taman, manusia dapat menjaga keberlanjutan lanskap taman ekologis. 72 Gambar 70 Kombinasi diagram pohon komponen, variabel, dan alternatif prioritas eco-art lanskap taman ekologis Urutan prioritas komponen dari tertinggi hingga terendah adalah komponen keanekaragaman hayati 34,8, tata guna lahan 19,9, pendidikan 10,2, karya seni 9,5, rekreasi 9,2, institusi 6,8, energi 5,5, dan teknologi 4,2. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati menjadi komponen paling penting dalam menentukan pengelolaan taman ekologis. Variabel pada tiap komponen diberi bobot sesuai 73 tingkat prioritas. Persentase dari prioritas komponen serta variabel merupakan bobot yang digunakan pada penyusunan pengelolaan lanskap selanjutnya Tabel 21. Tabel 21 Ringkasan pembobotan dan prioritas pada komponen serta variabel eco- art pada lanskap taman ekologis No Komponen Variabel Bobot Bobot Variabel Bobot Komponen Prioritas Komponen 1 Keanekaragaman Hayati 0.348 34.8 1 Jumlah spesies tanaman dan satwa 0.046 4.6 Jenis spesies tanaman dan satwa 0.145 14.5 Sumber bibit benih 0.157 15.7 2 Tata Guna Lahan 0.199 19.9 2 Ruang Terbangun 0.013 1.3 Ruang terbuka hijau RTH 0.100 10.0 Ruang terbuka biru RTB 0.055 5.5 Infrastruktur 0.031 3.1 3 Pendidikan 0.102 10.2 3 Pengenalan koleksi tanaman 0.047 4.7 Pengenalan koleksi satwa 0.031 3.1 Pengenalan seni dan budaya 0.024 2.4 4 Karya Seni 0.095 9.5 4 Kesesuaian desain 0.048 4.8 Kesesuaian tata letak 0.048 4.8 5 Rekreasi 0.092 9.2 5 Wisata ekosistem 0.051 5.1 Wisata IPTEK 0.019 1.9 Wisata seni dan budaya 0.022 2.2 6 Institusi 0.068 6.8 6 Pengelolaan dan kebijakan 0.020 2.0 Pendapatan 0.011 1.1 Pemanfaatan ruang 0.036 3.6 7 Energi 0.055 5.5 7 Aliran energi 0.033 3.3 Efisien energi 0.022 2.2 8 Teknologi 0.042 4.2 8 Pengelolaan daur ulang material 0.022 2.2 Pengelolaan energi terbarukan 0.007 0.7 Pengelolaan pengolahan air 0.013 1.3 TOTAL BOBOT 1.000 100.0 74 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas ditunjukkan dengan grafik sensitivitas kinerja dan grafik sensivitas dinamis Gambar 71. Grafik batang ini dapat digunakan untuk mengurangi maupun menambah prioritas komponen dan melihat perubahan dalam prioritas alternatif. Gambar 71 Grafik sensitivitas kinerja dan sensitivitas dinamis terhadap eco-art lanskap taman ekologis Selain menggunakan analisis sensitivitas di atas, dapat juga digunakan analisis sensitivitas gradient. Analisis ini menunjukkan grafik gradien masing- masing komponen dengan cara terpisah. Garis pada sumbu vertikal merupakan prioritas komponen yang dipilih dan garis miring gradien mewakili tiga alternatif. Dalam hal ini, diambil contoh analisis sensitivitas gradien pada komponen tata guna lahan Gambar 72. Dapat dilihat bahwa prioritas saat ini 75 adalah kondisi di mana garis gradient berpotongan dengan sumbu vertikal. Melalui Gambar 72 diketahui bahwa prioritas alternatif dalam eco-art lanskap taman ekologis adalah aspek ekologi. Gambar 72 Grafik sensitivitas gradien terhadap eco-art lanskap taman ekologis Uji Konsistensi Hasil analisis pada Gambar x menunjukkan bahwa nilai inkonsistensi untuk keseluruhan hierarki adalah 0,03 atau 3 Gambar 73. Dalam metode Analytical Hierarchy Process AHP, tingkat inkonsistensi yang masih dapat diterima adalah kurang dari 10. Apabila nilai consistency ratio CR kurang dari 10, hasil preferensi oleh pakar bersifat konsisten. Sebaliknya, jika CR lebih besar dari 10, hasil preferensi oleh pakar bersifat tidak konsisten sehingga harus dilakukan revisi penilaian. Tingkat konsistensi ini memiliki dua makna, yaitu bahwa objek yang setara dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya, dan bahwa terdapat konsistensi terkait tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Gambar 73 Sintesis dan nilai konsistensi keseluruhan 76 PEMBAHASAN Taman ekologis dapat berbentuk dan berukuran seperti apa pun, tetapi fungsi biologis adalah yang terpenting dari taman ekologis. Setiap taman menghubungkan fragmentasi ruang terbuka menjadi jaringan komprehensif, baik untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, maupun meningkatkan manfaat sistem alami. Taman ekologis menggunakan metode terbaru untuk meminimalisir dampak kehidupan kota seperti limpasan air perkotaan, polusi udara, dan kebisingan lalu lintas Cranz dan Boland 2003. Secara kolektif, pengelolaan berkelanjutan dari taman ekologis memiliki potensi yang besar untuk membangun ketahanan ekologis perkotaan. Pengelolaan lanskap berkelanjutan adalah pengelolaan lanskap dengan mewujudkan tiga pilar pengelolaan berkelanjutan, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pengelolaan lanskap berkelanjutan adalah pengelolaan lanskap yang menghemat energi dan meniadakan pencemaran lingkungan sehingga menjamin kelangsungan serta kelestarian untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang, dengan cara menjaga sumber genetis dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Analisis Implementasi Existing Lanskap Eco-Art Park Sentul City Berdasarkan pengolahan penilaian preferensi pakar mengenai ecological art park dengan Analytical Hierarchy Process, didapatkan hasil bahwa komponen keanekaragaman hayati merupakan prioritas komponen pertama dalam mengembangkan dan mengelola taman ekologis. Setelah komponen keanekaragaman hayati, komponen tata guna lahan merupakan prioritas komponen kedua yang harus dipertimbangkan. Komponen pendidikan menjadi prioritas ketiga dalam pengembangan dan pengelolaan taman ekologis. Uniknya, komponen karya seni justru menjadi prioritas komponen keempat dalam mengembangkan konsep ecological art park. Keanekaragaman Hayati Komponen keanekaragaman hayati menjadi prioritas alternatif pertama dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 34.8. Bobot ini menunjukkan bahwa komponen keanekaragaman hayati memiliki pengaruh yang sangat besar dibandingkan dengan komponen-komponen lainnya dalam membentuk taman ekologis. Ketiadaan komponen keanekaragaman hayati dalam pengembangan dan pengelolaan taman ekologis akan sangat menurunkan faktor ekologis pada lanskap taman ekologis. Kebijakan mengenai sumber bibit dan benih merupakan alternatif kebijakan utama yang membentuk keanekaragaman hayati pada lanskap taman keanekaragaman hayati.

