Gambar 2 menunjukkan bahwa lingkaran pertama merupakan wilayah yang berada di pusat kota dan cendrung kepada aktivitas perekonomian.
Sebaliknya, lingkaran yang berada pada daerah dua sampai dengan empat adalah wilayah lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian secara luas. Maka
dengan adanya pola penggunaan lahan pada Gambar 2 menerangkan bahwa setiap lahan memiliki fungsi pemanfaatan yang berbeda tergantung dari
keberadaan lahan itu. Sedangkan teori Christaller 1933 menjelaskan susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya dalam suatu wilayah. Pusat-
pusat pelayanan tersebar di dalam wilayah menurut pola heksagon. Lokasi dan pola persebaran pemukiman dalam ruang, dalam suatu ruang ditemukan
persebaran pola pemukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya. Christaller terdapat asumsi dalam penyusunan teori, seperti :
1. Konsumen yang menanggung ongkos angkutan.
2. Jangkauan suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya
dan waktu. 3.
Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat. 4.
Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah sekitarnya. 5.
Wilayah tersebut sebagai dataran yang rata, ciri ekonomis sama, dan penduduk tersebar secara merata.
2.1.3 Konsep Land Rent
Persaingan kebutuhan penggunaan lahan ditentukan oleh besarnya nilai sewa ekonomi lahan land rent. Sewa lahan yang dihasilkan oleh lahan pada
suatu wilayah berbeda-beda tergantung pada penggunaan lahan. Menurut Barlowe 1978, sewa ekonomi lahan mengandung pengertian nilai ekonomi diperoleh
suatu bidang lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Besaran ekonomi lahan menurut penggunaan berbagai kegiatan produksi
ditunjukkan: 1 industri manufaktur, 2 perdagangan, 3 pemukiman, 4 pertanian intensif, dan 5 pertanian ekstensif. Ilustrasi land rent sisa surplus
ekonomi setelah biaya produksi dikeluarkan dijelaskan pada gambar 3. Selanjutnya menurut Barlowe 1978, dari segi penggunaannya lahan mempunyai
kompetisi, di mana adanya ketidakseimbangan penawaran dan permintaan lahan.
Penawaran terbatas sedangkan permintaan tak terbatas. Penggunaan sumberdaya lahan mengarah kepada penggunaan yang secara ekonomis lebih menguntungkan
seandainya tidak ada hambatan kelembagaan dan tujuan yang bertentangan. Lahan cendrung akan berpindah kepada pihak yang akan memberikan pendapatan yang
tertinggi. Menurut Barlowe 1978 secara umum sewa lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1 sewa kontrak Contract Rent, yaitu pembayaran dari
penyewa kepada pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu; 2 sewa ekonomi Economic Rent, yaitu pendapatan di atas minimum harga
penawaran yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses produksi. Sewa ekonomi bisa disebut juga sewa lahan.
Gambar 3 menjelaskan bahwa nilai total produk dihasilkan adalah ABEC dengan biaya produksi sebesar ADFB, dengan demikian land rent adalah ABEC
– ADFB = CDFE. Ada dua gejala yang muncul jika mekanisme pasar diterapkan
Barlowe, 1978 : 1 semakin besar land rent maka daya saing penggunaan lahan untuk menduduki prime location semakin besar. 2 penggunaan lahan yang
mempunyai land rent yang lebih besar akan menggeser penggunaan lahan dengan land rent lebih kecil.
MC
Biaya Produksi
C E
AC
Land Rent D
F
A B
Jumlah Output
Keterangan : MC = Marginal Cost
AC = Average Cost Sumber : Barlowe 1978
Gambar 3 Ilustrasi Land Rent sebagai sisa Surplus Ekonomi setelah Biaya Produksi dikeluarkan