Jenis Data dan Alat Prinsip dasar AHP

4. Kamera digital, dan voice recording, 5. Kuestioner 6. Peta Beberapa perangkat lunak yang digunakan untuk kebutuhan analisis data yaitu: ArcView 3.3, ERDAS imagin 8.5, CDP 3.04, perangkat lunak sistem dinamik yaitu Powersim Studio 2005,Minitab 14,Excel.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian dibagi dalam beberapa tahap kegiatan sesuai dengan tujuan Penelitian. Tahapan kegiatan, tujuan penelitian, metode penelitian dan analisis data, serta output penelitian secara ringkas disajikan pada Gambar 6 berikut:

3.3.1 Analisis Perubahan Luasan dan Sebaran Jenis Tutupan Lahan.

a. Metode Pengumpulan Data Data primer yang didapatkan dalam penelitian ini adalah peta sebaran fungsi lahan, perubahan suhu, kecepatan arah angin dan kelembaban. Sedangkan data sekunder adalah data sosial seperti jumlah penduduk, dan data konsumsi listrik di Kota Palu. b. Metode Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif kuantitaif yaitu dengan menguraikan luas sebaran, fungsi dan sistem pengelolaan ruang terbuka hijau yang ada saat ini. Analisis data dilengkapi dengan hasil tabulasi dan penggambaran grafik. 30 3.3.1 Analisis Hubungan Perubahan Luas RTH dan Distribusi Suhu, Hubungan Jumlah Penduduk dan Penggunaan Listrik, serta Peran dan Kebutuhan RTH di Kota Palu. a. Metode Pengumpulan Data Pengukuran Suhu dan kelembaban udara di sembilan titik pengambilan sampling. Pengukuran dilakukan secara serentak, pada pukul 10.00 WITA dan masing-masing titik dilakukan pengukuran ulangan sebanyak 6 kali. Selain melakukan pengamatan langsung, dilakukan juga proses pengumpulan data citra dengan cara mengunduh di website USGS melalui BIOTROP , analisis citra time series 1997-2010. Jenis penutupan lahan dan lokasi pengambilan contoh sampling disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 7. b. Metode Analisis Data Analisis perubahan penutupan lahan dilakukan dengan kegiatan pengolahan citra Landsat TM dan ETM menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine. Pengolahan citra Landsat TM dan ETM meliputi layer stack, koreksi geometrik, pemotongan citra, klasifikasi penutupan lahan, uji akurasi untuk hasil klasifikasi penutupan lahan. Untuk analisis distribusi suhu tidak dilakukan karena citra lansat yang ada rusak sehingga analisis suhu tidak valid untuk itu digunakan data BMKG series thn 1997-2010. Langkah-langkah dalam melakukan interpretasi citra dilakukan berdasarkan langkah-langkah berikut: b.1. Koreksi Geometrik Citra Landsat Data citra yang telah di layerstack kemudian dikoreksi berdasarkan koordinat geografisnya yang disebut dengan koreksi geometrik. Proses koreksi geometrik dilakukan dengan dua cara yaitu koreksi citra ke peta acuan atau koreksi citra ke citra acuan yang telah terkoreksi Jaya, 1997 dalam Haris, 2006. Pada penelitian kali ini koordinat yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator UTM dan sebagai acuan adalah citra series tahun 1997-2010 yang telah terkoreksi. Penggunaan koordinat UTM