1. Sumber Bibit dan Benih

Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati, taman keanekaragaman hayati adalah suatu kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai konservasi in-situ danatau ex-situ. Taman keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk: 1 koleksi 77 tumbuhan, 2 pengembangbiakan tumbuhan dan satwa pendukung penyedia bibit, 3 sumber genetik tumbuhan dan tanaman lokal, 4 sarana pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan ekowisata, 5 sumber bibit dan benih, 6 ruang terbuka hijau, danatau 7 penambahan tutupan vegetasi. Pada Eco-Art Park Sentul City terdapat 116 jenis tanaman sebagai koleksi yang terdiri atas rumput, semak, perdu, dan pohon. Di dalam area ini terdapat 8 buah alat peraga fisika dan beragam tumbuhan yang memberikan pendidikan bagi pengunjung, menjadi salah satu upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan ekowisata, dan sebagai sarana untuk melakukan penelitian. Eco-Art Park Sentul City berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, yaitu ruang dalam bentuk area yang pada dasarnya tanpa bangunan, serta bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan, yang terbentuk dengan budidaya atau binaan dari manusia Inmendagri No. 14 Tahun 1988. Keberadaan Eco-Art Park Sentul City ini juga menjadi penambahan tutupan vegetasi pada kawasan Sentul City dengan areanya yang terdiri atas 61 tutupan vegetasi. Pembangunan Eco-Art Park Sentul City ini mewujudkan beberapa pemanfaatan taman keanekaragaman hayati, yaitu sebagai koleksi tumbuhan; sarana pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan ekowisata; sebagai ruang terbuka hijau; dan sebagai penambahan tutupan vegetasi khususnya pada kawasan Sentul City. Namun, Eco-Art Park belum mewujudkan pemanfaatan taman keanekaragaman hayati sebagai sarana pengembangbiakan tumbuhan dan satwa pendukung penyedia bibit, sumber genetik tumbuhan dan tumbuhan lokal, maupun sumber bibit dan benih. Eco-Art Park Sentul City dapat mengoptimalkan pemanfaatannya dengan upaya penambahan fasilitas, sarana, dan prasana untuk pengembangbiakan tumbuhan dan satwa, sarana persemaian, dan sarana pembibitan. Dengan demikian, perlu adanya perencanaan pembuatan sarana prasarana pembibitan dan persemaian dan penyiapan area pembibitan.

