79 genetik; melakukan penandaan dan sertifikasi; membuat buku daftar istilah
studbook. Pada Eco-Art Park Sentul City perlu dilakukan kegiatan pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya
ex situ tersebut. Tabel 22 Jenis dan jumlah tanaman pada
Eco-Art Park Sentul City
Taman tematik Fungsi tanaman
Total jenis tanaman
Total jumlah tanaman
Taman palem Display plant
18 jenis 103 batang
Bamboo forest Display plant,
pembatas 7 jenis
7 pot Exotic plant
farm Display plant
32 jenis 2 060 m2
Vertical greenery
Display plant 26 jenis
102 polybag Herbal farm
Tanaman herbal 33 jenis
273 pot, 106 batang, 50 polybag
Tata Guna Lahan
Komponen tata guna lahan menjadi prioritas alternatif kedua dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 19.9. Kebijakan mengenai ruang
terbuka hijau di dalam taman merupakan alternatif kebijakan utama yang membentuk tata guna lahan pada lanskap taman keanekaragaman hayati.
Perencanaan pembangunan taman keanekaragaman hayati dilaksanakan melalui tahapan yang ditentukan dalam Permen Lingkungan Hidup No. 03 Tahun
2012, yaitu salah satunya adalah mengenai tata guna lahan, yaitu penetapan tapak. Kriteria tapak yang dimaksud adalah tapak yang berada di luar kawasan hutan,
tidak berstatus sengketa, terdapat kepastian peruntukan lahan melalui penetapan, diutamakan berada pada ketinggian antara 400-600 mdpl, diutamakan dekat
dengan sumber air, dan memiliki luas tertentu sesuai dengan tipe Taman Keanekaragaman Hayati yang tercantum pada Permen LH No. 03 Tahun 2012.
Pembangunan Eco-Art Park Sentul City ini telah sesuai dengan beberapa
poin dalam kriteria tapak tersebut, yaitu lokasi Eco-Art Park Sentul City berada di
luar kawasan hutan, lahan tidak berstatus sengketa, dan dekat dengan sumber air yaitu Sungai Cikeas.
Eco-Art Park Sentul City dibangun pada tapak sesuai dengan peruntukan lahan yang telah ditetapkan dalam
master plan Sentul City. Area ini berada pada ketinggian 186-194 mdpl, yang berarti tidak sesuai dengan
keutamaan ketinggian taman keanekaragaman hayati yaitu pada 400-600 mdpl. Luas
Eco-Art Park Sentul City adalah sebesar 1.57 ha, di mana luas ini lebih kecil daripada ketetapan luas taman keanekaragaman hayati kabupaten, yang memiliki
luas minimum 10-14,9 ha untuk taman keanekaragaman hayati kabupaten tipe A. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ketinggian dan luas area,
Eco-Art Park Sentul City belum memenuhi kriteria, sedangkan untuk memperluas area tidak
dapat dilakukan karena tidak ada lahan kosong di sekitar ecopark, semua daerah
yang berbatasan dengan ecopark adalah lahan terbangun dan badan air.
1. Ruang Terbuka Hijau
Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988, definisi ruang terbuka hijau adalah ruang dalam bentuk area yang pada dasarnya tanpa
bangunan, serta bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan, yang terbentuk dengan budidaya atau binaan dari manusia. Dalam Permen LH Nomor 03 Tahun
80 2012 ditetapkan pengalokasian tapak taman keanekaragaman hayati yang terdiri
atas tapak koleksi tumbuhan dengan luasan paling sedikit 90 dari luas lahan. Sesuai ketetapan ini,
Eco-Art Park Sentul City belum memenuhi kriteria yang ditetapkan mengingat tapak koleksi tumbuhan pada area ini hanya sebesar 30
dari luas area, yaitu 4 797 m
2
. Area penyangga yang berisi vegetasi memiliki luas 31 dari luas area, yaitu 4 945 m
2
. Penjumlahan luas kedua area ini menunjukkan bahwa area koleksi tumbuhan pada tapak adalah sebesar 61. Dengan demikian,
diperlukan adanya penambahan alokasi tapak untuk koleksi tumbuhan sebesar 29 dari luas area
Eco-Art Park Sentul City, yaitu 4 553 m
2
.
2. Infrastruktur
Dalam Permen LH No. 03 Tahun 2012 juga disebutkan bahwa desain infrastruktur taman keanekaragaman harus memenuhi kriteria rancangan
infrastruktur yang memperhatikan fungsi ekosistem, lanskap, dan estetika. Ketetapan dalam Permen LH tersebut menyebutkan bahwa tapak infrastruktur
pada taman keanekaragaman hayati harus tersedia dengan luasan maksimal 10 dari luas area. Alokasi tapak untuk infrastruktur ini adalah infrastruktur yang
meliputi jalan setapak, pos pemantau, drainase, dan penampungan air. Pengembangan infrastruktur tambahan dapat dibangun di luar areal taman
keanekaragaman hayati. Pada
Eco-Art Park Sentul City, alokasi tapak infrastruktur di dalam area adalah sebesar 8 dari luas area, yaitu 1 196 m
2
, dan tidak terdapat infrastruktur tambahan di luar area. Dengan demikian, tapak
infrastruktur masih dapat dimaksimalkan dengan menambah alokasi tapak infrastruktur sebesar 2 dari luas area, yaitu 314 m
2
. Cranz dan Boland 2003 menyebutkan bahwa pada taman ekologis
diperlukan adanya infrastruktur berupa jalan setapak. Jalan setapak untuk berjalan
kaki dibedakan karena pengunjung lebih menyukai jalan yang terbuat dari material lembut dan organik. Bagian tengah jalan setapak dapat dilapisi dengan
material permeabel, untuk mengakomodasi pengguna sepatu roda , sepeda, dan
kursi roda. Pada Eco-Art Park Sentul City, jalan setapak dibuat dari bahan
perkerasan dan pavement. Di bagian tengah terdapat penggunaan material
permebael sehingga pengunjung dapat menggunakan sepatu roda, sepeda, maupun kursi roda di dalam area.
Pendidikan
Komponen pendidikan menjadi prioritas alternatif ketiga dalam taman ekologis dengan bobot komponen sebesar 10.2. Bobot ini menunjukkan bahwa
komponen pendidikan memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan komponen karya seni dalam membentuk
ecological art park. Setelah keanekaragaman hayati dan tata guna lahan, komponen pendidikan merupakan
komponen pertama yang harus diutamakan karena tujuan utama dalam mengembangkan lanskap
ecological art park adalah untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat. Pengembangan lanskap seni dan ilmu pengetahuan
dipahami oleh masyarakat paling baik melalui program pendidikan dan pelayanan berbasis masyarakat. Kebijakan mengenai pengenalan koleksi tumbuhan
merupakan alternatif kebijakan utama yang membentuk pendidikan pada lanskap.