Perumusan Masalah Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Pendapatan Usahatani Padi yang Hilang dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kecamatan Bogor Selatan)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Teori Kependudukan Thomas Robert Malthus

Menurut Deliarnov 2005, berdasarkan Malthus dalam bukunya berjudul principles of population menyebutkan bahwa perkembangan manusia lebih cepat di bandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Malthus orang yang pesimis terhadap masa depan manusia. Hal itu didasari dari kenyataan bahwa lahan pertanian sebagai salah satu faktor produksi utama jumlahnya tetap. Pemakaian untuk produksi pertanian bisa ditingkatkan, peningkatan tidak terlalu besar, karena lahan pertanian akan semakin berkurang keberadaannya disebabkan membangun perumahan, pabrik-pabrik serta industri lainnya. Salah satu saran Malthus agar manusia terhindar dari kekurangan bahan makanan adalah dengan kontrol atau pengawasan atas pertumbuhan penduduk. Pengawasan bisa dilakukan oleh pemerintah yang berwenang dengan berbagai kebijakan misalnya dengan program keluarga berencana. Terdapat pengawasan diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk, sehingga bahaya terhadap pangan bisa teratasi. Kebijakan lain yang dapat diterapkan adalah dengan menunda usia menikah sehingga dapat mengurangi jumlah anak. Menurut Todaro 1995 Malthus berpendapat bahwa penduduk suatu Negara mempunyai kecendrungan untuk bertambah menurut suatu deret ukur yang akan berlipat ganda tiap 30-40 tahun. Pada saat yang sama karena adanya ketentuan pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung. Hal ini dikarenakan setiap anggota masyarakat akan memiliki lahan pertanian yang semakin sempit, maka kontribusi marjinal atas produksi pangan akan semakin menurun. Malthus mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal, dan perencanaan produksi. Malthus mengatakan: 1. Tingkat pengembangan teknologi tidak sama diseluruh Negara. 2. Kemampuan yang berbeda-beda untuk mengadakan penanaman modal. 3. Faktor kesehatan rakyat dan pengaruhnya terhadap penghidupan sosio ekonomi kultural. 4. Masalah urbanisasi yang terdapat dimana-mana. 5. Taraf pendidikan rakyat tidak sama. 6. Proses-proses sosial yang menghambat kemajuan. 7. Faktor komunikasi dan infrastruktur yang belum sama peningkatannya. 8. Faktor-faktor sosial ekonomi serta pelaksanaan distribusinya. 9. Kemampuan sumber alam tidak akan mampu terus menerus ditingkatkan menurut kemampuan manusia tanpa batas, melainkan akhirnya akan sampai pada suatu titik, dimana tidak dapat ditingkatkan lagi.

2.1.2 Teori Lokasi

Teori lokasi dikembangkan oleh Von Thunen dan Wlater Christaller 1933. Von Thunen adalah seorang ahli Ekonomi Pertanian dari Jerman yang mengidentifikasi teori lokasi. Von Thunen menjelaskan bahwa terdapat perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian dan suatu pola produksi pertanian berhubungan dengan pola tata guna lahan di wilayah sekitar pusat pasar atau kota. Pola pemanfaatan lahan merupakan konsep tata ruang yang dikemukakan oleh Von Thunen, di mana pada lahan yang berbeda terdapat berbagai penggunaan lahan sesuai dengan lokasi. Pola pemanfaatan lahan digambarkan sebagai berikut. Sumber: Richardson 1977 Gambar 2 Pola Pemannfaatan Lahan Keterangan gambar : 1. Pusat Pertumbuhan pasar, rumah, palawija, dan ternak kecil 2. Gandum dan Padi 3. Ternak besar 4. Hutan untuk bahan bakar Gambar 2 menunjukkan bahwa lingkaran pertama merupakan wilayah yang berada di pusat kota dan cendrung kepada aktivitas perekonomian. Sebaliknya, lingkaran yang berada pada daerah dua sampai dengan empat adalah wilayah lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian secara luas. Maka dengan adanya pola penggunaan lahan pada Gambar 2 menerangkan bahwa setiap lahan memiliki fungsi pemanfaatan yang berbeda tergantung dari keberadaan lahan itu. Sedangkan teori Christaller 1933 menjelaskan susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya dalam suatu wilayah. Pusat- pusat pelayanan tersebar di dalam wilayah menurut pola heksagon. Lokasi dan pola persebaran pemukiman dalam ruang, dalam suatu ruang ditemukan persebaran pola pemukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya. Christaller terdapat asumsi dalam penyusunan teori, seperti : 1. Konsumen yang menanggung ongkos angkutan. 2. Jangkauan suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu. 3. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat. 4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah sekitarnya. 5. Wilayah tersebut sebagai dataran yang rata, ciri ekonomis sama, dan penduduk tersebar secara merata.

2.1.3 Konsep Land Rent

Persaingan kebutuhan penggunaan lahan ditentukan oleh besarnya nilai sewa ekonomi lahan land rent. Sewa lahan yang dihasilkan oleh lahan pada suatu wilayah berbeda-beda tergantung pada penggunaan lahan. Menurut Barlowe 1978, sewa ekonomi lahan mengandung pengertian nilai ekonomi diperoleh suatu bidang lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Besaran ekonomi lahan menurut penggunaan berbagai kegiatan produksi ditunjukkan: 1 industri manufaktur, 2 perdagangan, 3 pemukiman, 4 pertanian intensif, dan 5 pertanian ekstensif. Ilustrasi land rent sisa surplus ekonomi setelah biaya produksi dikeluarkan dijelaskan pada gambar 3. Selanjutnya menurut Barlowe 1978, dari segi penggunaannya lahan mempunyai kompetisi, di mana adanya ketidakseimbangan penawaran dan permintaan lahan.