tahun sebanyak 8 responden 19.04. Data tersebut menjelaskan pada tujuh kelurahan bahwa yang melakukan usahatani dijalankan oleh usia yang non
produktif. Selain itu, jumlah responden usia produktif kurang dari 35 tahun sudah tidak ada artinya bahwa kaum muda tidak menyukai dengan usahatani padi atau
pekerjaan sebagai bertani.
5.2.3 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden akan mempengaruhi pengetahuan petani tentang dampak konversi. Tingkat pendidikan responden di tujuh kelurahan masih
tergolong rendah karena masih ada responden yang tidak sekolah sebanyak 10 responden 23.80 sebagian besar responden yaitu sebanyak 28 responden
66.66 adalah lulusan sekolah dasar SD. Terdapat 4 orang responden 9.52 yang berpendidikan hingga lulus Sekolah Menengah Pertama SMP, sedangkan
responden yang sekolah sampai Sekolah Menengah Atas dan yang lulus hingga perguruan tinggi tidak ada.
Pada umumnya tingkat pendidikan yang rendah akan berdampak pada pengetahuan tentang konversi lahan pertanian, dan mengalami kesulitan dalam
memahami informasi. rendahnya tingkat pendidikan ini dipengaruhi oleh pola pikir responden yang masih beranggapan bahwa pendidikan bukanlah hal yang
utama dan tidak terlalu berpengaruh terhadap pekerjaan yang sudah mereka lakukan secara turun temurun.
5.2.4 Status kepemilikan lahan
Responden yang diwawancarai umumnya memiliki lahan dengan status kepemilikan sendiri sebanyak 19 orang 45.23, dan kepemilikan garapan yaitu
lahan dimiliki oleh pengembang sebanyak 23 responden 54.76. Kepemilikan lahan di Kecamatan Bogor Selatan paling banyak luas lahan pertanian dimiliki
oleh pengembang, jadi petani menggarap lahan pengembang. Petani dan pemilik lahan membuat kesepakatan hasil panen 13 untuk pemilik lahan.
5.2.5 Pengalaman bertani
Pengalaman bertani ditandai dengan lamanya waktu bertani yang telah dijalankan oleh responden. Banyaknya responden pada kisaran 10-20 tahun
sebanyak 18 responden 42.85, sedangkan pengalaman bertani pada kisaran 31- 40, dan 41-50 sebanyak 5 responden. Bertani merupakan usahatani yang telah
dijalankan secara turun menurun, sehingga pengalaman dalam bertani diperoleh sejak membantu orang tua dan keluarga. Penghasilan yang diperoleh dari bertani
dipakai untuk sebagian besar kebutuhan responden dari keperluan mencukupi kebutuhan sehari-hari hingga untuk kebutuhan persiapan pernikahan anggota
keluarga dapat dicukupi dari bertani yang menanam padi.
5.2.6 Luas Lahan
Mayoritas responden yang memiliki luas lahan dengan luas 1 000-5 000 m
2
yaitu sebanyak 32 responden 76.19 dan kepemilikan lahan responden paling sedikit dengan luas lebih dari 11 000 m
2
terdapat 1 responden 2.38. Berdasarkan data responden tentang luas lahan artinya bahwa di tujuh kelurahan
luas lahan yang dimiliki oleh responden kecilnya luas lahan tersebut, karena lahan yang mereka miliki sudah dimiliki pengembang dan lahan yang ditanami padi
tidak terlalu luas karena sistem irigasi yang sulit.
5.3 Kondisi Usahatani padi
Lahan pertanian di Kota Bogor pada tahun 2012, sebagian besar pada lahan bukan sawah yaitu sebesar 2 374 ha sekitar 76 . Sementara sisanya 24 adalah
lahan sawah. Sebagian besar pada wilayah Kecamatan Bogor Selatan 283ha, Bogor Barat 272ha, dan Bogor Timur 178ha. Penelitian ini fokus pada
Kecamatan Bogor Selatan dan Kelurahan Bojongkerta, Rancamaya, Kertamaya, Harjasari, Muarasari, Mulyaharja, dan Cikaret dari Kelurahan tersebut produksi
padi yang masih banyak dan terdapat panen raya oleh Walikota Bogor yaitu Kelurahan Mulyaharja. Di Kecamatan Bogor Selatan setengah lahan pertanian
sudah dimiliki oleh pengembang, petani ada sebagai penggarap dan pemilik. Lahan yang dimiliki tidak terlalu luas dan lahan pertanian tidak semua yang