Skenario Moderat Penyusunan Skenario Model Hutan Kota untuk Ameliorasi Iklim Mikro

Hasil analisis AHP pada level ketiga atau aktor memberikan gambaran prioritas Gambar 45. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa aktor utama dalam kebijakan pembangunan hutan kota di Kota Palu adalah pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah. Bobot terbesar ditunjukkan oleh aktor ini dengan jumlah 0,33. Masyarakat merupakan aktor dengan prioritas kedua dengan bobot 0,24 dan perguruan tinggi merupakan prioritas ketiga dengan bobot 0,21. Pihak swasta dan LSM memiliki bobot yang relatif kecil masing-masing sebesar 0,12 dan 0,10. Gambar 45. Nilai bobot prioritas pada level aktor Pemerintah Kota Palu memiliki peran terbesar dalam kebijakan pembangunan hutan Kota Palu. Regulasi yang mendukung peran tersebut adalah Undang Undang No 27 tahun 2006 tentang Penataan Ruang. Olehnya itu, maka Pemerintah Kota Palu menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu tahun 2010 – 2030 yang bertujuan untuk mewujudkan ruang Kota Palu sebagai kota teluk berwawasan lingkungan yang berbasis pada jasa, perdagangan, dan industri, yang didasari kearifan dan keunggulan lokal bagi pembangunan berkelanjutan. Faktor kedua dalam kebijakan pembangunan hutan Kota Palu adalah masyarakat. Masyarakat merupakan elemen yang sangat penting untuk turut dilibatkan dalam kegiatan pembangunan karena masyarakat sendirilah yang merasakan langsung dampak dari pembangunan. Ditambah pula dengan bergesernya paradigma pembangunan dari top-down planning menjadi bottom-up planning yang turut melibatkan masyarakat dalam setiap pembangunan termasuk dalam pengembangan hutan Kota Palu. Pada level tujuan kebijakan pembangunan hutan kota di Kota Palu diperoleh kelestarian lingkungan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0,3 Gambar 46. Tujuan kebutuhan masyarakat dan ameliorasi iklim mikro menunjukkan bobot yang sama besar sehingga dapat diungkapkan memiliki peran yang sama dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan hutan kota. Sedang ketersediaan ruang terbuka memiliki bobot terkecil sebesar 0,21. Gambar 46. Nilai bobot pada level tujuan Tujuan kelestarian lingkungan dalam pengembangan hutan Kota Palu terkait dengan ameliorasi iklim. Hutan kota yang telah dibuktikan dapat menurunkan suhu kota dan akan memperbaiki ekosistem kota. Dalam Undang Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diuraikan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Olehnya itu, dalam pengembangan hutan Kota Palu perlunya dibuat kebijakan yang merupakan hasil upaya sistematis dan terpadu.