2. Jenis Spesies Tumbuhan dan Satwa

Setelah kebijakan mengenai sumber bibit dan benih, kebijakan mengenai jenis tumbuhan dan satwa merupakan alternatif kebijakan kedua dalam taman ekologis. Dalam Permen LH No. 03 Tahun 2012 ditetapkan mengenai desain vegetasi pada taman keanekaragaman hayati, yang menyatakan bahwa pada setiap hektar ditanam spesies tumbuhan lokal dengan populasi setiap spesies berasal dari induk berbeda, yaitu pada taman keanekaragaman hayati kabupaten tipe A dengan luas 10-14,9 ha, minimal harus terdapat 6 spesies lokal dengan populasi setiap spesies paling sedikit 15 individu yang berasal dari induk berbeda. Selain itu, pengelompokan spesies yang ditanam harus memperhatikan aspek perawakan atau habitus antarspesies tumbuhan dan persyaratan tumbuh tumbuhan. Menurut Cranz dan Boland 2003, taman ekologis bertujuan sebagai taman swasembada. Penanaman bergantung pada spesies asli atau regional yang sesuai untuk mengurangi kebutuhan intervensi manusia. Penggunaan spesies eksotik dihindari. Rumput ditanam serta dikelola sesuai dengan tapak dan keadaan sosial. Padang rumput terbuka berfungsi utama sebagai sumber daya visual yang ditanami dengan campuran rumput asli dan dibiarkan tumbuh sampai ketinggian maksimalnya. Tanaman berbunga yang dihadirkan beberapa berupa tanaman herbal. Tanaman tersebut menyediakan habitat bagi burung, lebah, dan serangga, bahkan ketika manusia hanya menganggapnya sebagai ornamen. Perlu adanya 78 tanaman air yang mendukung kehidupan satwa, meliputi amfibi seperti kodok, yang termasuk ke dalam spesies yang sudah semakin sedikit jumlahnya. Berdasarkan hasil pengamatan, penanaman pada area Eco-Art Park Sentul City menggunakan campuran tanaman introduksi dari tanaman Asia Tenggara, Asia Pasifik, Amerika, dan Afrika; tanaman eksotik; dan tanaman asli . Banyaknya tanaman introduksi yang digunakan pada taman ini menyebabkan tingginya kebutuhan intervensi manusia dalam pemeliharaan tanaman. Desain penanaman pada Eco-Art Park Sentul City adalah pohon bertajuk lebar sebagai peneduh dan tanaman penutup tanah, semak, dan perdu sebagai display plant. Rumput ditanam sebagai transisi antar taman tematik. Padang rumput terbuka yang ditanami dengan tanaman penahan erosi terdapat di sepanjang daerah sempadan sungai, dan berfungsi sebagai tempat bagi para pengunjung untuk duduk-duduk, bersantai, dan piknik. Oleh karena itu, rumput di daerah tersebut dipangkas rapi secara rutin untuk menciptakan kenyamanan sebagai alas duduk pengunjung. Pada area Eco-Art Park Sentul City hanya ditanam beberapa tanaman berbunga, yaitu kacang-kacangan Arachis pintoi, ruellia Ruellia malacosperna Dwarf, flamboyan Delonix regia, soka Ixora sp., dan bawang brojol Zephyranthes sp.. Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman berbunga tidak tumbuh optimal sehingga bunga pada tanaman tersebut tidak mekar atau layu. Akibatnya, hanya sedikit burung, serangga, atau lebah yang berada di taman ini. Pada Eco-Art Park Sentul City tidak terdapat tempat khusus untuk tanaman air. Semua tanaman yang digunakan di Eco-Art Park Sentul City menggunakan tanah sebagai media tanam sehingga tidak terdapat habitat bagi satwa air. Dengan demikian, perlu upaya penambahan spesies lokal pada taman ekologis untuk memenuhi kriteria standar jumlah spesies pada taman keanekaragaman hayati, pengelolaan yang lebih intensif pada tanaman berbunga dan pengadaan tanaman air sebagai upaya penyediaan habitat satwa.