dimaksudkan untuk mempermudah proses analisis. Adapun langkah-langkah pengkoreksian citra adalah sebagai berikut: o Koreksi geometrik citra menggunakan titik ikat medan GCP pada citra Landsat yang akan dikoreksi dengan peta atau citra acuan. Pada penelitian ini yang digunakan adalah citra tahun series 1997-2010 yang telah terkoreksi proses georeferensi dari citra ke citra. Dari citra yang akan dikoreksi diambil koordinat filenya, dan citra acuan diambil koordinat lintang dan bujur pada lokasi yang sama. o Pencarian harga error dari titik kontrol agar dapat diketahui tingkat kesalahan pengolahan, dengan harga error maksimum 0,1. o Jika error mendekati 0,5 maka dapat dilakukan koreksi dengan interpolasi nearest neighbours. b.2 Pemotongan Citra Cropping Pemotongan citra dilakukan sesuai dengan daerah penelitian. Pada penelitian ini citra yang telah terkoreksi dipotong dengan peta Batas Administratif Kota Palu yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Palu. b.3. Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah klasifikasi terbimbing yang menggunakan training sample. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan Band 5, 4, dan 2. Adapun langkah yang dilakukan adalah: o Pengambilan Sampel Sebelum dilakukan proses klasifikasi peta diambil daerah latihan training sample areas dengan menggunakan peta rupa bumi sebagai acuan. Pengambilan sampel berdasarkan pada kenampakan warna yang terdapat pada citra atau pengamatan visual. Sampel dibagi dalam kelas lahan bervegetasi pohon, ladang, sawah, semak dan rumput, lahan terbangun, lahan terbuka dan badan air. o Proses Klasifikasi Klasifikasi dilakukan terhadap hasil sampling dengan menggunakan metode pengkelas kemiripan maksimum maximum like hood classification. Metode klasifikasi pengkelas kemiripan maksimum yaitu metode mempertimbangkan kemiripan spektral dengan spektral maksimum suatu objek yang dominan akan dimasukkan menjadi satu kelas dan jika nilai spektralnya jauh dari maksimum akan dimasukkan ke dalam kelas lain. Pada proses klasifikasi ini akan diperoleh citra kelas penutupan lahan dan presentase penutupan lahan dari masing-masing kelas. o Uji Akurasi Proses uji akurasi hanya dilakukan pada pengolahan penutupan lahan. Kegiatan uji akurasi digunakan untuk menilai seberapa besar kesesuaian antara hasil klasifikasi dengan kondisi tutupan lahan di lapangan. Tabel 5. Lokasi pengambilan sampel iklim mikro Lokasi Waktu Jenis Penutupan Lahan Posisi Geografis Elevasi Dpl m LS BT 1 Ngata Baru 10.00 Hutan Rakyat 00° 55 16,5 119° 57 16,5 317 2 Palupi 10.00 Permukiman 00° 55 39,6 119° 51 43,6 70 3 Bayoge 10.51 Kebun Campuran 00° 55 00,1 119° 57 17,0 49 4 Hasanudin Pertokoan 10.40 Pertokoan 00° 53 55,5 119° 52 21,3 38 5 Hasanudin Taman Kota 10.37 Taman Kota 00° 53 47,2 119° 52 06 37 6 Jl. Sudirman 10.33 Jalan Raya 00° 53 36,9 119° 52 11,3 28 7 S.T.Q 10.05 Hamparan Tumbuhan 00° 52 07,9 119° 53 16,5 90 8 Tondo 10.13 Industri 00° 49 12,5 119° 52 55,6 22 9 Taman Ria 10.27 Tepi Pantai 00° 53 05,1 119° 57 24,2 22 34

