80 2012 ditetapkan pengalokasian tapak taman keanekaragaman hayati yang terdiri
atas tapak koleksi tumbuhan dengan luasan paling sedikit 90 dari luas lahan. Sesuai ketetapan ini,
Eco-Art Park Sentul City belum memenuhi kriteria yang ditetapkan mengingat tapak koleksi tumbuhan pada area ini hanya sebesar 30
dari luas area, yaitu 4 797 m
2
. Area penyangga yang berisi vegetasi memiliki luas 31 dari luas area, yaitu 4 945 m
2
. Penjumlahan luas kedua area ini menunjukkan bahwa area koleksi tumbuhan pada tapak adalah sebesar 61. Dengan demikian,
diperlukan adanya penambahan alokasi tapak untuk koleksi tumbuhan sebesar 29 dari luas area
Eco-Art Park Sentul City, yaitu 4 553 m
2
.
2. Infrastruktur
Dalam Permen LH No. 03 Tahun 2012 juga disebutkan bahwa desain infrastruktur taman keanekaragaman harus memenuhi kriteria rancangan
infrastruktur yang memperhatikan fungsi ekosistem, lanskap, dan estetika. Ketetapan dalam Permen LH tersebut menyebutkan bahwa tapak infrastruktur
pada taman keanekaragaman hayati harus tersedia dengan luasan maksimal 10 dari luas area. Alokasi tapak untuk infrastruktur ini adalah infrastruktur yang
meliputi jalan setapak, pos pemantau, drainase, dan penampungan air. Pengembangan infrastruktur tambahan dapat dibangun di luar areal taman
keanekaragaman hayati. Pada
Eco-Art Park Sentul City, alokasi tapak infrastruktur di dalam area adalah sebesar 8 dari luas area, yaitu 1 196 m
2
, dan tidak terdapat infrastruktur tambahan di luar area. Dengan demikian, tapak
infrastruktur masih dapat dimaksimalkan dengan menambah alokasi tapak infrastruktur sebesar 2 dari luas area, yaitu 314 m
2
. Cranz dan Boland 2003 menyebutkan bahwa pada taman ekologis
diperlukan adanya infrastruktur berupa jalan setapak. Jalan setapak untuk berjalan
kaki dibedakan karena pengunjung lebih menyukai jalan yang terbuat dari material lembut dan organik. Bagian tengah jalan setapak dapat dilapisi dengan
material permeabel, untuk mengakomodasi pengguna sepatu roda , sepeda, dan
kursi roda. Pada Eco-Art Park Sentul City, jalan setapak dibuat dari bahan
perkerasan dan pavement. Di bagian tengah terdapat penggunaan material
permebael sehingga pengunjung dapat menggunakan sepatu roda, sepeda, maupun kursi roda di dalam area.
Pendidikan
Komponen pendidikan menjadi prioritas alternatif ketiga dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 10.2. Bobot ini menunjukkan bahwa
komponen pendidikan memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan komponen karya seni dalam membentuk
ecological art park. Setelah keanekaragaman hayati dan tata guna lahan, komponen pendidikan merupakan
komponen pertama yang harus diutamakan karena tujuan utama dalam mengembangkan lanskap
ecological art park adalah untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat. Pengembangan lanskap seni dan ilmu pengetahuan
dipahami oleh masyarakat paling baik melalui program pendidikan dan pelayanan berbasis masyarakat. Kebijakan mengenai pengenalan koleksi tumbuhan
merupakan alternatif kebijakan utama yang membentuk pendidikan pada lanskap.
81
1. Pengenalan Koleksi Tumbuhan
Taman keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan perlu menyediakan fasilitas pendidikan, salah satunya untuk pengenalan koleksi
tumbuhan, terutama bagi anak-anak. Untuk memenuhi kebutuhan pengenalan langsung kepada anak-anak mengenai tumbuhan, diperlukan adanya pembelajaran
bagi anak-anak secara langsung mengenai morfologi, asal-usul, keunikan, dan pemanfaatan tanaman bagi kehidupan Wisata Edukasi Indonesia 2013. Pada
Eco-Art Park Sentul City, fasilitas pendidikan yang disediakan berupa papan informasi tanaman hanya terdapat pada area
herbal farm, sedangkan pada taman tematik lainnya tidak terdapat papan informasi tanaman. Perlu upaya pengadaan
papan informasi maupun media interpretasi mengenai ekosistem, siklus hidup tumbuhan, fungsi tumbuhan, dan informasi lainnya agar dapat menjadi
pembelajaran bagi masyarakat.
2. Pengenalan Koleksi Satwa
Tidak hanya tumbuhan, pengenalan mengenai satwa juga perlu untuk diadakan di taman keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan. Pengenalan
mengenai nama satwa dapat dilakukan dengan adanya penangkaran satwa tertentu yang merupakan satwa endemik maupun satwa yang terancam punah. Pada
Eco- Art Park Sentul City tidak terdapat upaya pengawetan jenis satwa seperti
penangkaran satwa. Fasilitas pendidikan untuk pengenalan koleksi satwa dapat berupa papan informasi dan media interpretasi mengenai siklus hidup satwa,
fungsi satwa, habitat satwa, pakan satwa, dan informasi terkait satwa tersebut untuk pendidikan masyarakat.
3. Pengenalan Seni dan Budaya
Taman ekologis harus memperhatikan budaya dan seni Cranz dan Boland 2003. Dalam implementasinya,
Eco-Art Park Sentul City berusaha melestarikan budaya dan seni dalam bentuk karya seni patung, arsitektur bangunan, barang
antik, dan hasil olahan kayu. Pengenalan seni dan budaya ini perlu dilengkapi dengan fasilitas seperti media interpretasi karya seni patung agar pengunjung
memahami konsep desain dan makna di balik karya seni. Informasi mengenai karya seni lainnya juga diperlukan untuk pemahaman pengunjung.
Karya Seni
Komponen karya seni menjadi prioritas alternatif keempat dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 9.5. Komponen karya seni berada
pada urutan setelah komponen pendidikan. Hal ini disebabkan pengadaan karya seni pada taman ekologis bertujuan untuk menunjang pendidikan dalam taman
bagi masyarakat. Kebijakan mengenai wisata ekosistem merupakan alternatif kebijakan utama pembentuk rekreasi pada lanskap taman ekologis.
1. Kesesuaian Desain Karya Seni
Karya seni yang ada pada Eco-Art Park Sentul City meliputi karya seni
patung dan bangunan dalam galeri ruang terbuka, serta karya seni olahan kayu dan barang antik dalam galeri ruang tertutup.
Public art adalah seni yang ditampilkan oleh lembaga masyarakat, pada ruang publik, dan menggunakan biaya publik Mitchell 1990.
Public art biasanya