3. Jumlah Spesies Tumbuhan dan Satwa

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa dalam Permen LH No. 03 Tahun 2012 ditetapkan bahwa pada taman keanekaragaman hayati kabupaten tipe A minimal terdapat 6 spesies lokal dengan populasi setiap spesies paling sedikit 15 individu yang berasal dari induk berbeda. Mengenai luas area, luas Eco-Art Park Sentul City adalah sebesar 15.7 ha sehingga belum sesuai dengan tipe taman keanekaragaman hayati kabupaten. Dalam implementasinya, pada lanskap ini terdapat 6 spesies lokal tetapi belum semua spesies memiliki jumlah lebih dari 15 individu dari induk yang berbeda. Pada taman palem, sebagian besar tanaman memiliki jumlah kurang dari 15 individu. Pada bamboo forest hanya terdapat satu individu untuk masing-masing spesies. Sebagian besar tanaman pada exotic plant farm telah memiliki jumlah lebih dari 15 individu pada masing-masing spesies. Pada herbal farm sebagian besar individu memiliki jumlah kurang dari 15, dan hanya 10 spesies yang memiliki jumlah lebih dari 15 individu Tabel 22. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, dinyatakan bahwa pengelolaan tumbuhan dan satwa di luar habitatnya ex situ dilakukan dalam bentuk kegiatan: pemeliharaan; pengembangbiakan; pengkajian, penelitian, dan pengembangan; rehabilitasi satwa; dan penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa. Kegiatan tersebut wajib memenuhi syarat menjaga kemurnian jenis; menjaga keanekaragaman 79 genetik; melakukan penandaan dan sertifikasi; membuat buku daftar istilah studbook. Pada Eco-Art Park Sentul City perlu dilakukan kegiatan pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya ex situ tersebut. Tabel 22 Jenis dan jumlah tanaman pada Eco-Art Park Sentul City Taman tematik Fungsi tanaman Total jenis tanaman Total jumlah tanaman Taman palem Display plant 18 jenis 103 batang Bamboo forest Display plant, pembatas 7 jenis 7 pot Exotic plant farm Display plant 32 jenis 2 060 m2 Vertical greenery Display plant 26 jenis 102 polybag Herbal farm Tanaman herbal 33 jenis 273 pot, 106 batang, 50 polybag Tata Guna Lahan Komponen tata guna lahan menjadi prioritas alternatif kedua dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 19.9. Kebijakan mengenai ruang terbuka hijau di dalam taman merupakan alternatif kebijakan utama yang membentuk tata guna lahan pada lanskap taman keanekaragaman hayati. Perencanaan pembangunan taman keanekaragaman hayati dilaksanakan melalui tahapan yang ditentukan dalam Permen Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2012, yaitu salah satunya adalah mengenai tata guna lahan, yaitu penetapan tapak. Kriteria tapak yang dimaksud adalah tapak yang berada di luar kawasan hutan, tidak berstatus sengketa, terdapat kepastian peruntukan lahan melalui penetapan, diutamakan berada pada ketinggian antara 400-600 mdpl, diutamakan dekat dengan sumber air, dan memiliki luas tertentu sesuai dengan tipe Taman Keanekaragaman Hayati yang tercantum pada Permen LH No. 03 Tahun 2012. Pembangunan Eco-Art Park Sentul City ini telah sesuai dengan beberapa poin dalam kriteria tapak tersebut, yaitu lokasi Eco-Art Park Sentul City berada di luar kawasan hutan, lahan tidak berstatus sengketa, dan dekat dengan sumber air yaitu Sungai Cikeas. Eco-Art Park Sentul City dibangun pada tapak sesuai dengan peruntukan lahan yang telah ditetapkan dalam master plan Sentul City. Area ini berada pada ketinggian 186-194 mdpl, yang berarti tidak sesuai dengan keutamaan ketinggian taman keanekaragaman hayati yaitu pada 400-600 mdpl. Luas Eco-Art Park Sentul City adalah sebesar 1.57 ha, di mana luas ini lebih kecil daripada ketetapan luas taman keanekaragaman hayati kabupaten, yang memiliki luas minimum 10-14,9 ha untuk taman keanekaragaman hayati kabupaten tipe A. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ketinggian dan luas area, Eco-Art Park Sentul City belum memenuhi kriteria, sedangkan untuk memperluas area tidak dapat dilakukan karena tidak ada lahan kosong di sekitar ecopark, semua daerah yang berbatasan dengan ecopark adalah lahan terbangun dan badan air.

1. Ruang Terbuka Hijau

Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988, definisi ruang terbuka hijau adalah ruang dalam bentuk area yang pada dasarnya tanpa bangunan, serta bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan, yang terbentuk dengan budidaya atau binaan dari manusia. Dalam Permen LH Nomor 03 Tahun