3.3.3 Membangun Model Hutan Kota di Kota Palu

Sistem dinamik digunakan untuk mensimulasikan perilaku interaksi antar sistem yang menentukan tingkat keberlanjutan kota-kota yang ada yang ditentukan oleh variabel biofisik sosial ekonomi dan lingkungan. Metode ini digunakan untuk menganalisis kompleksitas permasalahan pembangunan infrastruktur terpadu melibatkan banyak pihak stakeholders dan komponen- komponen dalam sistem tersebut sangat kompleks meliputi aspek lingkungan, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, hukum dan kelembagaan. Pendekatan sistem didefinisikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan cara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya adalah suatu sistem secara operasi yang secara efektif dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Menurut Eriyatno 2003, permasalahan tersebut dapat dalam bentuk perbedaan kepentingan conflict of interest atau keterbatasan sumberdaya limited of resource. Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas disiplin dan komplementer untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan beberapa tahapan secara sistematis dan terintegrasi, secara diagramatik disajikan pada Gambar 8. Lebih lanjut Eriyatno 2003 menjelaskan, prosedur analisis sistem meliputi beberapa tahapan diantaranya analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi. a. Analisis Kebutuhan Pada tahap ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, meliputi stakeholders yang terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah KotaKabupaten, Pengusaha, Masyarakat Pelaku Ekonomi Lokal, LSM, Masyarakat Perkotaan dan Lembaga KeuanganBadanNegara Donor. Kemudian dideskripsikan daftar kebutuhannya. Analisis kebutuhan dilakukan terhadap semua pelaku yang terlibat dalam sistem tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap perilaku sistem yang akan terjadi. Gambar 8. Tahapan pendekatan sistem dalam penelitian b. Formulasi Masalah Terjadinya konflik kepentingan antara para pemangku kebijakan, merupakan masalah yang membutuhkan solusi agar sistem dapat bekerja secara konstruktif dalam rangka mencapai tujuan dengan mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dari masing-masing pemangku kebijakan dengan adanya pengaruh dari pemangku kebijakan yang lain. Kota Palu sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, secara geografis terletak diantara 0,36 -0’,560” LS dan 119,45 -121’,10” BT, merupakan kota tropis yang memiliki bentang alam dengan kondisi biofisik dan panorama alam yang khas, membentang pada bagian Utara Lembah Palu dan Pesisir Teluk Palu. Mulai Analisis Kebutuhan Formulasi Permasalahan Identifikasi Sistem A A Pemodelan Sistem Implementasi Selesai Memuaska Memuaskan B Letak geografis dan kondisi lansekap yang sedemikian ini menyebabkan Kota Palu sebagai daerah bayang-bayang hujan dengan curah hujan terendah di Indonesia. Di sisi lain, adanya kawasan terbuka berupa lahan kering yang ada pada sebagian pesisir teluk juga telah berkontribusi menghasilkan emisi radiasi permukaan yang secara simultan dengan pergerakan udara dari permukaan air laut di Teluk Palu berperan menghasilkan suhu udara yang tinggi utamanya di kawasan perkotaan pada siang hari. Hal ini akan ditambah dengan permasalahan trend percepatan pertumbuhan penduduk perkotaan, peningkatan mobilisasi penduduk dan pembangunan industri yang tentunya akan berimbas pula terhadap kenaikan suhu udara di perkotaan Kondisi Kota Palu telah mengalami tekanan dan ancaman yang disebabkan oleh aktivitas industri dan kendaraan bermotor serta aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ekologis terutama iklim mikro sebagai penyeimbang dan penyerap polusi. c. Identifikasi Sistem Parameter rancang sistem adalah parameter-parameter yang mempengaruhi input sampai menjadi transformasi output. Tiap-tiap sistem memiliki parameter rancangan tersendiri, yang dapat berupa lokasi fisik, ukuran dari sistem dan komponennya, ukuran fisik dari sistem, serta jumlah dan tipe komponen dari sistem. Parameter rancang sistem cenderung konstan karena hal ini tidak dapat diubah tanpa penggantian sumberdaya. Dalam beberapa hal mungkin diharapkan untuk mengubahnya selama sistem berjalan untuk memperbaiki kemampuan sistem agar tetap berjalan baik apabila ada perubahan kondisi lingkungan. Pembangunan perkotaan akan menyebabkan penurunan fungsi ekologis terutama dari fungsi RTH. Pembangunan perkotaan akan menambah ruang kawasan terbangun baik berasal dari kawasan hunian maupun non kawasan hunian sehingga akan menyebabkan pengurangan luas ruang terbuka hijau selanjutnya akan menyebabkan perubahan iklim mikro. Secara garis besar Causal Loop Diagram tersaji pada Gambar 9 . Diagram Blackbox disajikan pada Gambar 10. Gambar 9. Diagram sebab akibat causal loop diagram pemodelan hutan kota untuk ameliorasi iklim mikro di Kota Palu. Luasan Hutan Kota Pembanguna n Hutan Kota Lahan Terbangun + - - Kebutuhan Hutan Kota + + Penduduk Manusia + + Lahan Terbuka - SUHU - RTH Penggunaan Listrik + - Lahan Pengembangan - - + - + Gambar 10. Diagram input-output Black Box pemodelan hutan kota untuk ameliorasi iklim mikro di Kota Palu. INPUT LINGKUNGAN ♦ Letak Geografis ♦ Iklim: Suhu Tinggi, INPUT TAK TERKENDALI ♦ Jumlah Penduduk ♦ Luasan RTH ♦ RTRWK Palu ♦ Kebijakan OUTPUT DIKEHENDAKI ♦ Suhu rendah, kelembaban tinggi ♦ Luasan hutan kota dan RTH cukup ♦ Lingkungan kota yang sejuk, sehat dan indah ♦ Vegetasi jenis terpilih OUTPUT TAK DIKEHENDAKI 1. VegetasiJenis Eksotik Tidak Terkendali 2. Alokasi Lahan Hutan Kota untuk Peruntukan Lainnya 3. Biaya Pembangunan dan Pemeliharaan Tidak Terkendali PENGELOLAAN HUTAN KOTA PEMODELAN HUTAN KOTA UNTUK AMELIORASI IKLIM MIKRO INPUT TERKENDALI ♦ Vegetasi Jenis Terpilih ♦ Alokasi lahan Letak ♦ Luasan Hutan Kota ♦ Dana Pembangunan dan Pengembangan Hutan Kota PARAMETER Pengukuran Suhu , kecepatan angin, kelembaban, arah angin, curah hujan, menentukan elevasi dari

3.3.4 Merumuskan

Kebijakan yang Dapat Direkomendasikan untuk Pembangunan Hutan Kota di Kota Palu Untuk merumuskan arahan kebijakan model hutan kota di Kota Palu digunakan pendekatan Analisis Hierarkhi Proses AHP. AHP digunakan dalam pengambilan keputusan atas permasalahan yang dilakukan secara kelompok dan permasalahan yang belum. AHP yang dikembangkan oleh Saaty 1993, merupakan suatu metode dalam memecahkan situasi kompleks dan tidak berstruktur ke dalam bagian komponen yang tersusun secara hierarki baik struktural maupun fungsional. Proses sistemik dalam AHP memungkinkan pengambil keputusan mempelajari interaksi secara simultan dari komponen dalam hirarki yang telah disusun. Keharusan nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu pengambil keputusan mempertahankan pola pikiran yang kohesif dan mencapai suatu kesimpulan. Penyusunan secara hirarki dalam AHP mencerminkan pemikiran untuk memilahkan elemen sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa pada tiap tingkat. Tingkat puncak yang disebut fokus hanya satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat berikutnya masing–masing dapat memiliki beberapa elemen. Dikarenakan elemen dalam suatu tingkat akan dibandingkan satu dengan yang lainnya terhadap suatu kriteria yang berada di tingkat atas, maka elemen dalam setiap tingkat harus dari derajat besaran yang sama Gambar 11. Metode AHP dimulai dengan menstrukturkan suatu situasi yang kompleks tak struktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata komponen atau variabel ke dalam suatu hirarki, memberi nilai relatif tingkat kepentingan yang ada setiap variabel dengan pertimbangan subyektif dan mensintesis berbagai pertimbangan tersebut untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dalam mempengaruhi hasil.

a. Prinsip dasar AHP

Prinsip dasar penyelesaian persoalan dengan metode AHP adalah decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency. 1 Decomposition Decomposition adalah proses pemecahan persoalan menjadi unsur- unsurnya. Pemecahan dilanjutkan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak dapat dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat 2 Comparative judgement Comparative judgement adalah membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian dapat disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparition. 3 Synthesis of Priority Synthesis of priority adalah menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. Penentuan peringkat dilakukan dengan cara mencari eigenvector pada setiap matrik pairwise comparison untuk mendapatkan local priority. Karena matrik pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis diantara local priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. 4 Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek- obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Konsistensi logis menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. 5 Komparasi berpasangan Penentuan tingkat kepentingan bobot dari elemen-elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki dilakukan dengan judgement melalui pembandingan. Nilai tingkat kepentingan ini dinyatakan dalam bentuk kualititif dengan membandingkan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Untuk mengkuantifikasikan digunakan skala penilaian. Menurut Saaty 1993, skala penilaian 1 sampai 9 merupakan yang terbaik berdasarkan nilai Root Mean Square Deviation RMS dan Median Absolute Deviation atau MAD Tabel 6. Tabel 6. Skala komparasi dalam AHP Tingkat Kepentingan Definisi 1 Sama pentingnya 3 Sedikit lebih penting 5 Jelas lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting 9 Mutlak lebih penting 2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan 1 1- 9 Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 – 9. Sumber: Saaty 1993

b. Langkah-langkah Penyelesaian

6. Matriks pendapat individu Pada penentuan tingkat kepentingan bobot dari elemen-elemen keputusan di setiap tingkat hirarki keputusan dilakukan dengan judgement melalui komparasi berpasangan. Nilai yang didapat disusun dalam bentuk matrik individu dan gabungan yang kemudian diolah untuk mendapatkan peringkat. Jika C 1 , C 2, …….. Cn merupakan set elemen suatu tingkat keputusan dalam hirarki, maka kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan setiap elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matrik A yang berukuran n x n. Apabila C i dibandingkan dengan C j , maka a ij merupakan nilai matriks pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan C i terhadap C j . Nilai matriks a ij = 1 a ij , yaitu nilai kebalikan dari nilai matriks a ij . Untuk i = j , maka nilai matriks a ij = a ji = 1, karena perbandingan elemen terhadap elemen itu sendiri adalah 1. Formulasi matriks A yang berukuran n x n dengan elemen C 1 , C 2, …….. Cn untuk ij = 1, 2, 3, ……n dan ij adalah sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Transformasi Matriks Pendapat C 1 C 2 C 3 .. C n C 1 1 a 12 a 13 .. a 1n C 2 1 a 12 1 a 23 .. a 2n C 3 1 a 13 1 a 23 1 .. a 3n .. .. .. .. .. .. C n 1 a 1n 1 a 2n 1 a 3n .. 1 7. Matriks pendapat gabungan Matriks pendapat gabungan G, merupakan susunan matriks baru yang elemen-elemen matriksnya g ij berasal dari rata-rata geometrik pada elemen matriks pendapat individu a ij yang resiko konsistensinya CR memenuhi persyaratan. Formulasi nilai rata-rata geometrik adalah sebagai berikut: m m 1 k k ij ij a g ∏ = = Keterangan : g ij = Elemen matriks pendapat gabungan pada baris ke-i dan kolom ke-j a ij = Elemen matrik pendapat individu pada baris ke-i dan kolom ke- j untuk matriks pendapat individu dengan Rasio Konsistensi CR yang memenuhi persyaratan ke-k. ij = 1, 2, …..…………. n k = 1, 2, …………….. m m = Jumlah matriks pendapat individu dengan CR memenuhi persyaratan 8. Pengolahan horizontal Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen- elemen keputusan pada tingkat hirarki keputusan. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal ditunjukkan pada persamaan- persamaan berikut: Perkalian baris Z i dengan rumus: m m 1 k i k ij a Z ∏ = = Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen VP i dengan rumus: ∑ ∏ ∏ = = = = n 1 i n m 1 k ijk n m 1 k ijk i a a VP Perhitungan nilai eigen maksimum λ mak dengan rumus: VP ij a VA × = , dengan i va VA = i VP VA VB = , dengan i vb = VB ∑ = = λ n 1 i i max vb n 1 , untuk i = 1, 2, 3, …. n Perhitungan indeks konsistensi CI dengan rumus: 1 n CI max − λ = − n Perhitungan rasio konsistensi CR dengan rumus: